Woke up in the fresh body & mind. When I looked up straight outside then found this beautiful sky, feeling so much luckier & bless. What kind of handwork is this, i'm overwhelming immediately. Life is so amazing in the meantime. Even though we don't have enough time enjoyed it but yet the wonderful is still there, never too late to show up the beautifulness. Looked to the sky this morning say good morning to the universe and fell bless is more than enough. Everything could be happening, all are for our good sake. Enjoy rest of the day, worthy to be lived.
15 September 2016
THERE IS A TIME
There is a time when you do something good but people can't appreciate that. You're trying to explain many things, many times, put many words but they won't listen at all. They more believe what conclusion created by circumstances. Sometimes we do something right but still wrong. You do the best but people still get some of judgmental, position theirself to be a judges on other's life.
Pointing fingers to hell off other's life is very easy, that would be a human being favorite action. But can we see & understand all reason behind their action instead of jumping into wrong judgemental. My father teach me to forgive nomatter how bad people treated me. Nomatter how much pain they were caused. Nomatter how hurt I am.
I don't know how to hate people. The one that I know for sure, I always have a heart to forgive.
Life now is a stage when a lot people involved with their own needs. Life now is a place to put other's life down & bad. When we are in the very bad situation don't think that your friend would help you. Your very close friend, even someone you trust will backsliding you. But don't judge the book by its cover. They do that for their own's sake. No need to ask their action. Just understand them.
You know what, God has an eyes. He looks around. He'll help those who needed the most.
24 January 2016
JUST WANT TO SAY
I was thinking that, this would be as easy as should be. But then realizing me with tons of consciousness that isn't at all. It's hard. I even not close to the 'new revelation' that let it be would be a good way. When he leave me, he brought a half of me with him. He is always be my flashlight in every single inch of my ways. When he gone, the flashlight disappear suddenly. And i'm like in my darkness again. I find myself difficult to breath. Difficult to do what the most easiest things in my life. I think i'm ready but i'm not.....
I'm, maybe, be the one who cry less when he passed away.
I'm, maybe the only one who not let anyone put their palms in my shoulders to gave strength.
I'm maybe, the only one who still keep in smile around.
But now i realize that was only a mask. I'm broken when he passed away.
I want him back, but he won't be back. He was finish his journey.
Now i know that i missed him so much.
I just want to say this: some things are unforgivable, and some parents doing anything than loving and supporting sons & daughters are just a few of them.
But you dad, has always said that you could never tell me what to do, only advise me.
You has said, you would never force my hand in anything, knowing it would make me unhappy.
You has said, you would always be there, despite my choices and you would make things better if it was the wrong choice.
And you did it. Many times.
"That what parents do", you said, every times i asked why.
Not having you around is really a very hard time for me. But i do realize that i haven't own you forever. There is always a time when i have to let you go. And the time is now. But you know dad, you're the only one hero in my life. I owe you happiness. I know the only one happiness could be is when you found me happy. But how can it be if you're not around. Rest in peace dad. and my life goes on, have to. I never promise it would be oke. But i'm trying.
07 July 2015
BAHAGIA BUKAN EGOIS
Ada
masa dimana kita sudah tidak lagi merasa nyaman dengan kondisi & situasi
yang ada. Merasa stuck pada satu hal
kemudian sulit menemukan jalan keluar. Bahkan hanya mampu berdiam diri disana
tanpa bisa menggerakkan kaki sedikitpun.
Ada masa dimana kita sudah tidak lagi ingin melakukan perubahaan apapun, seakan semua perubahaan menjadi satu hal yang membosankan. Setiap hari yang kita inginkan hanya berdiam diri, merenung yang entah apa itu.
Ada
masa dimana kenyamanan kita mulai terusik oleh hal-hal yang sebenarnya tidak
perlu terjadi. Namun entah bagaimana ceritanya itu terjadi & terus memaksa
kita untuk memilih. Dan ternyata pilihan terbaik adalah meninggalkan semua itu
dalam keadaan menjemukan seperti sekarang.
Ada
masa dimana bahkan seakan-akan pikiran kita sendiri mengkhianati keberadaan
diri. Mencari namun tidak pernah menemukan seperti yang selama ini kita
harapkan. Hidup itu memang tidak selalu berjalan mulus kan, teorinya. Namun
ketika prakteknya kita diperhadapkan pada persimpangan jalan seringkali membuat
kita bingung harus merespon seperti apa. Kadang kita lupa bahwa hidup yang
sedang kita jalani saat ini adalah milik kita. Sehingga dengan mudahnya
memberikan akses nasib kepada orang lain. Padahal kita tahu kebahagian kita
sangat ditentukan dari pilihan hidup kita. Ada saat dimana kita lebih
mendengarkan orang lain dari pada kata hati sendiri. Saat dimana seharusnya
kita bahagia namun kita toh masih harus memikirkan orang lain sebelum
menentukan pilihan.
