05 September 2010

PENGECUT KAU!!!

Pengecut, kau pikir melarikan diri ke tengah hutan belantara, ujung samudera, desa primitif, ujung dunia tempat paling aman untuk bunuh diri. Tak perlu sejauh itu. Kau tahu, dirumahku banyak pisau yang bisa kau gunakan jika ingin bunuh diri. Dunia akan menertawakan kebodohanmu. Menganggapmu bodoh. Maka semakin bodohlah kau.

Kau pikir apa tujuan masalah ada dalam hidup manusia. Hey, aku bilang manusia bukan. Baca, m-a-n-u-s-i-a, jadi bukan kau seorang. Semua manusia punya masalah. Kau bukan satu-satunya di dunia ini. Jadi jangan bertingkah aneh. Masalah itu hal biasa temen. Tapi kenapa kau mendramatisirnya menjadi hal besar. Seakan-akan dunia berhenti tanpa dia.

Aarrrrrhhhh, kau gila. Kau gila! Bahkan orang lain pernah merasakan yang lebih dari lukamu. Kau hanya kehilangan seorang. Menangis, aku maklumi itu. Tapi jika ‘berdarah-darah’ seperti ini? Kau pikir pantas atau tidak? Jawab aku! Hidup itu hanya satu kali dan kau sepengecut itu untuk bangkit lagi dari keterpurukan yang katamu sangat dalam. Bah, sampai disini aku tidak mengenalmu lagi.

Benar, kau sudah berubah hanya karena satu masalah. Aku mengerti perasaanmu. Aku tahu rasanya seperti apa. Aku pernah ada disana. Jadi tarik kata-kata putus asamu itu hanya demi melegalkan sikap cengengmu. Kau pikir hidup yang kujalani semulus jalan tol dari rumah ke kantormu. Kau pikir hidupku selalu sebahagia saat ini.

Aku tidak ingin menceramahimu. Hidup akan terasa indah jika kau bisa  bangit dari keterpurukan yang dalam *katamu*. Menghilang dari orang-orang yang kau cintai. Bersembunyi dari orang yang melukaimu. Hebat! Sudah puas kau. Sudah sembuh lukamu. Apa yang bisa kau dapatkan dari cengengmu itu. Bukankah hanya airmata yang semakin banyak.

Kalau begitu caramu melupakan dia. Jika begitu caramu menyembuhkan luka itu. Ya sudah, menangislah lebih sering. Semoga saja suatu saat Tuhan menjawab doaku untuk menguras airmatamu itu. Biar kau tidak perlu menangis lagi seumur hidupmu. Ada aku, ada orang-orang yang mencintaimu, merindukanmu, tapi kenapa matamu hanya melihat satu titik saja. Dia dan dia.

Ketika dia meninggalkanmu, dia meninggalkan luka disatu hati saja. Tapi ketika kau meninggalkan kami, kau meninggalkan luka dibanyak hati. Bangkitlah, jangan demi aku, jangan pula demi kami. Bangkitlah demi dirimu sendiri. Habis sudah kata-kataku membujukmu. Sekali ini aku ingin memarahimu, memakimu dan menjulukimu pengecut.

Buat kau dimanapun berada. Aku ingin kau kembali menjadi dirimu sendiri. Maaf, bukan dirimu yang sekarang. Aku ingin kau yang dulu. Agar aku punya teman berantem lagi. Aku merindukan kau.

22 August 2010

KLIK = INDAH

Tuhan menganugerahi kota ini dengan keindahan luar biasa. Pantai dengan hamparan pasir putih, gulungan ombak yang bersahabat dengan bibir pantai dibingkai oleh langit biru, kadang jika sore bias keemasaan dapat terlihat teman. Hampir semua pantai yang ada dikota ini dijadikan obyek wisata. Dengan batu-batu alami yang ada entah sejak kapan.

Agak ketengah sedikit terlihat betapa indah pemandangan didepan mata walaupun hanya hamparan pulau-pulau. Jangan dikira tak berpenghuni. Sejak lama banyak resort dibangun disana, hanya untuk kalangan tertentu. Para turis dimanjakan dengan fasilitas kelas dunia harga lokal. Pastilah mereka senang duduk berlama-lama bahkan ditepian laut sekalipun.

