25 October 2012

SOMETHING BETTER

Favim.com-25535 Dulu kita pernah duduk, sepakat bahwa perjalanan ini harus berhenti pada satu tujuan. Semua berjalan normal. Semua baik-baik saja. Kita melakukan banyak hal yang tidak biasa. Kamu dan saya merupakan team tangguh yang sulit dipisahkan. Pengorbanan hanya terlihat sebagai bagian kecil dari perjuangan besar yang sedang kita hadapi. Berperang bersama melawan apapun yang mampu menghadang. Saling menjaga satu sama lain. Saling menguatkan kelemahan dan sisi kurang satu sama lain. Menyempurnakan ruang kosong, mengisinya dengan sesuatu yang sesuai dengan porsi kebutuhannya. Semua itu membuat kita terlihat berbeda di mata orang. Mereka bahkan iri dengan apa yang kita miliki. Mereka menginginkan salah satunya namun tidak semudah itu. Kita terlalu kuat. Kita terlalu tangguh untuk dipisahkan.

Berjalan setiap waktu dengan kesederhanaan dan keluguan yang kita punya. Mengandalkan hati nurani untuk berbicara lebih, mengurangi porsi logika dalam menerima hal-hal baru. Bahkan hal yang tidak kita mengerti sebelumnya. Kita terlahir dan ada tidak untuk mengerti baru mengiyakan. Tapi untuk megiyakan, menghidupi dan melakukan, pengertian itu akan datang dengan sendirinya. Membuang jauh-jauh prasangka apapun itu bentuknya yang berusaha membuat blok tersendiri di celah yang belum kita mengerti. Kita hanya tersenyum malah mampu menjulurkan lidah, menganggap semua itu hanya lelucon. Menyederhanakan batin dan isi kepala. Tidak ada yang terlalu berat, semua kita jalani. Bicara harga yang harus kita bayar? Semuanya kita berikan. Bahkan yang lebih dari harga yang seharusnya kita bayar.

Waktu itu hidup sangat mudah, semudah bernafas. Ada target, ekspektasi, tujuan, impian yang bagi orang lain merupakan hal berat namun kita membuktikan betapa tidak berartinya semua itu. Kamu yang memulainya, saya yang mengakhirinya. Demikian pula sebaliknya. Kekurangan yang ada pada saya justru kamu lihat sebagai kelebihan. Keseimbangan buat kamu. Sebaliknya sama saja. Ingat, satu kepingan mata uang logam dengan dua sisi yang berbeda. Namun tetap utuh menyatu menjadi bagian yang tidak akan pernah terpisahkan. Dihancurkan berarti menghancurkan keduanya. Dirusak berarti meninggalkan cacat keduanya. Sebegitu eratnya. Sebegitu dekatnya melekat satu sama lain. Percaya satu sama lain. Orang lain boleh berada diantara kita, meumpahkan isi kepalanya sekalipun, kita tetap berdiri untuk mempercayai satu sama lain.

Kamu dan saya. Kita punya ikatan yang kuat. Tapi ternyata itu dulu. Saya sempat lupa atau mungkin lebih tepatnya menyangkal bahwa semua akan bisa kembali seperti semula. Berharap keputusan yang kamu buat hanya bersifat sementara. ''Suatu hari pasti kamu kembali''. Saya menghipnotis diri sendiri dengan sederet mantra itu. Saya membohongi diri sendiri dengan mengatasnamakan kelabilan sikap. Mungkin karena usia muda, mungkin karena kejenuhan, mungkin juga karena krisis pengenalan diri. Awalnya berhasil. Saya mampu menghadapi setiap pertanyaan-pertanyaan yang dunia arahkan padamu. Menghaluskannya sedemikian rupa dan menjadikannya seperti sesuatu yang saya ingin orang beranggapan seperti itu. Berusaha membersihkan otak mereka dari pikiran negatif tentang kamu.