Keputusan
selalu ada ditangan kita namun seringkali kita menyerahkan takdir kita ditangan
orang lain hanya demi melihatnya bahagia. Alasannya tidak ada. Hanya ingin
melakukan. Itu saja. Atau hanya karena sebuah nama baik yang perlu dijaga
sampai mati. Lambat laun itu membuat kita jenuh dengan semua yang ada. Membuat
kita tidak bahagia dan hidup dalam kegelisahan. Membuat kita sulit untuk move on padahal seharusnya perlu. Ketika
kita bercerita mengungkapkannya pada orang lain, berharap kejujuran akan
membebaskan semua jeratan yang begitu kuat itu, bahkan kata-kata tidak mampu
untuk mewakilinya. Seringkali justru kita terlalu sibuk berputar-putar bertanya
tentang kebahagiaan orang lain lalu lupa bahwa kita pun berhak untuk bahagia.
Kita
terlalu mengutamakan kepentingan orang lain lalu mengabaikan apa yang
sebenarnya baik untuk kita jalani. Manusia, selalu melakukan itu. Memberikan
yang terbaik untuk orang lain lantas melupakan bahwa ego dalam dirinya pun
sesekali perlu dimanjakan. Kita membuang semua cita-cita yang kita punya hanya
demi sebuah senyum untuk yang lainnya. Kita menunda semua impian kita hanya
untuk menyelaraskan waktu dan membuat semua kesepakatan yang pada akhirnya
membuat kita menunda banyak hal. Tidak pernah berpikir untuk berhenti sejenak
ketika bersimpangan jalan dengan seseorang atau sesuatu yang sebenarnya adalah
kunci pencerahan yang kita cari selama ini. Jika saja waktu itu berhenti &
memperhatikan sejenak, saat ini kita tidak akan menyesali apa yang terjadi.
Sekian lama kita memendam rasa yang sebenarnya bisa dibayar sepuluh tahun lalu,
entah apa itu namanya sampai masih harus menanggungnya hingga saat ini. Kita
punya banyak pilihan, jangan pernah menutup diri lagi. Biarkan semuanya
mengalir sehingga ketika tidak ada lagi cekungan yang bisa dialiri, kita tahu
itulah saatnya menemukan yang selama ini kita tunggu.
Berdiri
lah karena kaki kita masih mampu menopang harapan yang ada. Berlari lah untuk
mengejar kebahagiaan kita, itu dia ada didepan mata. Namanya kebahagiaan.
Berhenti lah berkata bahwa kita akan disebut egois jika hanya memikirkan diri
sendiri.
Kamu
tahu, sejak lama saya ingin mengatakan ini. Tapi saya tidak punya keberanian
masuk dalam hidupmu terlalu jauh & mengobrak-abrik benteng pertahanan yang
kamu bangun selama ini. Cukup sudah, saya mengenalmu sejak 21 tahun lalu,
ketika kamu masih bersamanya. Namun sampai hari ini kamu masih terus berdiri
disana dalam diam. Kamu bahagia dengan yang kamu lakukan saat ini, namun ketika
kamu merasakan sukses, kamu tertawa, lalu kamu mulai menyadari bahwa kamu
tertawa sendirian ditengah keramaian. Kamu mulai menyadari bahwa ketika kamu
sedang bahagia & sukses justru saat itulah kamu membutuhkan seseorang untuk
berbagi.
Melarikan diri bukan cara terbaik untuk bersembunyi. Tapi saya tidak
berhak menghakimi pilihan hidupmu. Lelaki, saya bercerita tentangmu yang jauh
disana. Suatu hari nanti ketika kamu menemukan tulisan ini, kamu tahu, kamulah
yang saya maksud. Berbahagialah karena bahagia bukan tindakan egois.
Picture taken from: http://onemillionwallpapers.com/wallpapers-happiness-people-free-download-samsung-sm-g900a-galaxy-s5-samsung-gt-i9500-galaxy-s-iv/
06 July 2015
OUR SPECIAL NEED
Nahhhhh selesai baca ini: http://www.tanjungpinangpos.co.id/2015/118933/pertengahan-juli-galang-batang-aktif/.
