25 October 2012

SOMETHING BETTER

Favim.com-25535 Dulu kita pernah duduk, sepakat bahwa perjalanan ini harus berhenti pada satu tujuan. Semua berjalan normal. Semua baik-baik saja. Kita melakukan banyak hal yang tidak biasa. Kamu dan saya merupakan team tangguh yang sulit dipisahkan. Pengorbanan hanya terlihat sebagai bagian kecil dari perjuangan besar yang sedang kita hadapi. Berperang bersama melawan apapun yang mampu menghadang. Saling menjaga satu sama lain. Saling menguatkan kelemahan dan sisi kurang satu sama lain. Menyempurnakan ruang kosong, mengisinya dengan sesuatu yang sesuai dengan porsi kebutuhannya. Semua itu membuat kita terlihat berbeda di mata orang. Mereka bahkan iri dengan apa yang kita miliki. Mereka menginginkan salah satunya namun tidak semudah itu. Kita terlalu kuat. Kita terlalu tangguh untuk dipisahkan.

Berjalan setiap waktu dengan kesederhanaan dan keluguan yang kita punya. Mengandalkan hati nurani untuk berbicara lebih, mengurangi porsi logika dalam menerima hal-hal baru. Bahkan hal yang tidak kita mengerti sebelumnya. Kita terlahir dan ada tidak untuk mengerti baru mengiyakan. Tapi untuk megiyakan, menghidupi dan melakukan, pengertian itu akan datang dengan sendirinya. Membuang jauh-jauh prasangka apapun itu bentuknya yang berusaha membuat blok tersendiri di celah yang belum kita mengerti. Kita hanya tersenyum malah mampu menjulurkan lidah, menganggap semua itu hanya lelucon. Menyederhanakan batin dan isi kepala. Tidak ada yang terlalu berat, semua kita jalani. Bicara harga yang harus kita bayar? Semuanya kita berikan. Bahkan yang lebih dari harga yang seharusnya kita bayar.

Waktu itu hidup sangat mudah, semudah bernafas. Ada target, ekspektasi, tujuan, impian yang bagi orang lain merupakan hal berat namun kita membuktikan betapa tidak berartinya semua itu. Kamu yang memulainya, saya yang mengakhirinya. Demikian pula sebaliknya. Kekurangan yang ada pada saya justru kamu lihat sebagai kelebihan. Keseimbangan buat kamu. Sebaliknya sama saja. Ingat, satu kepingan mata uang logam dengan dua sisi yang berbeda. Namun tetap utuh menyatu menjadi bagian yang tidak akan pernah terpisahkan. Dihancurkan berarti menghancurkan keduanya. Dirusak berarti meninggalkan cacat keduanya. Sebegitu eratnya. Sebegitu dekatnya melekat satu sama lain. Percaya satu sama lain. Orang lain boleh berada diantara kita, meumpahkan isi kepalanya sekalipun, kita tetap berdiri untuk mempercayai satu sama lain.

Kamu dan saya. Kita punya ikatan yang kuat. Tapi ternyata itu dulu. Saya sempat lupa atau mungkin lebih tepatnya menyangkal bahwa semua akan bisa kembali seperti semula. Berharap keputusan yang kamu buat hanya bersifat sementara. ''Suatu hari pasti kamu kembali''. Saya menghipnotis diri sendiri dengan sederet mantra itu. Saya membohongi diri sendiri dengan mengatasnamakan kelabilan sikap. Mungkin karena usia muda, mungkin karena kejenuhan, mungkin juga karena krisis pengenalan diri. Awalnya berhasil. Saya mampu menghadapi setiap pertanyaan-pertanyaan yang dunia arahkan padamu. Menghaluskannya sedemikian rupa dan menjadikannya seperti sesuatu yang saya ingin orang beranggapan seperti itu. Berusaha membersihkan otak mereka dari pikiran negatif tentang kamu.

Namun maaf, saya bukan malaikat, hanya manusia biasa yang suatu hari tergelincir juga jika tetap bertahan melawan badai salju. Saya sudah sampai pada titik terendah dan kesadaraan itu membawa pada akhir yang tidak menyenangkan. Berpikir dan berpikir terus menerus, tidak akan baik hasilnya buat saya. Berusaha dan berusaha lebih keras lagi menghancurkan batu hanya dengan mengandalkan tangan, merupakan tindakan bodoh bukan. Lantas hari ini saya memutuskan untuk tidak ingin melihat ke arahmu lagi. Perjalanan yang pernah kita sepekati dulu tetap menjadi pilihan saya. Sampai kapanpun. Kaki saya terus berjalan kesana. Mata saya terus memandang ke tujuan itu. Saya juga membutuhkan hati untuk melengkapi perjalanan saya. Untuk itulah keputusan ini saya buat. Untuk itulah saya lebih baik melepaskan saja.

Bayangkan dan cobalah pahami ini.

Saya tidak ingin berpikir bahwa jalan yang kamu pilih saat ini adalah jalan yang salah. Saya juga tidak ingin pernah mengatakan bahwa tujuan akhir yang seharusnya kamu pilih adalah yang sama seperti pilihan saya. Ini bukan tentang kamu dan keputusanmu. Ini murni tentang saya. Tentang saya yang tidak mampu untuk terus diam dan berdiri tanpa bisa melakukan apapun. Tentang saya yang lebih baik tidak tahu apapun yang terjadi dalam hidupmu. Tentang saya yang tidak ingin menghakimi keputusanmu. Tentang saya yang tidak perlu tahu lagi dengan semua sepak terjangmu. Tentang saya yang lebih ingin fokus dengan pilihan ini. Kamu tahu apa yang tidak pernah berubah dari saya. Cobalah untuk memahami itu! Keputusan ini telah melewati perjalanan yang sangat panjang. Dan berakhir pada kesimpulan yang lebih sehat untuk kita. Something better comes along.