Tanjungpinang, Kota Gurindam dua belas, tepi laut, gong-gong, jagung bakar, bakso, siomay, sate ayam, mie ayam tak lupa ditemani secangkir kopi yang diseruput pelan-pelan seiring dengan terbenamnya matahari sore. What a wonderful day, by day. Life is never end. Terasa ada magnet yang menarik saya untuk selalu merindukannya.

06072010719 Tepi laut sore hari

06072010723 Bias sunset

01062010432 Senja biru

01062010433 Matahari

05062010439  Pasir putih

ANEH TAPI ADA

Awalnya gak ngeh kalau ada sesuatu yang aneh dengan pohon ini. Kelapa kan biasanya berbentuk bulat tapi yang satu ini bentuknya lonjong. Aneh, secara saya baru pertama kali ketemu buah kelapa berbentuk lonjong begini. Sebelum dimusnahkan alias ditebang saya photo dulu ah mana tahu bisa masuk muri *ngareppppp mode on*.

19082010828 

19082010829     

19082010827

Lokasi: Airport Raja Ali Fisabillilah Tanjungpinang

19 August 2010

PILIHAN

youCN_4333 Dulu saya berteman akrab dengannya. Polos, lugu, manja bahkan terkesan naif. Banyak hal yang membuatnya bengong bego karena ketidakmengertiannya. Saya pernah nungging-nungging pengen jedotin jidat dilantai *hiprbola deh* sangking terlalu polosnya dia.

Banyak pria yang sukses nempel kayak prangko dan dia hanya menjadikan mereka semua kakak, abang, mas, bung, uda terserah bagaimana mengistilahkannya. Semua anggota keluarga sangat memanjakannya, seringkali dengan cara yang berlebihan. Dibandingkan dengan saudara-saudaranya dia yang paling lebih. Lebih segalanya terutama dalam hal fisik.

Entah apa atau siapa yang membuatnya berubah. Saya bilang berubah bukan? Ya BERUBAH dari manusia jadi ‘manusia’. Bentar, bentar…. ‘manusia’. Ya manusia dengan tanda kutip *kali ini pake p bukan f*. Entah apa yang menyebabkan perubahan itu. Berubah selalu ada sebab bukan. Selalu ada alasan pendukung. Dan saya ingin sekali tahu alasan itu.

Tanya saja padanya? Gak Mungkin! Atau culik saja dia, sekap dalam sebuah kamar pada rumah kosong tak berpenghuni di tengah hutan dan interogasi dia jika masih diam. Hiperbola lagi deh. Gak mungkin teman! Tidak semudah itu. So, yang bisa saya lakukan adalah berasumsi. Saya kira dia begini dan begitu. Mungkin dulu dia pernah begitu dan begini. Atau Saya rasa sih si anu telah melakukan ini dan itu padanya.

Sejak SMU dia telah mengambil keputusan yang sangat berat untuk anak seusianya. Menjadi wanita penggoda. Mengoda suami orang. “Jika anda tergoda om saya akan memberikan’nya’ dan om wajib menafkahi saya”. Do you think that this is simple life? Do you think that this is easy? Anak SMU, usia belasan tahun mengambil keputusan untuk hidup dinafkahi om-om tanpa imbalan. Come on, bullshit, right.

Tapi toh memang itu pilihan hidupnya. Sampai sekarang. Mengaku sebagai pebisnis yang sering keluar negeri, dia melakoni ‘drama’ dan menciptakan sejuta kebohongan lain pendukung yang sebelumnya. Saya tidak ingin nyela. Sudah banyak celaan yang dia dengar. Semua orang menudingnya. Semua orang yang mengenal keluarga ini bahkan ikutan menjadi hakim atas orangtuanya. Jelas, nama baik itu sudah tidak terjaga lagi.

Coba tanyakan padanya mungkin dia pun sudah tidak perduli. Kenyataan didepan matanya lebih penting dari nama baik. Hidup harus terus berjalan bukan. Abang no 1, istrinya dan anak-anak mereka, kakak no 2, abang no 3, kakak no 4, orangtua yang sudah lanjut usia dan sakit-sakitan menggantungkan hidup padanya. Ditambah dengan seorang anak perempuan ABG dan anak laki-laki usia 5 tahun yang lahir dari rahimnya wajib dia pelihara bukan. Pikirkan teman!