Namun maaf, saya bukan malaikat, hanya manusia biasa yang suatu hari tergelincir juga jika tetap bertahan melawan badai salju. Saya sudah sampai pada titik terendah dan kesadaraan itu membawa pada akhir yang tidak menyenangkan. Berpikir dan berpikir terus menerus, tidak akan baik hasilnya buat saya. Berusaha dan berusaha lebih keras lagi menghancurkan batu hanya dengan mengandalkan tangan, merupakan tindakan bodoh bukan. Lantas hari ini saya memutuskan untuk tidak ingin melihat ke arahmu lagi. Perjalanan yang pernah kita sepekati dulu tetap menjadi pilihan saya. Sampai kapanpun. Kaki saya terus berjalan kesana. Mata saya terus memandang ke tujuan itu. Saya juga membutuhkan hati untuk melengkapi perjalanan saya. Untuk itulah keputusan ini saya buat. Untuk itulah saya lebih baik melepaskan saja.

Bayangkan dan cobalah pahami ini.

Saya tidak ingin berpikir bahwa jalan yang kamu pilih saat ini adalah jalan yang salah. Saya juga tidak ingin pernah mengatakan bahwa tujuan akhir yang seharusnya kamu pilih adalah yang sama seperti pilihan saya. Ini bukan tentang kamu dan keputusanmu. Ini murni tentang saya. Tentang saya yang tidak mampu untuk terus diam dan berdiri tanpa bisa melakukan apapun. Tentang saya yang lebih baik tidak tahu apapun yang terjadi dalam hidupmu. Tentang saya yang tidak ingin menghakimi keputusanmu. Tentang saya yang tidak perlu tahu lagi dengan semua sepak terjangmu. Tentang saya yang lebih ingin fokus dengan pilihan ini. Kamu tahu apa yang tidak pernah berubah dari saya. Cobalah untuk memahami itu! Keputusan ini telah melewati perjalanan yang sangat panjang. Dan berakhir pada kesimpulan yang lebih sehat untuk kita. Something better comes along.

Pictrue From: www.favim.com

06 October 2012

BELAJAR DENGAN CINTA

languages Saya mulai menyukai beberapa bahasa asing yang sangat tidak familiar di telinga belakangan ini. Rasanya sangat dekat & sangat berbeda. Walaupun tidak mengerti artinya sama sekali namun tetap itu meninggalkan kesan dalam. Nyaman rasanya bila pergi ke suatu tempat dan bisa berkomunikasi dengan bahasa setempat semudah membalikkan telapak tangan. Seperti yang dilakukan pacar saya, dia menguasai 5 bahasa asing berbeda. Mendengarnya bicara dengan lancar dalam bahasa-bahasa itu membuat keinginan terdalam saya muncul seketika. Dulu, dulu sekali saya pernah membayangkan hidup dengan lidah internasional yang flexible. Bisa pergi kemanapun tanpa perlu memikirkan keterbatasan bahasa dan tersesat. Jika kamu mampu berbicara dalam bahasa manusia apapun, apakah kamu akan khawatir tersesat di belahan dunia terjauh sekalipun?

Hari ini saya menikmati pembicaraan pacar saya dengan beberapa teman dari beberapa negara. Kagum dan sedikit rasa iri, tentu saja. Bagaimana dia mampu tetap fokus pada topik pembahasan dengan otak terbagi dalam 5 bahasa berbeda. Kemudian saya mulai mencari referensi di internet tentang bahasa. Menarik, apa yang dapat dilakukan otak manusia terhadap bahasa. Bahkan sejak masa bayinya sekalipun. Coba lihat kehidupan anak-anak, bukankah mereka lebih mudah beradaptasi di sutau negara baru ,dengan bahasa yang belum mereka kuasai, dibandingkan dengan orang dewasa. Kemudian tiba-tiba saja gambaran besar tentang apa yang saya inginkan dalam hidup mulai terbentuk. Walaupun masih berupa kepingan-kepingan puzzle, tetap mampu membawa keinginan itu mendominasi seluruh keberadaan saya.

