22 April 2015

AS A HUMAN

As a human we're judging others easily without knowing the whole story.

As a human we're thinking we know better than others. We advises more, teaches more, talks more, in the name of "for your good sake". But, we forget to looked our way, our life and ourself back. Who are we made our life as an example to others without any kind of relationship or status? Freak enough judged people by their social media status or by their opinion.

As a human we think we can do everything. That's good, we should being an optimistic person. But sometimes optimistic and over self confidence is close enough, too close, no barrier at all. When we fingering someone we put one finger in their face, and we never realized that the rest of our fingers always staying in one point.... to fingering ourself. Think wisely before do anything, would be easy, rather than felling sorry for a whole life.

18 April 2015

MEMBERI ITU ADALAH KITA

Jangan memberi jika tak ingin.

Kata orang “latihlah dirimu untuk memberi”. Buat saya memberi itu gak perlu latihan lagi. Jika kamu ingin memberi, berilah. Jika tidak jangan lakukan. Memberi itu selalu punya alasan, selalu memiliki tujuan yang bersembunyi dibelakangnya. Jangan biarkan ada tuntutan yang mendahului jika ingin memberi. Lahhh sudah seharusnya kannnn sebagai seseorang yang memiliki segala, hidup berkecukupan bahkan lebih kita memberi? Mungin, buat kebanyakan orang berlaku prinsip itu. Tenang, sah-sah aja kok. Namun buat saya sekalipun kita adalaha seorang milyarder memberi itu bukan hal seharusnya *tadi*. Memberi sebuah keharusankah? Buat saya sih gak. Memberi sebuah kewajiban kah? Gak juga. Memberi sebuah perintah kah? Lebih gak deh. Lalu memberi itu bagaiamana, apa & mengapa?

Buat orang seperti saya, yang hidupnya tidak pernah mau berada dalam pusaran kebiasaan “normalnyaaa” memberi menjadi hal yang tidak wajib. Memberi bukan untuk mendapatkan hal lain sebagai gantinya. Memberi bukan untuk diingat sepanjang hayat & mengulangi terus-terusan seperti kaset rusak. Memberi bukan sesuatu yang jika dilakukan tangan kanan maka tangan kiri ingin meraihnya kembali. Memberi tidak perlu punya alasan untuk dihargai, memberi tidak perlu teori. Hukum memberi? Saya juga gak butuh itu. Memberi versi saya adalah ketika kita melihat lubang kosong diantara kebutuhan & ketidakberdayaan, lalu muncul dorongan yang sangat kuat dari dasar hati tanpa perlu mengkonfirmasinya dengan akal sehat & otak matematika kita, namun dengan segera menutupi lubang kosong itu.

Seringkali kita perlu alasan lah, sebab akibat lah, penjelasan detail lah, feedback lah, lalu mulai menghitungggggg semua hal yang akan kita dapatkan setelah memberi. Terserah sih bagaimana definisi orang lain tentang memberi. Buat saya jika ingin memberi maka berilah. Jangan pernah menyisakan jeda waktu diantara dorongan & logika. Seringkali nih yaaaa justru logika lah yang paling sering berkhianat. Sementara dorongan akan selalu setia ada disana untuk mencoba memunculkannya lain waktu. Logika itu baik, man, saya tidak sedang mengajak kalian memusuhi logika lho. Namun jika logika selalu mendapatkan tempat utama dalam hidup kita, coba tebak jadi manusia tanpa empati lah kita dibuatnya.

Memberi gak perlu status. Gak perlu nunggu "kita punya banyak lalu baru memberi". Saya sudah lamaaaaa sekali berhenti menilai pemberian. Jika orang memberi maka akan saya terima, tanpa menilai. Jeda diantaranya selalu akan merusak karakter. Lalu, logika saya tempatkan di garda depan. Ya iyalah gak mungkin juga menerima pemberian dari orang yang kita gak kenal kan. Lalu ketika giliran saya untuk memberi, logika akan saya silent dulu untuk sementara waktu. Lalu jeng, jeng, jeng tulus akan saya aktifkan yaaaa bahasa kerennya tulus mode on lah.

Tadi saya sudah bilang bukan bahwa memberi gak butuh status kan. Well, mo kita anak konglomerat kek, anak tukang becak kek, mo tabungan kita isinya berapa aja memberi gak ada hubungannya sama semua itu. Jangan pernah memaksa diri sendiri untuk memberi karena memberi:

Bukan sebuah kewajiban

Bukan sebuah keharusan

Bukan sebuah latihan

Bukan juga sebuah kebiasaan

Karena memberi seharusnya dijadikan sebuah karakter & gaya hidup. Well, jika kamu ingin memberi, gak perlu toleh kanan, kiri cukup dengan menundukkan kepala lalu berkomunikasi dengan hati nurani, disanalah tempat tinggal dorongan itu. Rumah terbaik bagi sebuah dorongan untuk memberi adalah yang biasa disebut orang hati kecil, namun saya lebih sering menyebutnya hati nurani.