Tiba-tiba kepikiran aja yaaaaaa menuangkannya dalam bentuk tulisan. Mari
dibaca dibaca, silahkannnnnn……
Sebagai orang awam, saya tidak
mengerti banyak soal listrik. Jangankan ngerti listrik, pegang kontak listrik
aja sering kali merasa cemas, ragu-ragu & takut. Alasan utamanya sangat
wanita sekali, takut kesetrum hehehehe. Yaaa wajarlah lah ya listrik & pernak-perniknya
itu bukan mainan kebanyakan perempuan alias wanita tidak ditakdirkan jadi
tukang listrik. Well, setuju sajalah toh wanita & listrik seringkali tidak
berjodoh. Namun untuk mengetahui kondisi apa yang sebenarnya terjadi di
Tanjungpinang dengan seringnya mati lampu, menurut saya wanita pun mampu
menjelaskan secara detail. Tidak perlu berjodoh dengan listrik hanya untuk
menjelaskan bahwa ada hal yang sebenarnya terlewatkan dari kinerja kerja PLN
Tanjungpinang. Entah bagaimana cara kerjanya sehingga supply listrik masih saja mejadi kendala yang sangat menggangu
pembangunan & perkembangan kota ini. Coba dibayangkan yaaaa, dibayangkan
lho ya, apa yang terjadi jika dihari raya ini supply listrik masih saja byar
pret. Lagi terima tamu yang bersilahturahmi ke rumah tiba-tiba listrik padam.
Sedang seru-serunya acara malam takbiran tahu-tahu sunyi senyap gara-gara
aliran listrik terputus begitu saja.
Penjelasan utama orang nomor satu PLN Tanjungpinang sudah bisa ditebak kan yaaaa: “Maaf kepada seluruh masyarakat Tanjungpinang, mesin baru kami terbakar
karena beban pemakaian listrik yang terlalu besar, untuk itu kami mohon agar
masyarakat bisa menghemat pemakaian listrik dirumah. Matikanlah lampu-lampu
yang memang tidak digunakan. Hemat listrik, maka kota kita akan terang
benderang”. Well, kita seringkali dengan mudahnya menyalahkan
customer/pelanggan karena menggunakan listrik secara berlebihan. Padahal kita
lupa jika saja sosialisasi & kekuatan tim marketing diberdayakan secara
maksimal hal seperti “penghematan listik” itu akan dengan sendirinya tertanam
dalam pikiran pelanggan. Sosialisasi pernahkah? Mengiklankan penghematan
listrik pernahkah? Lalu menuntut kami pelanggan untuk: "Yaaaaa, seharusnya tahu
lah, kayak anak kecil aja perlu diingatkan". Tapi memang kenyataannya seperti itu. Kenapa perusahaan-perusahaan besar itu sanggup mengeluarkan dana ratusan
juta hanya untuk sebuah iklan televisi, radio & billboard yang hanya
ditayangkan paling lama juga 2 menit. Padahal yang diiklankan cuma obat sakit kepala,
atau popok bayi. Mudah sih buat saya, karena pelanggan yang notabene masyarakat
umum ini perlu selalu diingatkan bahwa dari sekian banyak produk yang ada
pilihlah produk kami, karena kami menawarkan sesuatu yang berbeda. Coba
perhatikan iklan rokok. Tanpa “pendidikan” mengenai bahaya merokok pun
masyarakat sudah cukup hafal luar kepala bahwa merokok itu menyebabkan
kerusakan pada tubuh manusia. Organ tubuh yang paling mungkin untuk mengalami
kerusakan sangat parah adalah paru-paru. Namun perusahaan rokok toh tetap
mencantumkan bahaya rokok pada setiap iklan & kemasan produk mereka.
Kenapa? Ituuuu tadi, manusia "menuntut" untuk diberitahu berulang-ulang. Itu hal normal weceeeee, naluriah, terjadi dengan begitu saja. Sadar atau tidak, manusia itu sukaaaaaaa untuk diingatkan. Perhatian katanya, begitulah.