Saat ini usianya tidak lagi muda. Terlihat jelas dengan make up tebal diwajah, dia berusaha keras menutupi semua itu. Persaingan teman. Diluar sana persaingan sangat ketat. Yang lebih muda, lebih cantik dan lebih segar, lebih segalanya, banyak. Namun hidup tidak akan berhenti karena semua itu kan. Bebannya tetap sama bahkan semakin berat saja.

Dan dia mengambil keputusan yang “lainnya”, beberapa waktu lalu. Pergi kesuatu ‘tempat’, menceritakan keinginannya, mendapatkan sesuatu dan pulang dengan senyum. Senyum itu ‘kematian’ bagi beberapa orang. Drama hidupnya tidak lagi sesederhana dulu. ‘Tempat’ itu menjanjikan sesuatu, kenyamanan dan keamanan baginya. Dan itu membuatnya semakin liar, tak terkendali. Bahkan pencipta jagat raya ini ditantang olehnya.

Apa yang dilakukannya salah?

Tergantung dari sisi mana menilainya teman. Saya hanya ingin melihatnya dari sisi yang lain, sisi yang berbeda. Saya tidak ingin menghakiminya. Saya hanya ingin melihat dari sudut pandang yang berbeda dari kebiasaan. Setiap orang punya prinsip hidup sendiri, dia pun. Setiap orang punya keyakinan sendiri, dia pun. Dan setiap orang punya cara hidup sendiri, dia pun…sama.

Setiap pilihan tentu ada konsekuensinya. Ada harga yang harus dibayar. Buat saya, yang terpenting dari semua itu adalah seberapa berguna harga yang kita bayar untuk sebuah pilihan. Dan seberapa pantas pilihan itu membuat kita berguna. Hidup hanya satu kali kan, membuatnya berguna rasanya itu tidak sulit.

Gambar dari: http://www.morguefile.com

20 July 2010

HIDUP TIDAK AKAN PERNAH SAMA LAGI

Saya mencintai dia setengah mati. Namun dia pergi dengan cara seperti ini. Tanpa kata perpisahaan. Saya harus siap dengan kehidupan tanpanya, disamping saya menemani seperti kemarin. Saya harus tahu cara menghadapi dunia sendirian.

Philippines,

Teroris,

Hutan belantara,

Kelelahan,

Kebingungan,

Keputusasan

dan..................

Kematian.

Saya ingat, suatu siang saya menatapnya. Mengajaknya bicara namun dia menatap dengan enggan. Saya tahu, beban ini sudah terlalu berat. Namun pada akhirnya saya putuskan untuk berkata: “Sayang,kamu harus tahu ini. Entah kamu yang mati lebih dulu atau aku. kamu harus tahu, bahwa aku bahagia ketika kamu mengajak aku menikah. Aku bahagia hidup dengan kamu. Aku bahagia menjadi istri kamu. Kamu adalah bagian terindah dan terbaik dalam hidupku. Kamu memberikan kebahagian padaku dan anak-anak kita. Terima kasih dan aku mencintai kamu selamanya”.

Tak berapa lama beselang saya menguping pembicaraan para teroris yang menyandera kami berkata bahwa tentara Philippines semakin dekat memasuki daerah persembuyian di tengah hutan belantara itu, yang saya pun tidak pasti kedalamannya. Saya dan dia senang. Namun kami tidak bisa mengekspresikan perasaan itu. Para teroris yang menyandera kami selalu berjaga-jaga. Berjalan hilir mudik sambil menggendong senapan dan terus mengawasi kami. Lelah hanya itu yang saya rasa, bahkan para teroris itu pun. 9 hari kami tanpa makan dan minum. Kami tak berdaya. Hanya selalu berdoa agar pertolongan itu segera datang. Setiap hari kami hanya bisa memupuk harapan dan semangat untuk tetap berjuang demi keluar dari tempat ini.

