30 April 2009

SAMSAT SAY NO TO PUNGLI

Image001

Sekarang nih samsat Tanjungpinang dan Batam membudayakan SAY NO TO PUNGLI. Dan saya sangat mendukung itu. Sebenarnya slogan ini telah ada sejak dulu tapi mungkin praktek lapangannya malah banyak uang rokok yang keluar. Tapi itu cerita lama. Saat ini pengurusan BPKP, STNK, Pajak atau bahkan mutasi keluar masuk kendaraan di Tanjungpinang dan Batam sangat mudah. Beberapa hari lalu saya baru saja mengurus pajak mobil di Batam. Begitu tiba di depan kantor baru samsat di Batam Center saya sempat terkagum-kagum dengan gedungnya. Maklum dulu gedungnya jelek trus kalo ngantri ya beratapkan langit. Kebayang kan panasnya kota Batam.

Turun dari ojek saya malah terpaku sejenak memperhatikan gedung layaknya perkantoran itu. Berjalan menyusuri pelataran parkir sambil tetap mengarahkan mata pada gedung ini. Hebat, pasti dalamnya berAC. Tiba dipintu depan pertama kali saya melangkahkan kaki ke tempat fotocopy. Menurut informasi yang saya dapat dari internet harus beli amplop dulu disana. Dengan santainya saya menyapa si mbak penjaga disana menanyakan berapa harga amplop itu. Dan si mbak pun terbengong-bengong sambil berkata: ‘Gak jual amplop mbak’. Lho kok? Nevermind, Pede aja deh masuk ke gedung itu tanpa amplop.

Didepan pintu kaca saya celingak-celinguk sebentar memperhatikan tulisan-tulisan yang tertera pada beberapa pintu kecil di samping gedung. Oh bukan itu. Saya melangkahkan kaki masuk gedung. Eits, mampir dulu ah liat pengumuman apa yang terpajang didepan itu. Wih, ternyata benar ini adalah gedung yang saya tuju untuk perpanjangan pajak mobil. Masuk dong. Dan saya disambut oleh customer service yang sangat ramah. Diberi nomor urut dan si mbak ini mengarahkan saya langsung ke loket 9. Asik, gak pake antri, ini nih enaknya datang pagi-pagi, bebas hambatan euy.

Di loket 9 saya dilayani dengan sangat sopan dan ramah. Tidak sampai 1 menit saya ditransfer ke loket sebelah, pengecekan BPKP, STNK lama dan KTP, semua harus yang asli. Beberapa detik kemudian saya ditransfer lagi ke loket sebelah. Nah, diloket ini saya diberi nomor urut dan menunggu giliran dipanggil. Gak lama kok hanya sekitar 1 menit nomor saya dipanggil deh. Selesai urusan diloket ini saya diarahkan untuk ke loket pembayaran yang langsung dilayani oleh teller bank Bukopin. Prosesnya cepat.

Selesai sudah urusan bayar ini saya diarahkan ke loket sebelah, tanda tangan buku dan petugas pun memberikan bukti bayar pajak baru dan plastik tempat menyimpan bukti bayar itu. Selesai deh. Ternyata prosesnya gampang. Wah, tau begini ngapain juga kita bayar orang hanya untuk urusan yang tidak sampai 15 menit. Selain gedung yang nyaman dilengkapi dengan AC dan berbagai teknologi canggih penunjang pelayanan, petugasnya pun ramah dan sopan. Jika tidak mengerti tanyakan saja pada customer service di depan itu.

Ternyata saat ini pengurusan surat-surat kendaraan bermotor di Samsat sangat mudah dan cepat. Jadi buat apa kita bayar calo. Selain itu uang yang kita keluarkan pun ya sesuai dengan harga yang tertera pada bukti bayar. Lebih hemat kan. Hari gini mikir dua kali deh keluarin uang ekstra untuk urusan beginian. Jika bisa dilakukan sendiri kenapa tidak kan. Saya salut dengan peningkatan pelayanan di Samsat Batam dan Tanjungpinang. Gitu dong pak, jadi masyarakat pun merasa nyaman dengan kinerja kerja samsat.