Hal yang selama ini saya kira telah membeku dan mati, muncul dengan segarnya begitu saja. Tidak ada salahnya mulai mempercayai mimpi kita sekali lagi, sekalipun hidup yang kita jalani saat ini berbanding terbalik dari mimpi tersebut. Betul rasanya bahwa untuk dapat melakukan sesuatu kita perlu menemukan motivatornya terlebih dulu. Paling tidak sebagai dasar untuk melangkah dan selalu mengarahkan kaki pada tujuan akhirnya. Memaksa diri sendiri dengan keras agar bisa berbicara dalam bahasa asing adalah hal yang salah. Tapi ketika saya mulai menyadari bahwa saya menyukai dan mencintai bahasa-bahasa tersebut, meskipun tidak mengerti artinya sama sekali, barulah dengan sangat mudahnya itu masuk ke otak saya. Cinta adalah awal yang baik untuk berhasil, bukan. Mencintai apa yang saya rencanakan. Mencintai apa yang sedang saya kerjakan, ternyata mampu membuka sekat yang selama ini saya paksakan ke dalam otak ini. Sekarang, saya melihat kemajuan demi kemajuan bergerak lebih pasti.

"Jangan memaksa diri sendiri untuk berhasil tapi belajarlah dari mencintainya, maka kita akan mendapatkan hasil yang melebihi dari apa yang mampu kita bayangkan".

PERMEN PENGGANTI RUPIAH

Cuma di Tanjungpinang nih ketika belanja di supermarket, swalayan atau mini market uang receh sebagai kembalian berbentuk permen. Dan yang lebih mencengangkan lagi hal ini malah seperti tren di kota ini. Coba bayangkan jika uang kembalian saya delapan ratus rupiah dan semuanya dikembalikan dalam bentuk permen. Meradanglah saya. Sejak kapan mata uang Indonesia berubah jadi mentos, Wuzz, vitacimin, vitamin C dan entah apa lagi. Dan hal ini dilakukan dengan sadar alias sebenarnya ada tuh uang receh dilaci si kasir tapi berhubung karena konsumen tidak protes maka senanglah kasir. Mau tau kenapa?

Di Supermarket besar seperti di jalan Ir. Sutami ityu para kasir membentuk semacam koperasi. Jangan bayangkan koperasi yang satu ini semacam koperasi simpan pinjam atau sejenisnya. Koperasi hanya nama saja. Pelaksanaannya justru seperti bank bagi hasil. Setiap bulannya jika koperasi untung maka keuntungan itu akan dibagi rata untuk semua anggota, ya kasir-kasir itu tadi. Darimana sumber keuntungan itu? Permen. Hah? Iya permen yang konsumen ambil sebagai ganti uang kembalian yang jika dikumpulkan nih mungkin dalam satu tahun bisa buat belanja bulanan satu bulan lagi kali. Gak percaya. Hitung saja sendiri.

Sementara di Swalayan malah lebih parah. Coba deh sekali-kali belanja di swalayan yang terletak tidak jauh dari pamedan itu. Saya jamin kamu jantungan. Ya itu tadi delapan atau sembilan ratus rupiah uang kembalian konsumen akan berubah bentuk jadi lima atau enam permen, beda rasa pula. Atau jika mau ditukar dari rasa jeruk ke rasa anggur juga boleh. Cccckkkk, bahkan uang kembalian pun by request. Coba saja menolak. Khusus di swalayan ini, muka kasir akan berubah super duper jutek sambil bilang ‘gak ada koin’ dengan nada suara ngajak berantem. Gak ada koin? Alasan klise. Masa beberapa kali belanja disitu jawabannya gak ada koin melulu.

