28 February 2009

SURAT UNTUK MAMA

ist2_1677277-newborn Ma, apa kabar? Beberapa hari ini aku melihat mata mama selalu bengkak. Mama menangis? kenapa? apa karena aku. Padahal aku disini baik-baik saja. Aku bahagia. Semua serba indah. Tidak seperti sebulan lalu kala aku sedang bernafas. Aku merasa tersiksa dan tiba-tiba saja semua berhenti. Aku tidak bisa lagi merasakan kedekatan dengan mama. Aku bahkan merasa diluar kenyamanan. Sakit memang ma tapi sekarang tidak lagi. Sekarang aku senang. Mamapun harus senang.

Jangan menangis lagi mama. Aku tidak ingin melihat mama sedih terus. Airmata mama sudah terlalu banyak tumpah hanya untuk aku. Disini aku bisa bernafas dengan bebas. Hari ini saja aku berlari dengan teman-teman, bermain bersama, lamaaaa sekali. Aku kuat ma. Kakiku walaupun kecil tapi kuat jika berlari. Mama pasti kalah tanding lari sama aku. Suatu hari nanti mama pasti kuajak berlari. Rindukan waktu itu ya ma.

Jangan menyalahkan diri sendiri terus ma. Sudahlah semua sudah baik-baik saja sekarang. Mama mungkin pernah tidak menginginkan aku. Tapi aku telah memaafkan. Mama mungkin takut akan pengakiman dunia atas kehadiranku. Yang ini pun telah kumaafkan. Untuk itu aku mohon berhentilah menangis. Airmata mama sebanyak apapun yang keluar tidak mungkin bisa membawa aku kembali kesisimu. Hanya akan membuat mama tampak lebih tua.

Jangan ma, jangan menangis lagi. Aku ingin selalu melihat kecantikan wajah mama. Aku juga merindukan senyuman manis mama yang selalu tersungging waktu mama mengelusku. Mama ingat itu, waktu aku berusia 6 minggu. Mama meletakkan tangan mama tepat dipunggungku. Waktu itu aku kira sedang ada orang yang memijatku. Eh ternyata tangan mamalah yang sedang mengelus punggungku. Menenangkan aku.

Terima kasih mama. Aku memang tidak sempat menghirup udara bumi ini. Tapi aku sudah cukup bahagia memiliki mama sepertimu. Aku bangga menjadi puteri mama. Kata teman-temanku aku mewarisi kecantikan mama. Disini semua orang terpesona dengan pancaran cahaya yang keluar dari mata indahku. Semua itu kuwarisi darimu, mama. Teman-temanku mereka juga sama dengan aku. Mereka tidak diinginkan oleh mama mereka dan akhirnya dibuang.

Dua hari yang lalu aku dan temen-teman duduk ditaman yang disediaan Tuhan khusus untuk kami. Cerita kami ramai sekali ma. Seru. Semua berebutan ingin bercerita lebih dulu tentang mama masing-masing. Semua membanggakan mamanya. Akupun ingin tapi entah kenapa aku malah sedih. Didepan teman-temanku aku tak mampu berkata-kata. Padahal aku ingin. Aku ingin mereka tahu bahwa mama adalah pahlawanku.

Bagaimana bisa aku bercerita pada mereka tentang mama jika aku selalu melihat mama menangis sejak pulang dari klinik om dokter itu. Aku lupa siapa namanya. Mama bahkan tidak mau makan. Berhari-hari hanya mengurung diri dikamar. Menangis saja. Sampai-sampai mama sakit. Aku melihat wajah mama begitu kusut. Tidak seperti biasanya. Bukankah mama selalu ceria? Teman-teman mama yang bilang itu dan sekarang mereka kehilangan keceriaan mama.

Hidup harus terus berlanjut ma. Meskipun mama menyesali keputusan mama. Tidak ada yang bisa berubah. Aku tidak mungkin kembali lagi pada mama. Mama telah membuangku, menolakku. Saat itu memang menyakitkan tapi bukankah aku sudah bilang bahwa aku memaafkan mama. Aku sayang pada mama mana mungkin aku bisa marah. Disini semua orang saling memaafkan. Tanyakan saja pada teman-temanku, mereka akan sangat setuju denganku.