Gedung samsat ini terdiri dari 2 lantai. Pengurusan pajak kendaraan di lantai 1. Jika ingin mengurus mutasi masuk atau keluar kendaraan silahkan ke lantai 2. Tapi lebih baik tanyakan saja pada customer service tepat didepan pintu masuk lantai 1. Mereka lah yang akan mengarahkan kita kemana nantinya. Saya berharap kedepannya samsat Tanjungpinang dan Batam punya website sendiri. Jadi paling tidak masyarakat tahu apa yang harus dibawa untuk mengurus surat-surat kendaraan. Dan tentunya informasi penting lainnya.

Selamat untuk Samsat Batam dan Tanjungpinang atas peningkatan pelayanannya. Keramahan, kesopanan dan kecepatan pelayanan ini membuat saya merasa nyaman. Slogan '”Indonesia lebih baik” ternyata telah dimulai dari pelayanan kantor samsat ini. Jadi mulai sekarang saya akan ikut mensuksekan SAY NO TO PUNGLI.

29 April 2009

MEMASYARAKATKAN PERPUSTAKAAN DAERAH

http://sijorimandiri.net/fz/index.php?option=com_content&task=view&id=10596&Itemid=38. Coba deh baca link diatas. Menurut saya nih kesadaran masyarakat Tanjungpinang untuk datang ke perpustakaan sudah cukup tinggi. Terlihat dari banyaknya penggunjung perpustakaan setiap harinya. Yang kurang adalah memasyarakatkan perpustakaan itu sendiri. Ayo coba tanyakan pada masyarakat Tanjungpinang apakah mereka tahu bahwa kota ini punya perpustakaan yang meminjamkan buku secara gratis?

Saya yakin jawabannya tidak. Kenapa? Perpustakaan tidak pernah memperkenalkan diri sebagai media pengetahuan gratis. Awal kita mengenal perpustakaan pastilah dari sekolah. Iya gak? Coba perhatikan perpustakaan sekolah bukankah terdiri dari buku-buku pengetahuan yang membosankan. Malah kebanyakan buku-buku itu sulit dimengerti. Dijaman saya sekolah dulu beginilah wajah perpustakaan. Kebanyakan orang telah meletakan pengertian perpustakaan pada posisi yang salah. Pengalaman masa sekolah membuat sebagian orang sangat tidak tertarik dengan perpustakaan.

Namun sekarang perpustakaan memiliki wajah yang berbeda. Selain deretan buku didalamnya juga terdapat beberapa fasilitas gratis yang bisa dimanfaatkan. Banyak juga bacaan yang justru bisa menghilangkan stress. Atau justru membantu kita mendapatkan pekerjaan sesuai keahlian. Bahkan sekedar menambah teman. Yah, bagaimana kita tahu jika perpustakaan tidak pernah mengiklankan diri atau paling tidak menginformasikan apa saja yang ada didalamnya. Gedung bagus, sumber daya manusia banyak saja belum cukup jika tidak dikenal orang.

Coba seandainya perpustakaan daerah Tanjungpinang memperkenalkan diri lewat berbagai media: radio, papan iklan, iklan di HP dan internet, misalnya. Di Tanjungpinang ini saya tidak pernah menemukan iklan yang berhubungan dengan perpustakaan daerah. Ya jika tidak diberitahu bagaimana perpustakaan ini bisa memasyarakat. Lihat para caleg legislatif pada pemilu yang baru lewat ini. Bukankah demi dikenal masyarakat mereka memasyarakatkan dirinya sendiri. Kita juga kan tidak bisa mengharapkan perpustakaan bisa dikenal hanya dari mulut ke mulut saja.

Banyak kok cara efektif dan kreatif yang bisa dipakai untuk mengiklankan perpustakaan. Tidak melulu dengan biaya besar. Bahkan dengan biaya minim pun hal itu bisa dilakukan. Percuma dong banyak buku tentang marketing dan promosi dipajang disana kalo cari ide memasyarakatkan perpustakaan saja susah.  Dengan begitu tidak sia-sia pemerintah provinsi mengucurkan dana setiap bulan untuk biaya operasional dan renovasi gedung jika pada akhirnya gedung itu ramai dikunjungi kan.