Saya dan dia sedang berbaring lemas di ayunan hasil karya kami. ketika tiba-tiba suara tembakan mengejutkan kami. Saya dan dia terlempar dari ayunan. Peluru itu mengenai kaki saya. Kami panik. Para teroris itu pun sama paniknya dan tidak bisa melawan. Kondisi mereka sudah sangat terjepit. tentara memborbardir kekuatan mereka & lumpuh total. Satu-satu dari mereka terkapar dengan berlumura darah. Mereka berhasil menyelamatkan para sandera. Akhirnya hari kebebasan itu datang juga.

Mereka berhasil menyelamatkan saya namun peluru dari senjata mereka ternyata juga mengenai dia. peluru itu bersarang di dada kirinya. Darah mengalir deras. Saya memanggil namanya, dia hanya mengerang. Saya memegang tangannya dan tubuh itu mengejang. Saya mendengarnya mengerang sekali lagi. Kali ini dengan nafas yang tidak biasa. Dia sekarat. Saya menaruh tangan saya pada perutnya dan merasakan nafasnya. Tiba-tiba 2 orang tentara memegang tubuh saya dan menyeret naik perlahan-lahan. Sementara pandangan saya masih terus menatap lurus tubuhnya yang tergeletak tak berdaya. Saya masih mendengar erangan nafasnya namun kali ini pelan dan lemah. Kemudian diam tak bergerak. Terakhir, ya itu nafasnya yang terakhir. Saat itu saya tahu dia telah meninggal. Tidak ada kata perpisahaan yang biasa diucapkan kebanyakan orang ketika melepas jasad orang yang dicintai. Tapi saya sadar dia tahu ucapan itu selalu ada untuknya. Mereka berhasil menyelamatkan saya namun mereka tidak berhasil menyelamatkanya, suami saya.

Tubuh saya dibawa naik ke Helikopter. Dari atas saya melihat hutan belantara tempat selama 1 tahun ini kami hidup dan berkelana sebagai sandera. Kami selalu bergerak untuk menghilangkan jejak dari tentara. Berpindah-pindah dengan kondisi seadanya. Selalunya tanpa makanan selama berhari-hari, mengikuti perintah dan kemauan para teroris. Kejam, bengis tanpa perasaan. Itulah gambara hutan itu. Namun disana juga setengah dari hati ini tertinggal. Jasad suami saya tidak pernah dikuburkan. Saya membiarkannya tergeletak begitu saja. Dan saya sangat menyesalinya. Kondisi dan kelemahan fisik saat itu membuat saya tidak bisa berfikir banyak.

…………

Terbangun, membuka kelopak mata sama beratnya dengan memaksakan hati saya menerima semua kenyataan bahwa mulai saat ini saya akan hidup tanpa dia. Hari ini adalah hari terakhir saya di Manila. Bergegas itu yang harus saya lakukan saat ini. Selesai mandi saya menatap cermin didepan, mengambil sisir dan mulai merapikan rambut. Dia ada disana. Didalam cermin. Melihatnya sedang memeluk tubuh saya lalu memandang dengan tersenyum. Saya merindukan dia. Tapi seperti katanya bahwa saya harus hidup dengan normal demi anak-anak kami. Anak-anak butuh ibu yang kuat dan tegar untuk membimbing dan mengayomi mereka.

Saya berjalan kearah jendela, Perlahan, membuka tirai dan mendapati pemandangan kota Manila yang begitu sibuk. Pemandangan itu begitu indah. Pohon, matahari, gedung-gedung, kendaraan, kesibukan bahkan kepadatan menjadi lebih indah saat ini. Untuk orang yang baru keluar dari hutan, kota ini terlihat begitu mengagumkan. Saya melangkahkan kaki, berbalik sesaat untuk melihat sekeliling kamar, menutup pintu dan berjalan menyonsong kehidupan.

Saya tahu sejak hari ini hidup akan berubah. Semua tidak akan sama lagi. Semua tidak akan berjalan seperti dulu lagi. Kebahagiaan, senyum, optimisme dan harapan itu tidak akan pernah sama lagi. Ya, semua akan berbeda namun ada satu yang tidak akan pernah berubah bahwa saya akan selalu ada untuk anak-anak kami dan…….

Selamat jalan suamiku... Hidup tidak akan pernah sama lagi… saat ini.