Saya kok jadi merasa dibodohi ya sebagai konsumen. Bukankah sebenarnya pengeluaran kita jadi bertambah jika menerima kembalian permen. Sudah keluar uang untuk belanja masih ditambah dengan –secara tidak langsung- membeli permen yang sebenarnya tidak kita butuhkan dan anggarkan. Bukankah kebanyakan permen-permen itu malah kita masukkan di kantong belanjaan dan lupa dikeluarkan -sangking kecilnya- yang akhirnya malah masuk tong sampah bersamaan dengan plastik kresekan. Atau malah kita biarkan di mobil atau kantong celana berhari-hari akhirnya dibuang juga. Kalaupun dimakan berapa banyak sih paling juga 2, sudah cukup.

Alasannya selalu sama: sulit mencari uang receh. Trus ngapain ada bank? “Ya gitu deh mbak tukar uang receh di bank juga susah, selalunya gak ada”. Sudah tau susah kenapa gak dibulatkan saja nominalnya ke pecahan limaratus rupiah atau seribu gitu. Lebih gampangkan. Saya malah jadi berpikir sebenarnya konsumen pun bisa kok membodohi tempat-tempat perbelanjaan yang mem-permen-kan uang receh itu. Salah satunya konsumen membayar dengan kartu kredit atau kartu debit. Toh harga yang kita bayarkan sama persis dengan harga yang tertera di komputer kasir. Jadi konsumen dan produsen pun sama-sama untung.

Konsumen untung dengan membayar sesuai harga belanjaan sementara produsen untung dari setiap barang yang dibeli konsumen. Tapi kalaupun harus membayar dengan uang tunai jalan satu-satunya ya menolak permen sebagai uang kembalian. Saya selalu melakukan ini. Dan berhasil, ternyata setelah saya menolak kasir dengan sigap mengeluarkan uang recehan. Iya dong itu kan hak saya sebagai konsumen. Coba perhatikan di Singapura dan Malaysia, yang dekat saja dulu. Apa pernah uang kembalian dalam bentuk permen? Tempat perbelanjaan disana selalu menyediakan uang bahkan sampai pecahan terkecil satu ringgit atau satu Sin dollar. Ya kan.

Konsumen pun bisa cerdas. Banyak cara pembayaran yang ditawarkan bank atau lembaga-lembaga keuangan lainnya yang justru pada akhirnya bisa dijadikan solusi demi menghindari ‘kenakalan’ kasir-kasir tempat perbelanjaan. Sebagai konsumen kritis itu penting. Coba saja jika semua warga Tanjungpinang mau dengan tegas menolak permen sebagai uang kembalian saya rasa kita akan mulai melihat lagi uang-uang receh seratus dan lima ratus rupiah di dompet. Atau bahkan uang receh duapuluh lima rupiah. Jadi ingat kakak saya punya koleksi sekaleng uang koin duapuluh lima rupiah. Dulu uang ini sangat mudah ditemui. Sekarang? Uhhhh, entahlah.

04 October 2012

LIFE MUST GO ON

Walpap (2004) Menegadahkan kepala, memandang langit berusaha menemukan bentuk-bentuk awan. Biasanya ketika alam sedang bersahabat seperti ini, saya bisa menikmati lelucon alam. begitu banyak bentuk awan yang mampu membuat saya tersenyum. Cinta saya pada alam telah ada sejak lama, sejak saya kecil. Duduk berjam-jam ditengah lapangan luas hanya untuk menegadahkan kepala ke langit. Bersantai di hamparan batu granit, berbaring santai, menyilangkan kedua tangan di belakang kepala, menyipitkan mata sambil terkadang bersiul pelan demi memandang langit.

Saya tumbuh dengan teman yang terbatas. Masa kecil saya tidak sebaik dan seindah anak-anak lainnya. Tidak seberuntung mereka. Saya tumbuh di lingkungan yang kurang menyenangkan, secara emosional dan nyata. Beberapa kejadian bahkan mampu meninggalkan 'jejak' yang cukup dalam. Tanpa peringatan sebelumnya alih-alih saya ditinggalkan, dan tanpa kata-kata pengantar tahu-tahu datang kembali. Tidak pernah memperdengarkan kata maaf atau penyesalan. Tahu-tahu ada dan memaksa saya untuk menerima lalu melupakan semuanya. Menuntut saya menganggapnya tidak pernah terjadi. Tanpa penjelasan apapun.