Pictrue From: www.favim.com

06 October 2012

BELAJAR DENGAN CINTA

languages Saya mulai menyukai beberapa bahasa asing yang sangat tidak familiar di telinga belakangan ini. Rasanya sangat dekat & sangat berbeda. Walaupun tidak mengerti artinya sama sekali namun tetap itu meninggalkan kesan dalam. Nyaman rasanya bila pergi ke suatu tempat dan bisa berkomunikasi dengan bahasa setempat semudah membalikkan telapak tangan. Seperti yang dilakukan pacar saya, dia menguasai 5 bahasa asing berbeda. Mendengarnya bicara dengan lancar dalam bahasa-bahasa itu membuat keinginan terdalam saya muncul seketika. Dulu, dulu sekali saya pernah membayangkan hidup dengan lidah internasional yang flexible. Bisa pergi kemanapun tanpa perlu memikirkan keterbatasan bahasa dan tersesat. Jika kamu mampu berbicara dalam bahasa manusia apapun, apakah kamu akan khawatir tersesat di belahan dunia terjauh sekalipun?

Hari ini saya menikmati pembicaraan pacar saya dengan beberapa teman dari beberapa negara. Kagum dan sedikit rasa iri, tentu saja. Bagaimana dia mampu tetap fokus pada topik pembahasan dengan otak terbagi dalam 5 bahasa berbeda. Kemudian saya mulai mencari referensi di internet tentang bahasa. Menarik, apa yang dapat dilakukan otak manusia terhadap bahasa. Bahkan sejak masa bayinya sekalipun. Coba lihat kehidupan anak-anak, bukankah mereka lebih mudah beradaptasi di sutau negara baru ,dengan bahasa yang belum mereka kuasai, dibandingkan dengan orang dewasa. Kemudian tiba-tiba saja gambaran besar tentang apa yang saya inginkan dalam hidup mulai terbentuk. Walaupun masih berupa kepingan-kepingan puzzle, tetap mampu membawa keinginan itu mendominasi seluruh keberadaan saya.

Hal yang selama ini saya kira telah membeku dan mati, muncul dengan segarnya begitu saja. Tidak ada salahnya mulai mempercayai mimpi kita sekali lagi, sekalipun hidup yang kita jalani saat ini berbanding terbalik dari mimpi tersebut. Betul rasanya bahwa untuk dapat melakukan sesuatu kita perlu menemukan motivatornya terlebih dulu. Paling tidak sebagai dasar untuk melangkah dan selalu mengarahkan kaki pada tujuan akhirnya. Memaksa diri sendiri dengan keras agar bisa berbicara dalam bahasa asing adalah hal yang salah. Tapi ketika saya mulai menyadari bahwa saya menyukai dan mencintai bahasa-bahasa tersebut, meskipun tidak mengerti artinya sama sekali, barulah dengan sangat mudahnya itu masuk ke otak saya. Cinta adalah awal yang baik untuk berhasil, bukan. Mencintai apa yang saya rencanakan. Mencintai apa yang sedang saya kerjakan, ternyata mampu membuka sekat yang selama ini saya paksakan ke dalam otak ini. Sekarang, saya melihat kemajuan demi kemajuan bergerak lebih pasti.

"Jangan memaksa diri sendiri untuk berhasil tapi belajarlah dari mencintainya, maka kita akan mendapatkan hasil yang melebihi dari apa yang mampu kita bayangkan".

PERMEN PENGGANTI RUPIAH

Cuma di Tanjungpinang nih ketika belanja di supermarket, swalayan atau mini market uang receh sebagai kembalian berbentuk permen. Dan yang lebih mencengangkan lagi hal ini malah seperti tren di kota ini. Coba bayangkan jika uang kembalian saya delapan ratus rupiah dan semuanya dikembalikan dalam bentuk permen. Meradanglah saya. Sejak kapan mata uang Indonesia berubah jadi mentos, Wuzz, vitacimin, vitamin C dan entah apa lagi. Dan hal ini dilakukan dengan sadar alias sebenarnya ada tuh uang receh dilaci si kasir tapi berhubung karena konsumen tidak protes maka senanglah kasir. Mau tau kenapa?

Di Supermarket besar seperti di jalan Ir. Sutami ityu para kasir membentuk semacam koperasi. Jangan bayangkan koperasi yang satu ini semacam koperasi simpan pinjam atau sejenisnya. Koperasi hanya nama saja. Pelaksanaannya justru seperti bank bagi hasil. Setiap bulannya jika koperasi untung maka keuntungan itu akan dibagi rata untuk semua anggota, ya kasir-kasir itu tadi. Darimana sumber keuntungan itu? Permen. Hah? Iya permen yang konsumen ambil sebagai ganti uang kembalian yang jika dikumpulkan nih mungkin dalam satu tahun bisa buat belanja bulanan satu bulan lagi kali. Gak percaya. Hitung saja sendiri.

Sementara di Swalayan malah lebih parah. Coba deh sekali-kali belanja di swalayan yang terletak tidak jauh dari pamedan itu. Saya jamin kamu jantungan. Ya itu tadi delapan atau sembilan ratus rupiah uang kembalian konsumen akan berubah bentuk jadi lima atau enam permen, beda rasa pula. Atau jika mau ditukar dari rasa jeruk ke rasa anggur juga boleh. Cccckkkk, bahkan uang kembalian pun by request. Coba saja menolak. Khusus di swalayan ini, muka kasir akan berubah super duper jutek sambil bilang ‘gak ada koin’ dengan nada suara ngajak berantem. Gak ada koin? Alasan klise. Masa beberapa kali belanja disitu jawabannya gak ada koin melulu.