YA KAN ?!?

Sudah setahun ini saya bergabung dengan perpustakaan daerah. Menjadi member berarti saya bisa meminjam buku secara gratis. Awalnya aja saya dikenai bayaran itu pun hanya sebagai deposit jika sewaktu-waktu saya bandel tidak mengembalikan buku. Nanti uang itu akan dikembalikan jika saya memutuskan untuk keluar dari keanggotaan. Kegiatan meminjam buku dan menggunakan fasilitas yang disediakan perpustakaan provinsi ini sangat menyenangkan. Bayangkan saja setiap member bisa menggunakan tempat itu tidak hanya untuk membaca tapi juga bisa membawa laptop dan mengerjakan tugas disana. Atau hanya sekedar ingin browsing gunakan saja komputer yang tersedia disana. Gratis.

Semakin kesini fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan daerah ini semakin meningkat. Dari pengamatan saya nih jumlah anggotanya pun semakin banyak. Ini terlihat dari ramainya pengunjung pada jam-jam tertentu. Apalagi setelah perpustakaan daerah ini menambah beberapa unit PC Acer baru dengan sistem operasi windows vista. Keren bo. Walaupun punya laptop sendiri tapi seringkali saya mengunakan PC disana, senang aja ngeliat warna-warna tajam di monitor. Vista gitu lho. Trus kenapa saya gak ganti OS aja ke vista? Gak ah vista punya banyak kelemahan. Dan saya tidak mau menghabiskan waktu hanya untuk bolak-balik ngurusin ketidakberesan vista. Dulu saya pencinta vista tapi sekarang tidak lagi.

Buku-bukunya juga lumayan banyak dan bagus. Novel ada,  cerita anak-anak banyak. Sering sekali  saya duduk berlama-lama disana sekedar menambah pengetahuan dari bacaan anak-anak. Ternyata banyak hal baru yang bisa saya dapatkan. Pernah nonton kuis “are you smarter than the 5th grader”. Lihat kan betapa anak-anak kelas 5 itu lebih pintar dari orang dewasa. Pasti dong, buku bacaan mereka ternyata berisi pengetahuan yang belum tentu ada di bacaan orang dewasa. Selain itu buku pelajaran sekolahpun bisa dipinjam. lumayan untuk mengurangi beban orang tua. Hari gene buku sekolah tuh mahal tau. Kan ada program buku gratis? Iya bukunya emang gratis tapi internet dan ngeprintnya kan bayar. Sama aja bukan.

Nah, keberadaan perpustakaan ini  saya rasa cukup membantu anak-anak yang tidak bisa membeli buku. Maksimal 2 buku yang bisa dibawa pulang dalam 1 minggu. Jika ingin silahkan foto copy bagian penting maksimal 10 halaman. Gratis kok. Itu memang fasilitas lain yang disediakan perpustakaan daerah ini. Tapi jika lebih dari itu ya fotocopy sendiri lah. Udah gratis minta lebih pula. Sekarang nih ada lagi fasilitas baru disana, free WIFI. Aha, oke khan. Setelah sederetan fasilitas ada tambahan satu lagi. Artinya nih jika ingin ngenet kita bisa bawa laptop sendiri. Paling gak tanpa batasan waktu. Bisa chatting, utak-atik FB, balasin email atau sekedar blog walking. Seru kan. Lama-lama perpustakaan bisa jadi rumah kedua saya nih.