Mama mulai sekarang hapuslah airmatamu. Jangan menangis lagi. Jangan khawatirkan keadaanku. Disini semua keperluanku terpenuhi dengan sendirinya. Aku bahagia. Jadi mama tidak perlu menangis lagi karena aku telah memaafkan mama. Aku sayang mama lebih dari perasaan sayang mama padaku. Tuhan menjagaku dengan sangat baik sehingga aku tumbuh menjadi anak yang kuat. Mama aku merindukan kehadiran mama suatu hari nanti, menemaniku.

 

Dedicated to: Semua bayi malang yang menjadi korban aborsi.

gambar diambil dari istockphoto

JANGAN SALAHKAN SAYA

ist2_46913-catch-the-sky Bukankah tidak ada bedanya ada dan tidaknya saya di’rumah’ ini. Karena semua hal yang saya lakukan tidak pernah ada yang perduli. Mungkin ini adil buat orang lain.Tapi tidak untuk saya. Saya yang akan selalu dikambinghitamkan dalam setiap persoalan yang terjadi. Seakan-akan saya telah berubah wujud di mata semua orang menjadi manusia yang tidak baik. Saya telah melakukan segala yang saya harapkan dan saya pikir itu yang terbaik. Namun saya tetap tidak pernah benar. Selalu saja salah.

Jangan salahkan saya jika saya menjadi lelah dan menyerah. Mulai merasa tidak lagi nyaman berada disini. Jangan salahkan saya jika saya terlahir dengan sifat perfeksionis. Jangan salahkan saya jika saya selalu menginginkan keteraturan dan kebersihan. Dan jangan salahkan saya jika saya memutuskan untuk menikamati hidup yang saya inginkan. Mungkin saya salah tapi saya terlalu lelah untuk selalu dikondisikan ‘menerima’ dan mengalah.

Ada saatnya saya mengalah agar tidak terjadi keributan yang tidak perlu. Adakalanya juga saya menerima karena hanya itu satu-satunya alternatif yang ada. Ada kalanya saya menjalani apa yang telah dipaksakan untuk saya jalani. Ada kalanya saya memilih diam dan tidak melanjutkan pembicaraan karena saya tidak ingin membuang energi lebih banyak lagi. Namun kali ini adalah saat saya merasa jenuh dengan semua permainan ini.

Dengar ini. Dengarkan apa yang ingin saya sampaikan.

Saya juga manusia. Sama seperti manusia normal lainnya. Saya pun punya perasaan dan keinginan. Saya punya kemauan. Saya berhak untuk menentukan apa yang saya anggap bisa saya terima atau tidak. Dan saya berhak untuk membela diri saya sendiri. Saya tidak pernah merencanakan hidup untuk diri sendiri. Saya bahkan tidak sempat berfikir untuk menikmati kebahagiaan sendiri. Tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk hidup dalam kesuksesan tanpa berbagi.

Semua orang berhak memberikan penilaian atas sikap saya. Semua orang boleh menghakimi saya. Tapi kenapa ketika saya protes dan ingin menjelaskan. Ingat! menjelaskan, bukan membela diri. Semua mata menatap tajam kearah saya. Semua mulut seenaknya mencerca saya. Saya ini manusia. Saya juga punya perasaaan. Sudah teralu lama kalian mendudukan saya dikursi pesakitan. Sampai saya tidak ingat lagi bahwa saya masih punya hak untuk memilih.

Ketika saya diam semua orang menuding saya dan mencap “tukang ngambek” di belakang punggung saya. Tahukah kalian betapa sakitnya kata-kata itu menusuk harga diri dan perasaan saya. Tahukah kalian saya memilih diam untuk menghindari konflik baru yang tidak perlu. Tahukah kalian saya memilih diam karena itulah satu-satunya pilihan yang tersisa. Dan tahukah kalian bahwa saya akan selalu memaafkan semua penyebab ‘diam’ itu.

Kalian tidak pernah tahu kenapa saya selalu menginginkan ‘rumah’ ini dalam keadaan teratur dan bersih. Agar kalian bisa betah tinggal di’rumah’ ini. Kalian tidak pernah tahu kenapa saya mengorbankan rasa sakit yang mendera selesai saya 'membersihkan’ seluruh ‘rumah’ ini. Kalian tidak pernah tahu bukan, saya rela menjalani rasa sakit di ‘saluran peranfasan’ hanya untuk memberikan kalian kenyamanan tinggal di’rumah’ ini.