Menyalahkan pelanggan yang tidak
bisa menghemat listrik bukan hal yang bijaksana. Karena pelanggan dimana-mana
adalah raja. Mereka akan selalu berpikir, kami yang membayar, terserah kami mau
digunakan seperti apa. Semakin banyak memakai listrik toh semakin banyak uang
yang kami bayarkan setiap bulan, gak masalah, kami bayar kok. Nahhhhh, hal ini bisa
disampaikan melalui sosialisasi, akan lebih membangun pemahaman kedua belah
pihak, bukannnn. Komunikasikan dong dengan pelanggan apa yang menjadi kendala
PLN Tanjungpinang. Saya rasa masalah akan mudah dicarikan solusinya jika saja
pihak-pihak yang berkepentingan saling terbuka. Alih-alih sosialisasi, PLN
Tanjungpinang aja seringkali sembunyi dibalik semua persoalan yang ada. Banyak
hal yang bisa dijadikan ajang sosialisasi, PLN Tanjungpinang pasti punya tim
marketing yang cukup mumpuni lahhhhh, yang bisa memikirkan cara jitunya.
Selain itu ada lagi nih yang
menjadi beban buat saya, cieeee beban. Belajarlah untuk tidak selalu
menyalahkan mesin & teknologi jika terjadi kerusakan. Mesin mannnnn, “Mesin
lo kambing-hitamkan untuk masalah yang sebenarnya terletak pada SDM”. Malu lagi
man, menyalahkan mesin, cuaca & benda-benda mati itu sebagai penyebab chaos yang terjadi. SDM tuhhhh perlu
diupgrade, biar ilmunya bertambah. Nahhhh kalo ilmunya bertambah kan jadi bisa
lebih memahami & berteman akrab dengan benda-benda mati itu. Sarana &
prasarana pun perlu diperhatikan bukan. Jika meletakkan mesin-mesin itu begitu
saja tanpa adanya perlindungan yang memadai, lama-lama rusak juga kan. Biarpun benda mati, tetap bo, diperlakukan secara lebih manusiawi akan membuat benda-benda mati itu seakan-akan punya 'nyawa' untuk bertahan lebih lama. Bangun dong perlindungan buat alat-alat itu, jangan dibiarkan begitu saja. Diletakkan disembarang tempat tanpa adanya perlindungan dari air hujan kek, matahari kek, petir kek, whatever lah. Intinya mesin-mesin itu harus diletakkan ditempat yang seharusnya, dijaga & dimaksimalkan daya kerjanya.
Nah kalo yang satu ini akan
menjadi hal ketiga sebagai pelengkap penderita masalah PLN Tanjungpinang
hehehehe. “Ayolahhhhh, come on guys, grow
up mannnn, we are not kids”, yang jika dijelaskan 2x2 gak tahu jawabannya. “We are an adult, hallllllooooo” and “The most important thing is we’re having brain”.
Gak adil rasanya selalu berkata “Jika kebutuhan listrik Tanjungpinang
adalah sekian MW, sementara kami hanya punya sekian MW, jadi minus sekian MW,
untuk itulah pemadaman listrik terpaksa kami lakukan secara bergilir”….. Dan
tanggapan saya adalah “Buekkkkkk, mo muntah dengar penjelasannya”…. Itu bukan
tugas kami sebagai pelanggan, bukannnn??? Sudah tugasnya situ kaleeee pak
sebagai lembaga negara penyedia jasa yang mencarikan solusinya. Sudah tahu
tohhhh kebutuhan listrik kota gurindam ini berapa? Ayuhhhhhh lah cari cara
untuk memenuhinya. Kadang ye bo, buat saya pintar itu belum tentu cerdas.
Cerdas itu sudah pasti pintar. Jangan mengkambinghitamkan pelanggan sebagai pelarian
solusi yang tidak pernah kalian temukan selama ini. Yaaaa sutralah ya
bapak-bapak, selamat berpikir yaaaa. Solusi itu yang kami nantikan sejak lama
lho yaaaaa.
Akhirnya ini nihhhhhh efek baca berita
pagi-pagi jadinya kebanyakan mikir hehehehe…..
25 June 2015
LAJANG ITU PILIHAN BUKAN?
