Pengecut, kau pikir melarikan diri ke tengah hutan belantara, ujung samudera, desa primitif, ujung dunia tempat paling aman untuk bunuh diri. Tak perlu sejauh itu. Kau tahu, dirumahku banyak pisau yang bisa kau gunakan jika ingin bunuh diri. Dunia akan menertawakan kebodohanmu. Menganggapmu bodoh. Maka semakin bodohlah kau.
Kau pikir apa tujuan masalah ada dalam hidup manusia. Hey, aku bilang manusia bukan. Baca, m-a-n-u-s-i-a, jadi bukan kau seorang. Semua manusia punya masalah. Kau bukan satu-satunya di dunia ini. Jadi jangan bertingkah aneh. Masalah itu hal biasa temen. Tapi kenapa kau mendramatisirnya menjadi hal besar. Seakan-akan dunia berhenti tanpa dia.
Aarrrrrhhhh, kau gila. Kau gila! Bahkan orang lain pernah merasakan yang lebih dari lukamu. Kau hanya kehilangan seorang. Menangis, aku maklumi itu. Tapi jika ‘berdarah-darah’ seperti ini? Kau pikir pantas atau tidak? Jawab aku! Hidup itu hanya satu kali dan kau sepengecut itu untuk bangkit lagi dari keterpurukan yang katamu sangat dalam. Bah, sampai disini aku tidak mengenalmu lagi.
Benar, kau sudah berubah hanya karena satu masalah. Aku mengerti perasaanmu. Aku tahu rasanya seperti apa. Aku pernah ada disana. Jadi tarik kata-kata putus asamu itu hanya demi melegalkan sikap cengengmu. Kau pikir hidup yang kujalani semulus jalan tol dari rumah ke kantormu. Kau pikir hidupku selalu sebahagia saat ini.
Aku tidak ingin menceramahimu. Hidup akan terasa indah jika kau bisa bangit dari keterpurukan yang dalam *katamu*. Menghilang dari orang-orang yang kau cintai. Bersembunyi dari orang yang melukaimu. Hebat! Sudah puas kau. Sudah sembuh lukamu. Apa yang bisa kau dapatkan dari cengengmu itu. Bukankah hanya airmata yang semakin banyak.
Kalau begitu caramu melupakan dia. Jika begitu caramu menyembuhkan luka itu. Ya sudah, menangislah lebih sering. Semoga saja suatu saat Tuhan menjawab doaku untuk menguras airmatamu itu. Biar kau tidak perlu menangis lagi seumur hidupmu. Ada aku, ada orang-orang yang mencintaimu, merindukanmu, tapi kenapa matamu hanya melihat satu titik saja. Dia dan dia.
Ketika dia meninggalkanmu, dia meninggalkan luka disatu hati saja. Tapi ketika kau meninggalkan kami, kau meninggalkan luka dibanyak hati. Bangkitlah, jangan demi aku, jangan pula demi kami. Bangkitlah demi dirimu sendiri. Habis sudah kata-kataku membujukmu. Sekali ini aku ingin memarahimu, memakimu dan menjulukimu pengecut.
Buat kau dimanapun berada. Aku ingin kau kembali menjadi dirimu sendiri. Maaf, bukan dirimu yang sekarang. Aku ingin kau yang dulu. Agar aku punya teman berantem lagi. Aku merindukan kau.