Saya kok jadi merasa dibodohi ya sebagai konsumen. Bukankah sebenarnya pengeluaran kita jadi bertambah jika menerima kembalian permen. Sudah keluar uang untuk belanja masih ditambah dengan –secara tidak langsung- membeli permen yang sebenarnya tidak kita butuhkan dan anggarkan. Bukankah kebanyakan permen-permen itu malah kita masukkan di kantong belanjaan dan lupa dikeluarkan -sangking kecilnya- yang akhirnya malah masuk tong sampah bersamaan dengan plastik kresekan. Atau malah kita biarkan di mobil atau kantong celana berhari-hari akhirnya dibuang juga. Kalaupun dimakan berapa banyak sih paling juga 2, sudah cukup.

Alasannya selalu sama: sulit mencari uang receh. Trus ngapain ada bank? “Ya gitu deh mbak tukar uang receh di bank juga susah, selalunya gak ada”. Sudah tau susah kenapa gak dibulatkan saja nominalnya ke pecahan limaratus rupiah atau seribu gitu. Lebih gampangkan. Saya malah jadi berpikir sebenarnya konsumen pun bisa kok membodohi tempat-tempat perbelanjaan yang mem-permen-kan uang receh itu. Salah satunya konsumen membayar dengan kartu kredit atau kartu debit. Toh harga yang kita bayarkan sama persis dengan harga yang tertera di komputer kasir. Jadi konsumen dan produsen pun sama-sama untung.

Konsumen untung dengan membayar sesuai harga belanjaan sementara produsen untung dari setiap barang yang dibeli konsumen. Tapi kalaupun harus membayar dengan uang tunai jalan satu-satunya ya menolak permen sebagai uang kembalian. Saya selalu melakukan ini. Dan berhasil, ternyata setelah saya menolak kasir dengan sigap mengeluarkan uang recehan. Iya dong itu kan hak saya sebagai konsumen. Coba perhatikan di Singapura dan Malaysia, yang dekat saja dulu. Apa pernah uang kembalian dalam bentuk permen? Tempat perbelanjaan disana selalu menyediakan uang bahkan sampai pecahan terkecil satu ringgit atau satu Sin dollar. Ya kan.

Konsumen pun bisa cerdas. Banyak cara pembayaran yang ditawarkan bank atau lembaga-lembaga keuangan lainnya yang justru pada akhirnya bisa dijadikan solusi demi menghindari ‘kenakalan’ kasir-kasir tempat perbelanjaan. Sebagai konsumen kritis itu penting. Coba saja jika semua warga Tanjungpinang mau dengan tegas menolak permen sebagai uang kembalian saya rasa kita akan mulai melihat lagi uang-uang receh seratus dan lima ratus rupiah di dompet. Atau bahkan uang receh duapuluh lima rupiah. Jadi ingat kakak saya punya koleksi sekaleng uang koin duapuluh lima rupiah. Dulu uang ini sangat mudah ditemui. Sekarang? Uhhhh, entahlah.

04 October 2012

LIFE MUST GO ON

Walpap (2004) Menegadahkan kepala, memandang langit berusaha menemukan bentuk-bentuk awan. Biasanya ketika alam sedang bersahabat seperti ini, saya bisa menikmati lelucon alam. begitu banyak bentuk awan yang mampu membuat saya tersenyum. Cinta saya pada alam telah ada sejak lama, sejak saya kecil. Duduk berjam-jam ditengah lapangan luas hanya untuk menegadahkan kepala ke langit. Bersantai di hamparan batu granit, berbaring santai, menyilangkan kedua tangan di belakang kepala, menyipitkan mata sambil terkadang bersiul pelan demi memandang langit.

Saya tumbuh dengan teman yang terbatas. Masa kecil saya tidak sebaik dan seindah anak-anak lainnya. Tidak seberuntung mereka. Saya tumbuh di lingkungan yang kurang menyenangkan, secara emosional dan nyata. Beberapa kejadian bahkan mampu meninggalkan 'jejak' yang cukup dalam. Tanpa peringatan sebelumnya alih-alih saya ditinggalkan, dan tanpa kata-kata pengantar tahu-tahu datang kembali. Tidak pernah memperdengarkan kata maaf atau penyesalan. Tahu-tahu ada dan memaksa saya untuk menerima lalu melupakan semuanya. Menuntut saya menganggapnya tidak pernah terjadi. Tanpa penjelasan apapun.

Pengalaman kemudian mempertemukan saya pada langit, awan dan alam. Duduk berlama-lama memandangi awan. Membuat bentuk-bentuk imaginatif, ternyata mampu membuat saya berhasil menciptakan hidup yang lebih berwarna. Paling tidak hidup saya tidak hanya melulu sedih, kehilangan, tekanan dan kosong. Jika yang lain tidak bisa tertawa bersama, maka saya akan membuat diri sendiri menertawakan alam. Tidak! Saya tidak pernah berpikir bahwa itu gila. Saya hanya sedang mencari bentuk lain dari kebahagian. Bentuk lain dari sesuatu yang bisa meninggalkan jejak warna dalam hidup saya.

Sejak kecil saya selalu berpikir praktis "Jika orang-orang terdekat saya tidak mampu menghadirkan senyum kebahagian, itu bukan berarti saya tidak bisa menciptakannya kan". Menyesal? Dulu pernah ada penyesalan dan kemarahan akan masa kecil saya. Membentuk karakter keras dan kepribadian yang agak berbeda. Setiap pilihan yang saya buat seakan-akan hanya melulu pemberontakan. Tidak perduli masalah dasar yang memicunya ujung-ujungnya selalu terkait erat dengan pembangkangan. Pembuktian bahwa saya mampu melakukan segala hal dengan hanya mengandalkan diri sendiri. Tidak butuh bantuan, itu tabu buat saya.