Well, siang ini dengan ‘semangat ngenet’ saya turun dari mobil dengan menenteng perlengkapan ‘perang’ saya. Lengkap-lengkip, semuanya jadi satu dalam tas laptop. Praktis. Tapi berat juga euy. Denga senyum mengembang saya berjalan memasuki perpustakaan. Buka sepatu sambil memasukkan beberapa barang bawaan ke loker. Sedang asik jalan menuju lantai dua tiba-tiba saya dikejutkan dengan teguran seseorang. Tidak boleh membawa tas laptop ke lantai 2. Saya jelaskan dong rasanya tidak mungkin jika harus membawa barang bawaan saya ke lantai 2 tanpa tas ini. Webcam, headset chatting, cable data, charging, 2 HP, headset HP, dompet, laptop dan beberapa perangkat teknologi penunjang laptop saya. Dan semua itu harus saya bawa dengan dua tangan. Dodol.

Sabar, sabar, orang sabar pasti jauh dari jantungan. Sekali lagi saya minta pengertian sang penjaga. Sambil membuka tas saya mempersilahkannya melihat barang-barang bawaan itu. Akhirnya saya memberikan penawaran padan petugas itu jika selesai dari lantai 2 saya bersedia untuk digeledah. penjaga pun keukeh jumekeh melarang saya tidak boleh membawa tas laptop keatas. Habis sudah kesabaran saya. Semua penjelasan saya dianggap angin lalu. Sambil minta maaf mereka *penjaga itu udah nambah jadi 2 orang* tetap menolak. Sumpah, saya gak habis pikir apa mereka kira saya mampu bawa seabrek barang bawaan itu hanya dengan 2 tangan. Mending dibantuin. Mereka pikir laptop cuma buat ngetik doang kali ya jadi cuma butuh charging deh. Sarap.

Satu hal yang saya sayangkan adalah sistem pengamanan yang masih kurang. Saya mengerti larangan tidak boleh membawa tas laptop atau tas kedalam ruang buku. Mungkin mereka pernah kehilangan buku karena manusia-manusia tidak bertanggungjawab. Bukankah lebih baik jika memasang sistem pengaamanan seperti di mal. Jika ketahuan membawa keluar buku yang belum di scan maka alarm pintu akan berbunyi. Jika belum mampu membeli sistem pengamanan seperti itu ya geledah saja tas setiap orang yang mau keluar dari sana. Saya rasa  anggota dan pengunjung akan mengerti dengan penggeledahan ini. Jaman sekarang udah biasa geledah-geledah tas. Mau masuk mal saja tas di scan dulu. Masuk mal mobil di detect dulu, siapa tahu bawa bom. Ya kan?

Seandainya semua perangkat komputer yang ada dilantai 2 bisa digunakan semua. Pastilah anggota perpustakaan tidak perlu repot-repot membawa laptop sendiri. Saya heran perasaan PC yang 10-an unit itu masih baru deh. Masa udah dianggurin gitu aja. Sayang kan cuma dipake buat main games doang. Bukankah tujuan awal pembelian PC itu untuk memasyarakatkan internet minimal pada anggota perpustakaan? Koneksi internetnya nih gangguan melulu? Ya minta pertanggungjawaban provider dong. Kalau masih tidak ada perubahan mending cari provider lain. Kan butuh biaya lagi? Itulah pentingnya sistem lelang untuk pengadaan fasilitas bukan penunjukan langsung begitu. Apalagi perpustakaan daerah ini dikelola langsung oleh pemerintah provinsi. Ya kan?!?

Sayang kan jika karena peraturan gak jelas perpustakaan harus sepi pengunjung. Harapan saya sih sederhana saja suatu hari nanti perpustakaan daerah Tanjungpinang ini memberikan kemudahan kepada setiap pengujung untuk bebas menggunakan fasilitas yang tersedia disana dengan peraturan yang masuk akal. Paling tidak berikan beberapa alternatif pada pengunjung agar setiap pengunjung bisa menjadikan perpustakan sebagai rumah kedua mereka. Yang artinya mereka merasa nyaman untuk melakukan aktifitas sesuai dengan fasilitas yang tersedia. Kalau sudah merasa nyaman saya yakin harapan pemerintah daerah untuk memasyarakatkan perpustakaan pun dengan mudah bisa terwujud.