Pengalaman kemudian mempertemukan saya pada langit, awan dan alam. Duduk berlama-lama memandangi awan. Membuat bentuk-bentuk imaginatif, ternyata mampu membuat saya berhasil menciptakan hidup yang lebih berwarna. Paling tidak hidup saya tidak hanya melulu sedih, kehilangan, tekanan dan kosong. Jika yang lain tidak bisa tertawa bersama, maka saya akan membuat diri sendiri menertawakan alam. Tidak! Saya tidak pernah berpikir bahwa itu gila. Saya hanya sedang mencari bentuk lain dari kebahagian. Bentuk lain dari sesuatu yang bisa meninggalkan jejak warna dalam hidup saya.

Sejak kecil saya selalu berpikir praktis "Jika orang-orang terdekat saya tidak mampu menghadirkan senyum kebahagian, itu bukan berarti saya tidak bisa menciptakannya kan". Menyesal? Dulu pernah ada penyesalan dan kemarahan akan masa kecil saya. Membentuk karakter keras dan kepribadian yang agak berbeda. Setiap pilihan yang saya buat seakan-akan hanya melulu pemberontakan. Tidak perduli masalah dasar yang memicunya ujung-ujungnya selalu terkait erat dengan pembangkangan. Pembuktian bahwa saya mampu melakukan segala hal dengan hanya mengandalkan diri sendiri. Tidak butuh bantuan, itu tabu buat saya.

Namun ketika beranjak dewasa, dengan begitu banyak pertimbangan dan pemikiran-pemikiran sadar. Saya memilih untuk berdamai dengan semua 'sampah' itu. Tidak penting seberapa buruk dan parahnya sekalipun masa lalu saya, memendam itu sama saja dengan 'menghentikan' hidup saya sendiri. Pelan-pelan membunuh diri sendiri. Saya ingin terus berjalan maju, seperti awan yang senantiasa bergerak. Melihat lebih banyak hal lagi tanpa dibebani awan-awan hitam bernama masa lalu. Belajar lebih banyak lagi untuk meletakkan makna dalam perjalanan saya. Masa lalu sejelek apapun tidak akan pernah menambah nilai masa sekarang dan masa depan.

Manusia tidak bisa hidup di dua tempat berbeda sekaligus dalam waktu bersamaan. Kaki kanan di masa lalu sementara kaki kiri sibuk menapak di masa depan. Teori yang salah bukan! Sama salahnya dengan selalu mengkristalkan masa lalu seakan-akan kita adalah korban. Percayalah, masa lalu seburuk apapun itu tidak pernah berniat menjadikan kita korban. Dalam hal apapun justru kita lah pemeran utamanya. Kita lah si pahlawan itu. Selama kita bersedia mengibarkan bendera putih, masa lalu akan mampu mengajarkan kita menjadi manusia yang lebih baik.

Pernah dengar ini? Bahwa, "Keputusan kitalah yang pada akhirnya menghindarkan kita dari persimpangan jalan yang rumit". Kenapa harus menderita lebih lama jika saat ini sebenarnya kita bisa bahagia. Kenapa harus menyiksa diri lebih lama jika sebenarnya kebebasan itu bisa dinikmati sekarang. Tidak perlu membiarkan luka itu 'berdarah-darah' terlalu lama. Apakah ada bedanya berdamai sekarang atau nanti? Jelas! Jika luka itu bisa disembuhkan sekarang, kenapa harus menunggu nanti! Sudah pernah dengar belum "Semakin lama kita berdamai dengan diri sendiri semakin kita lupa cara paling sederhana melakukannya".

Beri kesempatan diri sendiri merasa bahagia apa adanya. Hidup itu akan lebih berwarna tanpa 'sampah-sampah' dari masa lalu. Banyak ruang lowong yang nantinya akan bisa diisi dengan cerita yang lebih baik lagi. Cerita yang ketika dikenang justru mampu menarik bibir kita untuk tersenyum. Berbenahlah waktu masih sangat panjang sebelum akhirnya fajar menenggelamkan kita pada kebahagian berikutnya.