Namun ketika beranjak dewasa, dengan begitu banyak pertimbangan dan pemikiran-pemikiran sadar. Saya memilih untuk berdamai dengan semua 'sampah' itu. Tidak penting seberapa buruk dan parahnya sekalipun masa lalu saya, memendam itu sama saja dengan 'menghentikan' hidup saya sendiri. Pelan-pelan membunuh diri sendiri. Saya ingin terus berjalan maju, seperti awan yang senantiasa bergerak. Melihat lebih banyak hal lagi tanpa dibebani awan-awan hitam bernama masa lalu. Belajar lebih banyak lagi untuk meletakkan makna dalam perjalanan saya. Masa lalu sejelek apapun tidak akan pernah menambah nilai masa sekarang dan masa depan.

Manusia tidak bisa hidup di dua tempat berbeda sekaligus dalam waktu bersamaan. Kaki kanan di masa lalu sementara kaki kiri sibuk menapak di masa depan. Teori yang salah bukan! Sama salahnya dengan selalu mengkristalkan masa lalu seakan-akan kita adalah korban. Percayalah, masa lalu seburuk apapun itu tidak pernah berniat menjadikan kita korban. Dalam hal apapun justru kita lah pemeran utamanya. Kita lah si pahlawan itu. Selama kita bersedia mengibarkan bendera putih, masa lalu akan mampu mengajarkan kita menjadi manusia yang lebih baik.

Pernah dengar ini? Bahwa, "Keputusan kitalah yang pada akhirnya menghindarkan kita dari persimpangan jalan yang rumit". Kenapa harus menderita lebih lama jika saat ini sebenarnya kita bisa bahagia. Kenapa harus menyiksa diri lebih lama jika sebenarnya kebebasan itu bisa dinikmati sekarang. Tidak perlu membiarkan luka itu 'berdarah-darah' terlalu lama. Apakah ada bedanya berdamai sekarang atau nanti? Jelas! Jika luka itu bisa disembuhkan sekarang, kenapa harus menunggu nanti! Sudah pernah dengar belum "Semakin lama kita berdamai dengan diri sendiri semakin kita lupa cara paling sederhana melakukannya".

Beri kesempatan diri sendiri merasa bahagia apa adanya. Hidup itu akan lebih berwarna tanpa 'sampah-sampah' dari masa lalu. Banyak ruang lowong yang nantinya akan bisa diisi dengan cerita yang lebih baik lagi. Cerita yang ketika dikenang justru mampu menarik bibir kita untuk tersenyum. Berbenahlah waktu masih sangat panjang sebelum akhirnya fajar menenggelamkan kita pada kebahagian berikutnya.

LOVE IS YOU

Ur_My_EverythingMencintaimu merupakan sebuah anugerah. Cinta itu ada tidak melihat dari sisi sempurnamu. Dia datang begitu saja ketika pertama kali saya lebih mengenalmu. Berawal dari kesamaa-kesamaan yang pada akhirnya menimbulkan chemistry yang sulit untuk diterima logika. Jangan, jangan menggunakan logika untuk mencerna dan menjelaskannya. Cinta itu tidak pernah muncul dikepala ini, dia hanya menari-nari selalu, dihati, kemudian menjadi candu dijiwa saya. Membuat saya mencintai kamu dengan butanya.

Kekuranganmu lah yang pada akhirnya menyeimbangkan kelebihan saya. Dan kelebihanmu lah yang nyata-nyata menyempurnakan kekurangan saya. Apa yang belum pernah ada sebelumnya, terasa sangat nyata saat ini. Rasa yang belum pernah muncul sebelumnya berlomba-lomba memperlihatkan wujudnya. Emosi yang belum pernah mampir sebelumnya mulai menemukan 'rumahnya'. Mengisinya dengan cerita-cerita yang tidak terbayangkan. Belum pernah ada yang seperti ini.

Kehadiranmu dalam hidup membuat dunia saya menjadi lebih besar. Ada begitu banyak hal biasa yang kemudian jadi lebih indah. Ada begitu banyak kepingan puzzle yang saat ini mulai terpasang pada sisi yang benar, merekat sempurna pada tempatnya. Lubang-lubang berbekas dari kisah lalu itu saat ini telah rata, seakan-akan tidak pernah ada. Tergantikan dengan relief yang lebih indah dengan semburat warna warni, sebagaimana seorang pelukis menorehkan ribuan cahaya berkilau.

Kesabaranmu hadir dalam wujud yang sangat dewasa. Kamu mampu menerjemahkan keinginanmu dengan cara yang tidak egois. Yang pada akhirnya itu menjadi suatu kebutuhan bersama. Memunculkan kesepakatan disana-sini, mempersempit perbedaan, meluruskan apa yang seharusnya. Membuat saya tanpa sadar menginginkan sesuatu yan telah lama terlupakan. Membuka mata saya bahwa berdua denganmu lebih nyaman dari pada berjalan sendirian. Membuat saya sadar bahwa saya menginginkan kamu lebih lagi.

Sentuhanmu membuat saya merasa sangat dihargai dan didengar. Sangat apa adanya. Sangat kamu! Seringkali bahkan saya berpikir bahwa kamu terlalu baik, entah bagaimana jalannya semua itu bisa seimbang pada akhirnya. Sadarkah kamu bahwa saya benar-benar tidak mampu lagi 'berpindah'. Keberadaanmu saat ini menjadi begitu pentingnya bagi saya. Telah tercipta sepetak taman permanen dalam jiwa saya. Semakin hari bunga-bunganya tumbuh semakin mekar, semakin luas. Terlihat semakin indah.

Caramu memandang kehidupan dari sudut pandang yang tidak biasa membentuk pola pikir baru dalam otak saya akan banyak hal. Tidak ada lagi kerumitan. Meringankan kepala saya. Terurai dengan sangat mudahnya. Mudah, mudah sekali! Semudah tersenyum pada orang yang tidak saya kenal. Kamu menawarkan cinta dengan cara yang sederhana, namun entah bagaimana justru itu takaran yang paling sesuai untuk saya. Semuanya terasa mengalir, lebih natural. Lebih jujur.