13 April 2009

MAAP OM

Sejak kecil saya senang mendongakkan kepala ke langit dan memperhatikan awan. Seringkali awan menampilkan bentuk-bentuk indah dan lucu. Kadang kelinci, kuda atau berbentuk pak tani sedang macul. Ternyata Tuhan punya selera lukis yang tinggi. Coba deh sekali-kali pandangi awan dan lihat apa yang akan terlihat disana. Kebiasaan melihat awan itu masih berlangsung sampai sekarang sampai suatu sore ketika saya sedang mengantar ibu ke rumah seseorang.

Awalnya saya hanya tertarik melihat warna keperakan yang terpancar dari balik awan. Seakan-akan ada tukang emas yang sengaja menaburkan emas cair diantaranya. Indah banget. Sekali jepret saya yakin pemandangan ini akan jadi foto terindah saya. Tidak langsung dilihat, memang itu kebiasaan saya. Tiba dirumah saya hanya memindahkannya ke laptop. Dan pekerjaan itu selesai sudah. Tidak dilihat hasilnya dulu? Oh lain kali saja ketika saya sedang ingin melihat koleksi foto.

Lama sekali saya biarkan saja hasil jepretan sore itu. Sampai hari ini ketika iseng saya buka deh koleksi foto-foto itu. Hanya untuk menikmati hasil jepret amatiran saya. Dan ternyata saya menemukan ini. Bisa lihat awan itu berbentuk apa? Om-om berkumis lagi murka. Serem ya bo. Lihat tangan kanannya terangkat seperti hendak meninju seseorang. Yaela om masa dijepret posenya begitu seh. Maap deh, kalo gak rela dijepret teriak dong om jangan diem aja gitu.

Senja

12 April 2009

SAYA CEMAS

Saya memang pencinta alam sejak kecil. Climbing, hiking dan camping adalah kesenangan saya. Saat anak-anak perempuan lain bermain dengan boneka barbie saya lebih senang berjalan melintasi hutan dan gunung. Jadi ingat pertama kali merambah hutan liar, sebung pereh namanya. Hutan itu belum terjamah tangan manusia. Saya dan teman-teman menjadi orang pertama yang membuka jalan disana. Sepanjang perjalanan badan saya jadi sasaran empuk hewan melata.

Lintah-lintah itu menempel dikaki. Menjadi gemuk oleh darah saya. Kurang ajar saya kecolongan. Padahal ayah telah menitipkan minyak tradisional sebagai penangkal lintah. Hanya saya lupa memakainya sebelum perjalanan dimulai. Akhirnya seorang teman melepaskan lintah-lintah itu dari kaki saya. Hanya sayang seekor lintah mencengkramkan sengatnya terlalu dalam sehingga tidak bisa begitu saja di cabut. Saya pun harus rela ketika puntung rokok mampir ke kulit. Trus? Sakit tauuuuu.

Rasa sakit itu terbayar oleh keindahan alam yang terbentang didepan mata. Sumpah, indah banget. Rasa sakit akibat ulah lintah hanya sementara. Bisa hilang dengan hitungan hari. Tapi keindahan yang tertangkap mata dan terekam alam bawah sadar ini tidak akan pernah bisa hilang. Sampai sekarang keinginan untuk kembali menjelajahi hutan sebung pereh masih ada. Namun ayah bilang hutan itu sekarang tidak seindah waktu pertama kali saya kesana.

Menuruni tebing landai yang dibawahnya terbentang keindahan lain. Jejakkan kaki dan lihatlah betapa genangan air ini sempurna membasahi kedua kaki saya. Hanya sampai setinggi pergelangan kaki tapi sensasinya mengirimkan sinyal kedamaian sampai ke hati. Saya berhenti sejenak, memandang sekeliling dan mulai memejamkan mata. Ya Tuhan indah sekali. Jika tidak karena tarikan seorang teman saya akan terus ada disana sampai benar-benar merasa puas baru pergi.