Seringkali
menjadi lajang itu bukan hal yang menyenangkan. Masih melajang di usia saya
saat ini adalah sebuah keputusan, sebuah pilihan. Saya memiliki isi kepala yang
berbeda dari kebanyakan orang Indonesia yang menjadikan menikah sebagai satu
tahapan hidup yang ‘harus-mesti-kudu-wajib’ dilewati. Seakan-akan kiamat besok
datang jika diusia tertentu seorang perempuan belum menikah. Sementara yang
lainnya menganggap bahwa usia normal menikah adalah 20-an. Namun tidak buat
saya. Sementara perempuan lain sibuk kebakaran jenggot belum menikah diusia
30-an, saya malah tenang-tenang aja. Karena memang menikah, entah bagaimana
itu, bukan prioritas dalam hidup. Jika menikah bagi kebanyakan orang adalah
melangkah ke kehidupan baru. Buat saya jangan coba-coba masuk kedalamnya jika
kamu belum siap. Menikah atau tidak bukan big
issue yang harus dibahas dalam acara kumpul-kumpul keluarga atau
kumpul-kumpul alumni. Bukan karena issue selingkuh atau kekerasan rumah tangga
yang membuat saya memiliki keputusan yang menentang arus. Buat saya jika
menikah hanya untuk melegalkan aktivitas seksual dan berkembang biak, well,
saya tidak tertarik. Jika menikah hanya untuk status dan perubahan nama dari
nona menjadi nyonya, sama saya pun tidak tertarik.
Banyak
sekali pasangan yang saya kenal menikah diusia muda, kemudian memutuskan untuk
pisah yang kemudian disusul dengan bercerai, pun masih diusia yang cukup muda.
Saya juga punya beberapa teman yang entah bagaimana ceritanya selingkuh dengan
alasan udah gak sejalan lagi alias “sekarang mahhhh udah beda visi”. Saya juga
bertemu dengan beberapa kenalan yang walaupun menyandang ‘gelar’ suami namun
dengan mudahnya menyatakan cinta pada wanita lain dan mengajaknya menikah
dengan alasan “Kamu tuhhhh beda banget sama istri saya yang cerewet dan suka
ngatur, mau gak jadi istri kedua saya”. Saya juga sering bertemu para lelaki
yang tiba-tiba datang eng ing eng entah kerasukan apa menyatakan cinta didepan
hidung saya & “menikahlah denganku” padahal barusan juga ketemu, dengan
alasan “Waktu tadi melihatmu, saya langsung tahu kamulah jodoh yang selama ini
saya tunggu-tunggu”. Tapi bukan itu semua yang membuat saya tidak ingin menikah
diusia “normal”.
Gak
jarang juga lho lebel “Lo lesbi” langsung ditempelkan dijidat saya. Ohhh yeah
terima kasih sodara-sodara. Well, keputusan saya, pilihan saya gak ada
hubungannya sama sekali dengan rasa takut atau menyukai sesama jenis. Saya
menyukai laki-laki itu sudah pasti. Ada pria yang selama beberapa tahun ini
membuat saya jatuh cinta. Bukankah ini bukti otentik saya cukup “normal”
hehehehe. Sulit ya jika hidup dilingkungan yang mengganggap bahwa hidup adalah:
lahir, remaja, dewasa, menikah, punya anak, tua meninggal. Seakan-akan nih kalo
dari sederetan itu ada yang belum dilewati langsung aja sticker “lo gak normal”
nempel dijidat. Terus wajib gitu kemana-mana dibahas ke-lajang-an itu.
Jika
saya memilih untuk menunda pernikahan memangnya kenapa? Toh gak akan bikin dunia
kiamat lebih cepat kan. Ya iyalah menikah itu seharusnya kesiapan saya mengatakan
“I Do”, lalu menyiapkan diri menghadapi semua konsekuensinya. Nah coba
bayangkan jika kamu bilang “I Do” Cuma karena limited time lah, desakan orang
tua lah, tuntutan kenormalan lah, konsekuensi? Yaaaa tetap aja lah
tanggungjawab kita. “Don’t put yourself
into gambling wars. Don’t put yourself beyond your maximal limits with unreasonable
thoughts”.
Setiap
manusia punya pilihan. Setiap manusia punya jalan hidup yang beda-beda.
Terserah kalo kamu mo bilang jalan hidup yang kamu ambil sangat cocok untuk
dirimu, tapi belum tentu untuk orang lain. Kita juga tidak bisa melawan insting, karena masing-masing kita suka
atau tidak, dititik tertentu akan lebih sering memutuskan berdasarkan insting. Percaya aja padanya, dia mampu
menyeleksi banyak kesalahan jika kita mau mendengarkannya. Berhentilah untuk
memaksa orang lain. Jika kamu berhasil dalam pernikahan belum tentu orang lain
akan mendapatkan hasil yang sama. Jika kamu gagal gak berarti juga orang lain
akan selalu gagal kan. Saya belajar melepaskan diri saya dari hal-hal yang
bukan urusan saya. Mau menikah diusia berapa pun seseorang, yaaaaa terserah,
karena saya menyadari: “Heiiiii hidup yang dia jalani bukan hidup saya, jadi
saya gak perlu terlibat dalam keputusan-keputusan atau pilihan-pilihannya. Saya
juga belajar hal lainnya bahwa selama lajang atau menunda pernikahan tidak
mengandung bahan peledak, saya gak perlu pusing lah berada disekitar para
lajang & penunda pernikahan.