LOVE IS YOU

Ur_My_EverythingMencintaimu merupakan sebuah anugerah. Cinta itu ada tidak melihat dari sisi sempurnamu. Dia datang begitu saja ketika pertama kali saya lebih mengenalmu. Berawal dari kesamaa-kesamaan yang pada akhirnya menimbulkan chemistry yang sulit untuk diterima logika. Jangan, jangan menggunakan logika untuk mencerna dan menjelaskannya. Cinta itu tidak pernah muncul dikepala ini, dia hanya menari-nari selalu, dihati, kemudian menjadi candu dijiwa saya. Membuat saya mencintai kamu dengan butanya.

Kekuranganmu lah yang pada akhirnya menyeimbangkan kelebihan saya. Dan kelebihanmu lah yang nyata-nyata menyempurnakan kekurangan saya. Apa yang belum pernah ada sebelumnya, terasa sangat nyata saat ini. Rasa yang belum pernah muncul sebelumnya berlomba-lomba memperlihatkan wujudnya. Emosi yang belum pernah mampir sebelumnya mulai menemukan 'rumahnya'. Mengisinya dengan cerita-cerita yang tidak terbayangkan. Belum pernah ada yang seperti ini.

Kehadiranmu dalam hidup membuat dunia saya menjadi lebih besar. Ada begitu banyak hal biasa yang kemudian jadi lebih indah. Ada begitu banyak kepingan puzzle yang saat ini mulai terpasang pada sisi yang benar, merekat sempurna pada tempatnya. Lubang-lubang berbekas dari kisah lalu itu saat ini telah rata, seakan-akan tidak pernah ada. Tergantikan dengan relief yang lebih indah dengan semburat warna warni, sebagaimana seorang pelukis menorehkan ribuan cahaya berkilau.

Kesabaranmu hadir dalam wujud yang sangat dewasa. Kamu mampu menerjemahkan keinginanmu dengan cara yang tidak egois. Yang pada akhirnya itu menjadi suatu kebutuhan bersama. Memunculkan kesepakatan disana-sini, mempersempit perbedaan, meluruskan apa yang seharusnya. Membuat saya tanpa sadar menginginkan sesuatu yan telah lama terlupakan. Membuka mata saya bahwa berdua denganmu lebih nyaman dari pada berjalan sendirian. Membuat saya sadar bahwa saya menginginkan kamu lebih lagi.

Sentuhanmu membuat saya merasa sangat dihargai dan didengar. Sangat apa adanya. Sangat kamu! Seringkali bahkan saya berpikir bahwa kamu terlalu baik, entah bagaimana jalannya semua itu bisa seimbang pada akhirnya. Sadarkah kamu bahwa saya benar-benar tidak mampu lagi 'berpindah'. Keberadaanmu saat ini menjadi begitu pentingnya bagi saya. Telah tercipta sepetak taman permanen dalam jiwa saya. Semakin hari bunga-bunganya tumbuh semakin mekar, semakin luas. Terlihat semakin indah.

Caramu memandang kehidupan dari sudut pandang yang tidak biasa membentuk pola pikir baru dalam otak saya akan banyak hal. Tidak ada lagi kerumitan. Meringankan kepala saya. Terurai dengan sangat mudahnya. Mudah, mudah sekali! Semudah tersenyum pada orang yang tidak saya kenal. Kamu menawarkan cinta dengan cara yang sederhana, namun entah bagaimana justru itu takaran yang paling sesuai untuk saya. Semuanya terasa mengalir, lebih natural. Lebih jujur.

Terima kasih, kamu yang terbaik yang surga 'pilihkan bagi saya. Tulang rusuk yang selalu saya bawa-bawa selama ini ternyata pas dipasangkan di bagian tubuhmu. Sempurna... :)