Hutan, gunung dan laut sanggup membuat saya betah berlama-lama disana. Menikmati hembusan angin, menyaksikan matahari terbenam dan menunggu dengan tidak sabar kala matahari mulai menampakkan diri. Melihat kecantikannya seakan-akan saya bisa mendengar sapaan: Selamat pagi dunia. Uhhh, bahkan matahari pagi begitu bersahabat dengan bumi. Seringkali alam mampu menghipnotis saya dengan keangunannya. Saya terpesona.

Namun sayang, hutan, gunung bahkan laut saat ini telah rusak oleh tangan-tangan tidak bertanggungjawab yang mengatasnamakan “kehidupan yang lebih baik”. Hutan dibakar dengan sengaja sehingga menimbulkan pencemaran udara oleh asap tebal hasil pembakaran. Anak-anak dan penderita asma harus menderita ketika menghirup udara yang telah tercemar oleh zat-zat sisa pembakaran yang bisa merusak paru-paru. Semua makhluk hidup pun kehilangan udara bersih.

Lihat saja laut yang biasanya bisa saya nikmati karena keindahannya sekarang tercemar oleh sampah. Sejauh mata memandang terlihat puluhan sampah berenang disana. Pedagang kaki lima telah menjadikan laut sebagai tempat sampah mereka. Apa susahnya sih membuang sampah di tempatnya. Jadi tidak perlukan mencemari keindahan laut. Entah bagaimana keadaan ikan dan makluk laut lainnya. Mungkin saja mereka sulit bernafas akibat pencemaran ini.

Kijang (5)  Kijang (6)

Sudah liat gambar diatas. Saya sempat syok melihat kenyataan itu. Mungkin kalian mengira ini adalah deretan rumah penduduk dan disebelah sananya adalah danau kecil. BUKAN. Bangunan berbentuk rumah itu adalah kantor PDAM dan danau kecil itu adalah waduk air bersih warga kota Kijang yang telah mengering. Dulunya danau itu luas sekali. Coba perhatikan foto pertama bukankah disisi kirinya terdapat tanah yang tidak berair sama sekali. Padahal dulunya banyak sekali air disana.

Ini hanya salah satu dampak ketika kita membiarkan hutan digunduli, laut dicemari dan gunung tidak terawat. Alam tidak bisa menjaga diri dari tangan-tangan serakah. Kita lah yang wajib menjaga alam tetap bersih dan indah. Bukankah kita semua menumpang hidup pada alam. Coba bayangkan jika alam ini rusak. Bukankah kerusakkan itu akan kita alami juga? Bukankah sudah seharusnyalah kita berdamai dengan alam agar hidup menjadi lebih baik?

Saya cemas melihat fenomena dimana orang berlomba-lomba menebangi hutan dan merusak keindahannya. Hutan tidak lagi menjadi rumah yang nyaman bagi para hewan dan pencinta alam. Hutan bukan lagi jadi tempat berlindung mata air-mata air. Padahal hidup kita tidak bisa lepas dari air bersih. Bagaimana hutan bisa memproduksi waduk jika kita terus mengangkat senjata peperangan padanya. Bagaimana alam ini bisa sejuk jika kebakaran hutan ternyata disengaja.

Apa kabar ikan-ikan dilaut? Mereka sama merananya seperti hutan. Apa kabar kabut di gunung mereka seakan enggan menampakkan diri lagi. Bahkan udara dingin hanya bisa megintip dari balik punggung gunung. Mereka semua enggan, tidak mau bermain lagi karena mereka mulai dipaksa untuk mundur. Kasihan bahkan alam pun tidak lagi nyaman untuk saya. Alam sudah tidak bisa lagi dinikmati dengan bebas.

Alam yang sekarang bisa dinikmati adalah dengan uang. Ingin menikmati keindahan alam maka saya harus membayar mahal untuk itu. Hmmm, saya merindukan alam dimana saya bebas menikmatinya, menjelajahinya dan menantikan sapaan sinar matahari pagi. Seandainya semua tangan tidak lagi merusak alam maka krisis yang terjadi sekarang ini bisa diminimalkan. Ya krisis air bersih, ya krisis pemanasan global semua tidak perlu terjadi bukan. Jika saja kita bisa berdamai dengan alam.