Terima kasih, kamu yang terbaik yang surga 'pilihkan bagi saya. Tulang rusuk yang selalu saya bawa-bawa selama ini ternyata pas dipasangkan di bagian tubuhmu. Sempurna... :)

16 September 2012

THEN I'LL SAY....

Walpap (136) Kehilangan itu akan selalu menjadi bagian perjalanan hidup setiap manusia. Yang hidup pasti pernah merasakan kehilangan. Perasaan yang membuat hati seperti ditusuk-tusuk, mata selalu berair sementara pikiran hanya terpusat pada satu film kehidupan berjudul "Masa-masa indah bersamanya". Perasaan yang sangat tidak nyaman. Saya rasa tidak ada satupun manusia yang bahagia ketika kehilangan itu datang menghampiri. Mau tidak mau, suka tidak suka kehilangan seringkali datang di saat yang tidak terduga.

Perasaan kehilangan pertama dan tersedih dalam perjalanan hidup saya, ketika, kehilangan seseorang yang begitu dekat beberapa tahun yang lalu. Kecelakaan mobil di tol *bloody-damned- highway* yang menewaskan 4 orang penumpangnya. Dan dia adalah orang terakhir yang meninggal, setelah sempat di rawat lebih kurang 5 jam di Rumah Sakit. Sedih dan terpukul sekali, itu pasti. Semalaman saya menangis tertahan, tidak berhenti menyadari kenyataan bahwa kepergiannya telah membawa sebagian hati saya.

Dia tidak pernah tahu bahwa saya mencintainya sebesar cinta yang dia berikan. Dia tidak pernah tahu saya selalu grogi dan deg-degan setiap kali bertemu.  Dia tidak pernah tahu bahwa saya selalu salah tingkah berada dekatnya. Dia tidak pernah tahu betapa kegugupan saya mencapai klimaks bila bersentuhan sedikit saja dengannya. Dia tidak pernah tahu bahwa saya memuja ketulusan dan kebaikan hatinya. Dia tidak pernah tahu betapa perasaan cemburu yang begitu membuncah saat dia didekati wanita-wanita yang memujanya, dan itu membuat saya muak. Dia tidak pernah tahu bahwa saya menginginkannya lebih dari apapun. Dia tidak pernah tahu bahwa saya selalu merindukannya, bahkan ketika dia baru saja beranjak pergi. Dia tidak pernah tahu bahwa sikap over protective-nya membuat saya merasa terlindungi. Dia tidak pernah tahu bahwa rencana-rencana pernikahan dan masa depan itu membuat saya bahagia, ada saya didalamnya. Dia tidak pernah tahu bahwa menjadi miliknya, selamanya, serasa mimpi yang jadi kenyataan. Dia tidak pernah tahu bahwa saya sanggup melawan apapun dimasa depan untuk mempertahankannya. Dia tidak pernah tahu bahwa saya sangat menyesal harus bertengkar di pertemuan terakhir kami. Dia tidak pernah tahu bahwa saya menyangkal tubuh yang terbaring kaku itu adalah miliknya. Dia tidak pernah tahu bahwa ketika saya menyentuh tangan dinginnya yang diam saya berharap menemukan tanda-tanda kehidupan disana. Dia tidak pernah tahu sekalipun telah menyentuh wajah kakunya penyangkalan itu terus berteriak-teriak di kepala ini. Dia tidak pernah tahu bahwa ketabahan dan ketenangan yang saya munculkan akibat dari penyangkalan atas kenyataan yang ada. Dia tidak pernah tahu bahwa saya meredam sekuat tenaga untuk tidak menangis saat pemakamannya. Dia tidak pernah tahu bahwa hidup saya 'berhenti' dengan kepergiannya, tanpa saya sadari. Dia tidak pernah tahu bahwa saya masih terus berharap dia hanya menghilang dan suatu saat akan kembali lagi. Dia tidak pernah tahu bahwa keputusan saya untuk pergi sejauh-jauhnya dari kota itu adalah pilihan terakhir. Dia tidak pernah tahu bahwa alam bawah sadar saya selalu menghadirkan ilusi-ilusi keberadaannya. Dia tidak pernah tahu bahwa saya, sampai detik ini, masih mengingat dengan baik detail-detail kebersamaan kami.

Jika waktu bisa di putar, saya akan kembali dan menghapus adegan pertengkaran *tak termaafkan* itu, menggantinya dengan adegan paling manis untuk dikenang. Tapi begitulah, penyesalan akan datang terakhir dan selalu terlambat. Tidak berada disana, bertemu dan meminta maaf untuk yang terakhir kali, itu satu lagi yang terus menghantui saya sampai saat ini. Paling tidak saya menemani, berada disisinya. Memegang tangannya. Memberikannya kekuatan jika sekalipun dia tidak 'kembali', dia bisa merasakan saya ada disana.

Sekian tahun saya hidup dengan penyesalan itu. Menyalahkan diri sendiri. Sudah bertahun-tahun tapi tetap saja tidak mudah. Maaf, maafkan saya............... Maafkan saya. Saya melarikan diri sampai ke negeri orang. Saya belum mampu kembali ke kota itu. Kamu ada disana, terbaring diam. Entah sampai kapan saya akan terus berlari seperti ini. Menghindar. Rasanya ingin sekali bertemu dia sekali lagi. Melihat wajahnya sekali lagi. Saya betul-betul ingin bersamanya sekali lagi. Dia belum pernah tahu kalau saya sangat mencintainya.