Pernahkah terpikirkan sebentar saja, 1 menit saja kalian renungkan bahwa kalian selalu membela orang lain yang melakukan kesalahan dan menimpakannya pada saya. Pernakah kalian berpikir untuk memberi ruang dihati kalian untuk apa yang saya lakukan. Pernakah kalian tahu bahwa saya pun adalah bagian dari kalian. Pernahkah kalian menganggap kehadiran saya berarti bagi kalian. Pernahkan sekali saja? Pernahkah?

Tahukah kalian saya berjuang melawan rasa sakit di’saluran pernafasan’ saya untuk membersihkan ‘rumah’ sebesar ini. Jika telah bersih kalian semua menikamatinya dan kemudian melupakan saya. Jika ‘rumah’ ini kotor kalian memuji orang lain dan mengatakan saya pemalas. Membanding-bandingkan saya dengan orang lain yang lebih rajin dan berdedikasi tinggi dan mencerca saya seumur hidup kalian. Pernah terpikir sekali saja dalam hidup kalian bahwa saya pun bagian dari ‘rumah’ ini.

Saya rela mengorbankan apapun demi melihat senyum kalian. Saya sanggup melakukan apapun demi berbagi ruang sedikit saja dihati kalian. Saya ini ‘keluarga’ kalian. Tapi saya merasa bukan ‘keluarga’ jika berdepan dengan kalian. Seolah-olah saya hanya manusia tidak punya pekerajan yang menumpang hidup pada kalian. Sehingga ada atau tidaknya saya, tidak perlu mendapat perhatian lebih.Ternyata saya semalang itu bahkan dimata saya sendiri.

Saya bosan, jenuh dan lelah dengan semua ini. Saya hanya ingin menikmati hidup saya sebentar saja. Hanya sebentar. Itupun jika kalian tidak keberatan. Saya sudah biasa hidup sendiri sejak kecil. Saya sudah terbiasa berjuang untuk mendapatkan sesuatu sejak kecil. Saya sudah terbiasa dengan kesulitan hidup. Sejak kecil saya selalu berjuang sendiri tidak pernah ada tangan terulur untuk menolong. Saya telah terbiasa dengan kesendirian dan kerja keras.

Jadi jika sekali lagi saya harus melewatinya bukan masalah besar. Saya tahu cara menghadapinya. Tenang saja saya perempuan yang kuat. Badai sekuat apapun merobohkan, saya mampu bangkit kembali menata hidup saya meskipun dari awal. tenang saja. Hidup saya akan lebih baik jika saya berada jauh dari kalian. Saya punya ‘TANGAN’ yang selalu melindungi. ‘TANGAN’ itulah yang sejak saya kecil selau menampung airmata saya hingga sekarang. 

Dedicated to: My beloved friend. Defeat may test you, it need not stop you. For every obstacle there is a solution. Nothing in the world can take the place of persistence but the greatest mistake is giving up. You go girl.

gambar diambil dari istockphoto

LANGUAGE BARRIER

ist2_6509202-abstract-smile Sumpah, mata saya mo loncat meneliti dengan seksama, ulangi dengan seksama tata ‘tertib ruang sidang’ yang diketik rapi dan dibingkai *pula* terpajang manis di dinding luar ruang sidang. Bukan, bukan peraturannya kok yang bikin saya kaget setengah mampus. Itu lho sederetan kalimat antah berantah yang ada di bawah setiap point kalimat bahasa indonesia. Ya gemes, ya malu, ya protes-protes gak jelas gitu deh jadinya. Woi, yang bikin siapa sih. Malu tahu kalau saja ada wartawan bule atau orang asing yang kebetulan ada disana. Apa kata dunia coba?