Well,
bukankah lebih baik jika kita berpikiran lebih terbuka pada semua kemungkinan
dan gaya hidup yang ada. Itu akan jauh lebih menyehatkan bukan?
22 April 2015
AS A HUMAN
As a human we're judging others easily without knowing the whole story.
As a human we're thinking we know better than others. We advises more, teaches more, talks more, in the name of "for your good sake". But, we forget to looked our way, our life and ourself back. Who are we made our life as an example to others without any kind of relationship or status? Freak enough judged people by their social media status or by their opinion.
As a human we think we can do everything. That's good, we should being an optimistic person. But sometimes optimistic and over self confidence is close enough, too close, no barrier at all. When we fingering someone we put one finger in their face, and we never realized that the rest of our fingers always staying in one point.... to fingering ourself. Think wisely before do anything, would be easy, rather than felling sorry for a whole life.
As a human we're thinking we know better than others. We advises more, teaches more, talks more, in the name of "for your good sake". But, we forget to looked our way, our life and ourself back. Who are we made our life as an example to others without any kind of relationship or status? Freak enough judged people by their social media status or by their opinion.
As a human we think we can do everything. That's good, we should being an optimistic person. But sometimes optimistic and over self confidence is close enough, too close, no barrier at all. When we fingering someone we put one finger in their face, and we never realized that the rest of our fingers always staying in one point.... to fingering ourself. Think wisely before do anything, would be easy, rather than felling sorry for a whole life.
18 April 2015
MEMBERI ITU ADALAH KITA
Jangan
memberi jika tak ingin.
Kata
orang “latihlah dirimu untuk memberi”. Buat saya memberi itu gak perlu latihan
lagi. Jika kamu ingin memberi, berilah. Jika tidak jangan lakukan. Memberi itu
selalu punya alasan, selalu memiliki tujuan yang bersembunyi dibelakangnya.
Jangan biarkan ada tuntutan yang mendahului jika ingin memberi. Lahhh sudah
seharusnya kannnn sebagai seseorang yang memiliki segala, hidup berkecukupan
bahkan lebih kita memberi? Mungin, buat kebanyakan orang berlaku prinsip itu.
Tenang, sah-sah aja kok. Namun buat saya sekalipun kita adalaha seorang
milyarder memberi itu bukan hal seharusnya *tadi*. Memberi sebuah keharusankah?
Buat saya sih gak. Memberi sebuah kewajiban kah? Gak juga. Memberi sebuah
perintah kah? Lebih gak deh. Lalu memberi itu bagaiamana, apa & mengapa?
Buat
orang seperti saya, yang hidupnya tidak pernah mau berada dalam pusaran
kebiasaan “normalnyaaa” memberi menjadi hal yang tidak wajib. Memberi bukan
untuk mendapatkan hal lain sebagai gantinya. Memberi bukan untuk diingat sepanjang
hayat & mengulangi terus-terusan seperti kaset rusak. Memberi bukan sesuatu
yang jika dilakukan tangan kanan maka tangan kiri ingin meraihnya kembali.
Memberi tidak perlu punya alasan untuk dihargai, memberi tidak perlu teori. Hukum
memberi? Saya juga gak butuh itu. Memberi versi saya adalah ketika kita melihat
lubang kosong diantara kebutuhan & ketidakberdayaan, lalu muncul dorongan
yang sangat kuat dari dasar hati tanpa perlu mengkonfirmasinya dengan
akal sehat & otak matematika kita, namun dengan segera menutupi lubang kosong
itu.
Seringkali
kita perlu alasan lah, sebab akibat lah, penjelasan detail lah, feedback lah,
lalu mulai menghitungggggg semua hal yang akan kita dapatkan setelah memberi.
Terserah sih bagaimana definisi orang lain tentang memberi. Buat saya jika
ingin memberi maka berilah. Jangan pernah menyisakan jeda waktu diantara
dorongan & logika. Seringkali nih yaaaa justru logika lah yang paling
sering berkhianat. Sementara dorongan akan selalu setia ada disana untuk
mencoba memunculkannya lain waktu. Logika itu baik, man, saya tidak sedang
mengajak kalian memusuhi logika lho. Namun jika logika selalu mendapatkan
tempat utama dalam hidup kita, coba tebak jadi manusia tanpa empati lah kita
dibuatnya.