Jika boleh meminta Tuhan. Saya ingin dia ada dalam mimpi saya malam ini, mengatakan apa yang ingin dia katakan untuk yang terakhir kalinya. Tentang perasaannya, tentang hatinya. Itu sudah cukup bagi saya melanjutkan hidup dengan yang lainnya. Saya bisa merasakan cintanya. Tapi saya tidak tahu apakah itu benar. Dia tidak pernah mengatakannya. Dia hanya menunjukkan dari sikapnya. Caranya memperlakukan saya mengatakan semua itu. Saya ingin bertemu dengannya, sekali lagi.

.................You'll always be there, in a better place of my heart. I knew, I love you and it'll forever..................

15 September 2012

AND I FOUND YOU

Each_Day_Am_Counting I have been listening over and over again to the song "Flightless Bird, American Mouth" by Iron & Wine that you were sent me a couple days ago. I first fell in love with the melody but don't understand the lyric at all. And now i have had it on repeat since i started listening to that song. It's a great song, honestly. Can be a love song, and therefore, could be just absolutely perfect for my favorite song right now, as you said. First off, it's a beautiful song, no matter what it's the true meaning. It's seem represents our relationship in it's entirety, from start to the end for one person.... is you.

Start from my childhood and the loss of innocence. Feeling like i have no voice in the world. Called for you everywhere, trying to find the one i love, the one who could possibly be my other half. I can look everywhere, but these are places everyone has already been so i won't be able to find somebody who i think is special. Those places have already been looked in, and they're not for me.

And after searching, in all the places i thought, i find the one. Someone who evolved from my 'current state' to become exceptional, special person. Yeah, special person, who accept me for who i am. Who have an ability to communicate well about the future, what can happen to this love. Who teach me how the two lovers understand and talk to each other politely. Who appreciating each other as a true love. Who put understanding of what God want us to do as a partner. Too comfortable realizes that the relationship has changed and reconcile what we have become.

Your love made me feel like i could fly. Fly with my own life. Fly with everything that i love. Fly with my future. Fly with my dreams, passion and desire. Fly with you to the next step of life........ And i found you.

And then i sing.......

I was a quick wet boy
Diving too deep for coins
All of your street light eyes
Wide on my plastic toys
Then when the cops closed the fair
I cut my long baby hair
Stole me a dog-eared map
And called for you everywhere

Have I found you?
Flightless bird, jealous, weeping
Or lost you?
American mouth
Big pill looming

Now I'm a fat house cat 
Nursing my sore blunt tongue
Watching the warm poison rats
Curl through the wide fence cracks
Kissing on magazine photos
Those fishing lures thrown in the cold and clean
Blood of Christ mountain stream
Have I found you
Flightless bird, grounded, bleeding or lost you, american mouth
Big pill stuck going down

(Picture taken from: http://www.wallpapersweb.com)

09 September 2012

M.E.N.E.R.I.M.A

Footprint

 

Sekarang lebih baik dari sebelumnya. Lebih tenang, lebih bisa menerima, lebih berjalan diatas kenyataan bahwa saya tidak perlu lagi mencemaskan beberapa hal itu. Hal-hal yang menyita hampir separuh isi kepala ini dan memonopoli semua kekhawatiran yang saya miliki. Menerima memang kata ajaib yang sulit untuk dijelaskan kekuatannya. Seberapa jauh pun manusia berlari, bersembunyi bahkan sampai keujung dunia sekali pun, hanya menghasilkan kesia-siaan. Menghindar, menghilang hanya demi menyembunyikan diri bukanlah jawaban yang tepat. Ya, walaupun bersosialisasi pun bukan merupakan solusi terbaik. Paling tidak buat saya. Menerima adalah satu-satunya pintu masuk dan keluar yang paling selamat. Well, menyelamatkan hati dan pikiran saya dari ketidakwarasan. Walaupun kadang masih harus menangis dan berteriak, semua itu sekarang hanya demi kelegaan. Saya berani bertaruh ketika harus kembali kesana tidak akan sesulit sebelumnya. Tidak akan perlu melakukan persiapan.

Saat ini saya sudah siap. Siap untuk melihatmu lagi tentunya dengan cara yang berbeda. Siap menemukanmu dalam, mungkin, 'penampakan' yang berbeda. Ya 'penampakan' yang berbeda kata yang okelah lumayan tepat. Saya menyadari satu hal, rasa yang ada untukmu. Tertinggal terus disana. Tidak pernah bisa pergi sampai kapanpun. Ternyata ada satu ruang yang tidak akan pernah terbuka lagi. Sekeras apapun saya berusaha mendobrak pintu itu. Tetap saja ruang itu ada disana. Saya lupa meminta kembali satu-satunya kunci yang pernah saya titipkan padamu. Sampai saya menyadari bahwa ruang itu tidak akan pernah tergantikan oleh yang lain...nya. Jadi bukankah lebih baik menerima saja, sehingga saya bisa berhenti dari semua pelarian dan penyangkalan ini. Rasanya itulah yang seharusnya.... M.e.n.e.r.i.m.a. Semua akan baik-baik saja setelah ini.

This is the hour of lead remembered if outlived, as freezing persons recollect the snow--First chill, then stupor, then the letting go. ( By Emily Dickinson)

Picture taken from: http://www.publicdomainpictures.net

SEBAL ITU MASIH ADA

images Sedih, marah, kecewa, itu yang saya rasakan. Dia tidak perlu bersikap pura-pura hanya untuk menjaga perasaan saya. Mungkin dia lupa bahwa saya orang dewasa yang mampu mengatasi penolakan. Saya mampu menanggulangi penolakan lebih dari pada apa yang mampu dia bayangkan. Mungkin betul sikap yang saya tunjukkan selama ini yang akhirnya mempersempit sudut pandangnya. Dan itu membuat saya ingin berteriak menghardiknya, menyuarakan teriakan protes bahwa 'saya bukan anak kecil, jadi berhentilah bersikap seperti malaikat yang berusaha melindungi perasaan saya setiap waktu'. Tapi saya tidak melakukannya. Saya memilih untuk diam disana, melawan semua perasaan protes. Terus berusaha membungkam rasa marah yang benar-benar mendesak keluar. Saya tidak ingin mengejutkan yang lainnya dengan alih-alih mengamuk disana. Hanya memperburuk keadaan. Dan saya tidak mau hal itu terjadi. Diam lebih baik daripada dianggap gila oleh orang-orang disekitar saya.