Tahu apa yang ada dibawahnya? Terjemahan kedalam bahasa inggris dari bahasa indonesia yang ada diatasnya. Sumpah plek-plek membahasa inggriskan bahasa indonesia seperti ketika kita sedang bilang: “saya sedang dijalan” diterjemahkan “i’m on the road”. Padahal dalam bahasa inggrisnya sendiri kalimat itu diterjemahkan seperti ini: “I’m on my way”. Daann itulah yang terjadi. Penterjemahan kalimat bahasa inggris itu bukan memakai bentuk yang benar tapi hanya memindahkan kata per kata dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

Saya sempat melongo –beloon- tertegun beberapa detik berusaha mencerna bahasa yang ada didepan mata. Mungkin saya salah baca. Atau kecapekan malah. Terdiam dong, dan membaca berulangkali. Otak saya mulai bekerja lebih keras dari biasanya. Well, bukan mikir keras, cuma menahan emosi supaya gak keluar sebagai ketawa ngakak, yang pastinya berlebihan. Ya iyalah saya bisa dikira orang gila kale. Mending orang-orang bisa langsung ngeh ada yang aneh. Nah kalo ternyata mereka juga ngertinya cuma bahasa indonesia dan bahasa dewa aja gimana. Melongo bego semua kan.

Walaupun pajangan tata tertib itu hanya di tempelkan di pengadilan negeri daerah kecil. Tetep dong harus memperhatikan susunan penulisan bahasa asing yang benar. Bukankah tujuan penterjemahan itu agar orang asing yang kebetulan berada disana bisa mendapatkan informasi dan tentyu menghormati jalannya sidang. Buat saya sih lebih aman menyerahkan tugas terjemahan seperti itu ke ahlinya. Banyak kan guru-guru bahasa inggris atau tempat kursus yang bisa membantu menterjemahkannya. Jadi tidak perlu lah terlihat bego-bego amat dari ‘hasil karya’ ityu.

Ini nih kecendrungan sebagian besar  orang indonesia. Woi, jangan ngamuk dulu. Seringkali kesalahan-kesalahan penterjemahan seperti ini dianggap biasa. Dianggap remeh. Ya yang penting si bule tahulah apa yang saya maksud. Ye… gak bisa begitu kale. Mana bisa salah menterjemahkan ke bahasa asing ,dianggap hal biasa pula. Bisa berabe urusannya. Walaupun gak bakal sampe masuk bui hanya ya bisa menurunkan cara pandang, catat c-a-r-a  p-a-n-d-a-n-g mereka. Bangsa ini sudah sangat negatif dimata dunia jangan lagi dibikin lebih negatip alias dicap bodoh.

Lagian nih ya kasihan juga tuh bule-bule kalo baca tulisan itu. Saya aja yang baca jidatnya berkerut. Gimana bule-bule itu, kan jadi pengen jilat-jilat tembok. Bahasa yang benar itu bisa dijadikan tolak ukur silaturahmi. Dengan berbahasa asing yang benar bukankah kita dua kali diuntungkan sebagai negara yang berbudaya sopan dan menghargai orang asing tentunya. Mereka justru lebih respek ketika kita sebagai tuan rumah bisa menyediakan informasi yang mereka butuhkan dalam bahasa yang mereka mengerti dengan baik. Bukankah begitu teman.

gambar diambil dari istockphoto

09 February 2009

MERINDUKANMU

Walpap (2086)

Menatap indahnya senyuman di wajahmu membuatku terdiam dan terpaku

Mengerti akan hadirnya cinta terindah saat kau peluk mesra tubuhku

Banyak kata yang tak mampu ku ungkapkan kepada dirimu

Aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku

Disetiap langkah yang meyakiniku kau tercipta untukku

Sepanjang hidupku

Meski waktu akan mampu memanggil seluruh ragaku

Kuingin kau tahu ku selalu milikmu yang mencintaimu

Sepanjang hidupmu

(Tercipta Untukmu By Ungu)

Merindukannya membuat saya jadi sedikit melankolis saat mendengarkan lagu ini. Saya belum bisa merangkai kata untuk mengungkapkan rasa yang ada. Saya hanya menginginkan dia ada disini, duduk disebelah saya, menemani. Langkah ini terasa berat karena sepasang kaki yang biasa menopang dengan setia harus terenggut. Ternyata berjalan dengan dua kaki telah membuat perjalanan ini menjadi timpang. Saya ingin dia selalu hadir dan temani saya.

Untukmu, lagu ini saya nyanyikan dalam hati setiap hari. Betapa saya merindukan kehadirannya.

DIAPUN PUNYA PERASAAN

Desember 2008 

Sarah, lebih baik saya menyebutnya begitu. Remaja tanggung 15 tahun anak seorang pejabat daerah, cukup disegani, yang karena kekhilafan sesaat membuatnya saat ini mendekam ditempat yang tidak seharusnya. Sebelum berada ditempat ini dia menikmati masa ABGnya di sebuah sekolah negeri. Cantik, tinggi, berkulit putih, polos dan menawan. Siapapun yang melihatnya tidak akan percaya bagaimana profil sepertinya bisa melakukan tindakan kejam, yang menorehkan luka di hati orang-orang yang begitu mencintainya.