Memberi
gak perlu status. Gak perlu nunggu "kita punya banyak lalu baru memberi". Saya
sudah lamaaaaa sekali berhenti menilai pemberian. Jika orang memberi maka akan
saya terima, tanpa menilai. Jeda diantaranya selalu akan merusak karakter. Lalu,
logika saya tempatkan di garda depan. Ya iyalah gak mungkin juga menerima
pemberian dari orang yang kita gak kenal kan. Lalu ketika giliran saya untuk memberi, logika
akan saya silent dulu untuk sementara waktu. Lalu jeng, jeng, jeng tulus akan
saya aktifkan yaaaa bahasa kerennya tulus mode on lah.
Tadi
saya sudah bilang bukan bahwa memberi gak butuh status kan. Well, mo kita anak konglomerat kek,
anak tukang becak kek, mo tabungan kita isinya berapa aja memberi gak ada
hubungannya sama semua itu. Jangan pernah memaksa diri sendiri untuk memberi
karena memberi:
Bukan
sebuah kewajiban
Bukan
sebuah keharusan
Bukan
sebuah latihan
Bukan
juga sebuah kebiasaan
Karena
memberi seharusnya dijadikan sebuah karakter & gaya hidup. Well,
jika kamu ingin memberi, gak perlu toleh kanan, kiri cukup dengan menundukkan
kepala lalu berkomunikasi dengan hati nurani, disanalah tempat tinggal dorongan
itu. Rumah terbaik bagi sebuah dorongan untuk memberi adalah yang biasa disebut
orang hati kecil, namun saya lebih sering menyebutnya hati nurani.
04 December 2014
CINTA SELALU CINTA
Hi Cinta,
Ada waktu dimana segala sesuatunya berjalan dengan baik-baik saja, namun ada pula saat dimana roller coaster ngungsi ke hubungan kita. Perut rasanya sangat diaduk-aduk dengan kondisi yang semuanya jadi serba salah. Kalau sudah begitu lagu-lagu galau tahap gaban pun jadi teman setia siang dan malam kita. Entah ya ada apa dengan lagu-lagu galau itu, macam tahu aja kalau seperti itulah rasa yang sedang ada. Ada saat dimana ingin sekali mendapatkan ruang cukup fleksibel, cukup luas dari apa yang terjadi disekeliling kita. Ada saat dimana berbuat sesuatu akan selalu lebih memperburuk keadaan. Namun entah bagaimana kamu tetap ada disana, tidak tergoyahkan, mempertahankan apa yang menjadi komitmen kita. Apa semua atas nama cinta.
Hi Cinta,
Seorang ibu sanggup melakukan apapun demi melihat sang anak tumbuh besar dan menjadi seseorang. Bahkan melakukan hal-hal yang diluar nalar logika manusia namun menjadi hal yang logis demi melihat sang anak mendapatkan masa depan lebih baik. Meskipun seringkali caranya menunjukkan kasih sayang sering kali mendapatkan protes dari sang anak. Ketika anak telah dewasa, sedikit masalah dengan sang ibu dengan tanpa mempertimbangkan pengorbanan beliau dulu wesssss langsung melaporkan sang ibu ke polisi. Bahkan surga pun akan meneteskan airmata melihat sang ibu tidur di dalam penjara tanpa banyak mengeluh namun menjatuhkan airmata setiap malamnya demi menahan dinginnya udara sel tahanan. Kau tidak pernah ada disana teman. Tapi kau biarkan ibumu mengalaminya. Hebatnya sang ibu menjalaninya dengan kesabaran maha dasyat. Doa akan selalu keluar dari mulut beliau demi mengetuk pintu surga memohon maaf atas perlakuan sang anak. Apa semua atas nama cinta,
Hi Cinta,
Setiap bulannya ada sejumlah angka fantastis masuk ke rekening atas imbalan sebulan bekerja keras. Sangking kerasnya sampai-sampai waktu kebersamaan dengan istri dan anak-anak, yang jika digabungkan kedua kata itu menghasilkan kata baru 'keluarga', terkorupsi sudah. Setiap malam kepulanganmu selalu dinantikan istri dengan doa yang tidak pernah berhenti keluar dari mulutnya. Lalu menyambut kedatanganmu dengan serangkaian kehangatan air panas di kamar mandi dan telinga yang siap mendengarkan keluh kesah seharianmu. Kau mulai merasa risih karena dia ada disampingmu lalu menyuruhnya keluar & menyiapkan baju