Tanpa saya sadari, pengalihan topik pembicaraan adalah pilihan yang tepat saat ini. Dan saya bersyukur untuk memilih dengan tepat. Tapi itu ternyata tidak membuat perasaan saya lebih baik, bahkan berhari-hari setelah kejadian itu. Hah! Saya pengen hilang ditelan bumi saat ini.... Berharap terjadi gempa bumi lokal yang mampu menyedot tubuh saya dan melemparkannya di kerak bumi terbawah. Aaaarrrgghh, sebel.

08 July 2012

HADIAH UNTUKMU


Selamat ulang tahun.
Hari ini usiamu bertambah satu tahun lagi. Namun waktu telah berhenti di duniamu. Disana batasan itu sudah tidak berlaku. Tidak ada sekat, tidak ada celah, semuanya abadi. Saya sedang membayangkan meriahnya perayaan ulang tahunmu, disana. Lilin, kue, lampu- lampu indah, bahkan senandung ulang tahun pasti terasa berbeda. Lebih bekesan, lebih berwarna. Ceritakan pada saya berapa banyak bingkisan dan ucapan yang kamu terima. Pasti banyak. Bahkan teman-temanmu tak sabar menunggu hari istimewa ini, saya membayangkan hal itu. Menyenangkan bukan. Ada tawamu. Ada bahagiamu. Pasti. Itu pasti.

Dulu, saya tidak pernah sempat merayakan ulang tahunmu. Entahlah. Saya tidak tahu kenapa. Seakan tanpa alasan. Seperti katamu, tidak perlu selalu ada alasan atas semua hal yang terjadi. Selalu saja hari itu terlewati dengan sendirinya. Bahkan saya berusaha memotong bagian itu dari film memori tentang kamu. Ketika saya kembali menyatukannya, potongan film itu sudah terlalu lapuk dan berdebu. Saya tidak bisa melihatnya dengan jelas. Lelah saya terus mencoba mengingatnya, namun tidak berhasil. Potongan film itu sudah terlalu rusak untuk kembali ke memori saya. Maaf, hanya itu yang bisa saya katakan. 

Malam sebelum ulang tahunmu, kamu ada disana. Menatap dan tersenyum. Tidak ada kata-kata. Senyummu jelas merefleksikan kebahagian. Senyum itu, rasanya sudah lebih dari cukup mengatakan kedamaianmu. Kamu ingin tahu, ya, saya bahagia melihat semua itu. Pergi begitu saja, tidak meninggalkan pesan apapun. Tidak memberikan kepastian. Dan sekarang datang sesekali dalam diam, hanya tersenyum. Entahlah. Beberapa waktu ini kamu selalu berada disana. Menatapmu tenyata mampu membuang semua kegelisahan dan perasaan tidak nyaman saya. Coba lihat, setelah begitu lama sekalipun kamu masih menjadi yang terbaik.

Saya nyaman dengan kehadiranmu. Seakan semua beban dalam diri ini terlepas. Lelah yang telah lama saya rasakan, menyesakkan dada perlahan terangkat. Tergantikan dengan ketenangan. Kemana pun saya berlari, saya tahu saya tidak bisa lepas dari semua ini. Kehilangan, hal yang paling saya takuti saat ini. Saya pernah mencoba, tapi gagal. Saya takut kehilangan lagi. Saya tidak ingin kembali ke masa itu. Tidak ada perasaan sakit memang. Yang ada justru hampa. Yang ada justru lepas kendali. Tidak ada tuntunan. Kamu sadar betapa berartinya kamu dalam hidup saya.

Sudah terlalu lama saya memaksa diri sendiri untuk menguburmu di kedalaman hidup saya. Berusaha keras menekannya untuk tidak muncul sewaktu-waktu. Menyumpalnya dengan berbagai cerita baru yang lebih menarik. Ketika mulai terkoyak sedikit saja, cepat-cepat saya menambalnya dengan cerita yang paling tebal. Namun tetap saja. Selalu ada jalan. Selalu ada cara. Pada waktunya semua yang tersembunyi itu akan muncul. Betapa keras pun usaha saya menyembunyikannya. Suatu saat tetap akan muncul. Hanya soal waktu. Dan tentunya saat yang tepat itu sekarang. Di hari ulang tahunmu.

Sebuah buku pernah berkata pada saya. Munculkan saja. Biasakan hidup dengan semua itu. Sebab dia punya tempat sendiri di hidupmu selama bertahun-tahun. Buku itu menyarankan saya untuk berdamai dengan rasa itu. Berteman dengan kehilangan itu. Bersahabat dengan kenangan tentang kamu. Sampai akhirnya nanti saya terbiasa dan ketika berhenti sejenak, menengok ke belakang sekali lagi, saya telah mampu berjalan cukup jauh dengan kamu tanpa rasa kehilangan. Saya ingin sekali mencobanya. Saya akan mencobanya. Memulai dari titik manapun. Dan mengakhiri di titik terjauh yang saya mampu.

Selamat ulang tahun...
Ini hadiah ulang tahun untukmu yang tidak pernah sempat mengenal facebook dan twitter.

(Foto diambil dari sini: http://www.fotosearch.com)


08 June 2012

TENTANG KITA

Kehilangan itu sesuatu yang tidak menyenangkan. Ada perasaan bersalah, sedih, menyesal dan sedikit penghianatan. Awalnya saya tidak merasa kehilangannya. Namun hari ini kesadaraan itu tiba-tiba muncul " dia sudah pergi". Rasanya sulit mencegah air mata jatuh dan sebongkah hati yang kecewa selalu menuntut penjelasan versi saya.