tidurmu, makan malammu dan lain sebagainya. Dengan tersenyum dia bergegas menyiapkan semuanya sampai-sampai ketika tangannya ketumpahan kuah panas, dianggapnya sebagai kecelakaan kecil yang tak seberapa. Kau keluar dari kamar mandi lalu dengan santainya berjalan melongos ke ruang keluarga, menghidupkan tv lalu terbenam dalam diskusi politik yang gak jelas juntrungannya. Sementara istrimu dengan setia menanti dimeja makan dengan posisi standby kalau-kalau kau bangit dari sana untuk menikmati makan malam. Selesai nonton dengan begitu saja kau berjalan menuju kamar, menghidupkan AC lalu tidur. Istrimu dengan tanpa mengeluh sedikitpun membereskan meja makan, menyimpan semua makanan itu ditempat yang lebih aman dengan tetap tersenyum lalu berpikir "Kasihan suamiku kerja dari pagi sampai malam & kelelahan begitu".... Padahal kau baru saja makan malam bersama sekertarismu yang cantik jelita di restoran mahal. Apa semua atas nama cinta
Cintaaaaaaaaaa sulit sekali saya mendefinisikannya, karena cinta bukan rumus matematika yang 1 ditambah 1 adalah 2. Cinta adalah hal gak masuk akal super duper gila & tempat berkumpulnya semua ketidakwarasan. Well, jika kamu harus mengartikan cinta, kamu menyebutnya dengan kalimat seperti apa?
Selamat menikmati malam indah ini cinta. Sekalipun kau disana aku disini, lahhhhhhh kok kayak lirik lagu yahhhh, kita akan selalu punya definisi sendiri-sendiri untuk hal yang satu itu -cinta-.
Picture taken from: http://www.vemale.com/inspiring/lentera/13836-kisah-cinta-abadi-dalam-sepiring-nasi-goreng.html
BEDA, LALU
Nyindir orang lain bukan cara terbaik menyampaikan teguran. Sampaikanlah dengan cara yang gentle, yaaa hadapi dong orangnya lalu ajak bicara seperti layaknya orang dewasa menyelesaikan masalah. Kita gak bisa memaksakan cara kita 'melihat' sesuatu pada orang lain. Apa yang kita anggap baik toh belum tentu baik buat yang lainnya. Mannnnn, lingkar kepala diciptakan Tuhan aja gak sama gedenya. Seperti itulah cara melihat, sesuai ukuran kapasitas kita memandang sesuatu. Aku, kau, dia, mereka & kalian kan memang 'terlahir' dengan cara penyelesaian masalah sendiri-sendiri. Cara yang kita anggap paling tepat & paling benar belum tentu baik untuk orang lainnya.
Dan kau harus belajar untuk memahami betul hal ini bahwa: "Cara manusia memandang masalah ketika berada didalam masalah itu & ketika kita sedang berada diluar masalah pastilah beda. Ketika kau berada didalam masalah jarang pandang solusimu pasti akan lebih pendek & lebih kabur. Namun jika kau berdiri diluar masalah itu kau akan mampu melihat dari banyak sudut; atas, bawah, depan, belakang, samping kanan, kiri. Coba saja bayangkan jika kau terjebak dalam kabut asap tebal. Kau perhatikan apakah matamu bisa melihat dengan jelas jalan keluar dari si asap. Apa yang ada didepanmu seakan-akan tertutup. Duniamu kini berubah menjadi seragam, satu warna. Kau tidak lagi melihat merah sebagai merah & biru sebagai biru. Apa coba yang kau lihat, asappppppp bukan. Ya iyalah masa kau lihat bintang. Namun hukumnya beda jika kau berada diluar si asap, apa yang terjadi kemudian? Kau akan dengan mudah menemukan jalan ke tujuanmu dengan benar.
Jadi saran saya cuma satu untuk kau:
Jangan pernah menghakimi orang lain dengan mudahnya tanpa kau tahu apa usaha yang telah dia jalani selama ini.
Kau perlu catat ini baik-baik:
Bahwa Tuhan tidak akan pernah memberikan perkara besar jika seseorang belum pernah melewati perkara kecil. Memang hal paling normal dari segalanya adalah belajar untuk tidak cepat menghakimi orang lain, karena penghakiman itu milik Tuhan, itu hak milik tunggal pemilik semesta ini. Otreeeee
Subscribe to:
Posts (Atom)