Pilihan, balik lagi kesana. Dia memilih pergi, memilih jalan hidupnya dan bahagia disana. Saya tidak diijinkan lagi untuk masuk dan mengobrak-abrik pendiriannya. Sekarang hanya berteman biasa, tidak ada kata belahan jiwa lagi. Hanya teman. Kedengarannya kok sadis sekali ya. Menyerah! Saya menyerah. Maaf tidak bisa berbuat apa-apa.

Sore itu, seseorang menanyakan kabarnya. Dan saya menggeleng sedih. Menyadari bahwa tidak ada jawaban yang keluar dari mulut saya. Benar-benar menyedihkan. Sudah sampai setidaktahu begitu saya masih saja tetap membelanya. Menyederhanakan kata-kata tudingan padanya dengan serentetan kalimat yang diawali dengan "mungkin saja".

Sudah terlalu jauh dia melangkah, sulit rasanya untuk memanggilnya kembali. Dia telah terbiasa dengan hidup yang sekarang. Dia telah terbiasa dengan jalan pikiran yang sekarang. Dia telah terbiasa dengan dunia yang sekarang. Tidak mudah, bahkan sekalipun saya berteriak memanggilnya untuk kembali, suara saya hanya tertelan oleh jarak.

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya, karena dulu impian dan masa depan begitu nyata. Semua ketidakpastian dan kemustahilan, jadi cambuk untuk diwujudkan. Ketika banyak mata menyipit, bibir mencibir dan kepala menggeleng justru itu menjadi sarana ajaib pengumpul tekad, membuktikan bahwa mereka salah dan kita cukup mampu membuktikannya.

Well, this is it! Inilah kehidupan. Nyata! Tidak bisa ditebak, naik-turun-menukik-mendaki, tidak ada yang tahu. Sadar atau tidak, jarak dan waktu berperan penting akan rasa itu. Rasa yang ada sekarang hanya sebuah kamuflase dari kehilangan dan ketidaknyaman yang telah ada sejak lama. Kita saja yang mengingkarinya, selalu.

Siapa sangka ternyata sekarang kita berbeda. Menjalani kehidupan yang sama dengan cara berbeda. Menjalani kehidupan yang sama dengan jalan berbeda. Menjalani kehidupan yang sama dengan pandangan yang berbeda. Menjalani kehidupan yang sama dengan rasa yang berbeda. Dan Inilah kita yang sekarang. Kita yang telah meninggalkan begitu banyak cerita "tentang kita".

Rasanya ini waktu yang tepat, memberanikan diri, mengucapkan selamat berpisah. Ini harus! Setelah ini kita bisa meneruskan perjalanan yang telah kita mulai dari titik kita berpisah.

06 June 2012

KARENA HIDUP ITU PILIHAN

Bersyukurlah....
Drama hidup diatur oleh seorang Sutradara yang tidak pernah tertidur. Sutradara yang tidak pernah kehabisan ide kreatif. Sutradara yang selalu mampu mengembangkan jalan cerita sekali pun kelihatan jelas jalan buntu di depan sana.

Bersyukurlah....
Hidup itu tidak selalu berjalan di atas rel yang benar, sesekali tergelincir itu biasa. Sesekali merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat itu perlu. Sesekali memilih berjalan diatas jalan yang penuh bebatuan, bergoyang ke kanan dan ke kiri bahkan tergoncang ada baiknya.

Bersyukurlah....
Peran yang kita mainkan tidak selalu sama dalam setiap episodenya itu pasti. Dunia yang kita hidupi tidak selalu berwarna putih sesekali berwarna hitam atau abu-abu itu harus. Alam saja memberikan sejuta warna-warni agar semua kelihatan lebih indah dan tidak monoton.

Bersyukurlah.... Ketika masih memberikan ruang pada hati nurani untuk bersuara, itu telah menjadi kelangkaan saat ini. Ketika memilih menghentikan langkah dalam perjalanan yang bahkan belum sampai sepertiga tujuan. Ketika merasa tidak nyaman dengan ketidakadilan, keterpurukan yang sedang dipertontonkan.

Bersyukurlah.... Memilih tetap berada dalam sebuah kotak besar yang belum tentu disukai banyak orang. Satu persatu menghilang. Rasanya bukan untuk menyerah. Lebih kepada penemuan mereka telah berakhir di satu titik dan rasa. Tidak perlu memberi penilaian. Biarkan saja, itu toh hak asasi. Hidup itu pilihan, kata orang bijak. Kotak manapun yang kita pilih, buka saja! Kita akan menemukan apa yang terbaik. Jangan pernah ragu. Bersyukurlah!

05 JUNI

Hari ini....
Ada begitu banyak cinta yang datang.
Ada begitu banyak ungkapan yang teruntai indah menghadirkan sebuah makna.
Ada begitu banyak ketulusan pertemanan, persahabatan dan
Ada begitu banyak keindahan yang terangkai cantik.
Ada begitu banyak nyanyian menyenandungkan bait demi bait menenangkan jiwa.
Ada begitu banyak ucapan 'selamat ulang tahun' yang terdengar tidak seperti tahun-tahun sebelumya.

TERIMA KASIH TEMAN....
Hari ini telah menjadi hari terindah dalam hidup saya, dengan keberadaan kalian semua. Terima kasih telah memberikan kata-kata dan doa terbaik untuk masa depan saya. Tuhan selalu menghadirkan kebahagian, menjaga hidup dan masa depan kalian, memberikan kesuksesan yang tak akan pernah putus dan melimpahi hidup kalian dengan berkat yang berlimpah.

TERIMA KASIH ini Rasanya tidak akan pernah cukup.