Beberapa kali saya bertemu dengannya ditempat yang sama. Tempat tidur dorong bagi pasien yang biasa kita temukan di lorong-lorong rumah sakit. Dia selalu duduk diatasnya bersila kaki sambil memperhatikan setiap pengunjung yang datang. Matanya menatapi mereka dengan tatapan yang sulit saya cerna. Mungkin penyesalan. Mungkin juga kerinduan mendalam akan rumah dan orang-orang tercinta. Papa yang belum pernah saya lihat menjenguknya atau mama yang hanya sesekali berani menampakkan diri.

Saya mengerti. Sangat mengerti reaksi orangtuanya yang merasa malu dan tertekan oleh penghakiman masyarakat karena kondisi sarah saat ini. Bukanlah suatu kebanggan jika anak perempuan tercinta saat ini dipaksa keadaan berada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas 2A. Walaupun Sarah tidak dikurung dalam sel sebagaimana para tahanan atau tahanan titipan lainya. Tetap saja tidak mengurangi penilaian orang terhadap dirinya dan orangtua. Seringkali prasangka dan penghakimanan orang disekitar kitalah yang justru memperburuk keadaan.

Sarah dituntut 9 tahun. Saya sedih membayangkan masa depannya. Jika 9 tahun itu benar terjadi bayangkan saja bagaimana kehidupan masa remajanya berkumpul dengan narapidana dari berbagai latar belakang kriminal. Well, Walaupun ada sel khusus untuk anak-anak dibawah umur. Tetap saja saya sedih membayangkan keberadaannya disana. Berkumpul dengan anak-anak yang pastinya melakukan tindak kriminal, mungkin saja, kelas berat. Membuat hati begitu miris. Saya tidak bisa membayangkan senyum yang selalu tersungging di bibirnya akan hilang ditelan kekerasan hidup di balik terali besi.

Hari ini sekali lagi saya bertemu dengannya bukan di Lembaga Pemasyarakatan tapi di Pengadilan. Sidang putusan kasus Sarah akan menentukan masa depannya. Melihatnya turun dari mobil tahanan berjalan dengan kepala tertunduk didampingi sang adik membuat perasaan saya tak menentu. Semua mata tertuju padanya. Sejumlah kalimat tanpa sensor keluar dari mulut mereka. Menuding, menatap tajam padanya sambil berbisik seakan-akan dialah manusia paling berdosa didunia. Tanpa ampun mereka ‘menghukum’ dengan tidak memperdulikan perasaannya.

Sarah memang malakukan kesalahan yang tidak termaafkan logika. Tapi jangan lupa bahwa dia hanya ABG 15 tahun yang karena kepanikan melakukan kesalahan itu. Cobalah tanyakan padanya apakah dia bahagia saat ini? Tentu tidak! Apakah dia melakukan karena memang suka membunuh? Tidak! Jika sidang kasusnya bukan sidang tertutup semua mata bisa melihat betapa menderita dan tertekan jiwanya ketika hakim dan penuntut umum bertanya tentang kejadian siang itu. Dia sering tak mampu untuk menjawab hanya menangis. Sarah pun terluka dan tidak percaya dengan apa yang telah dilakukannya.

Perasaan bersalah itu telah menghajar dirinya berulangkali, menghantui tidur malamnya. Masihkah harus ditambah dengan penghakiman masyarakat. Saya tidak membelanya. Sayapun tidak menyetujui perbuatannya. Saya hanya ingin bertutur dari sudut pandang yang berbeda. Sudah terlalu banyak orang dan wartawan yang menudingnya. Mengarahkan telunjuk pada dirinya. Meneriakinya pembunuh. Saya tidak ingin menambahnya. Buat saya sarah tetap salah namun dia layak untuk mendapat kesempatan kedua. Kesempatan untuk berubah.

Ketika pintu ruang sidang terbuka. Sarah berjalan tertunduk sambil terisak. Menutupi sebagian mukanya. Berjalan cepat menghindari bidikan kamera para wartawan. Berjalan kearah mobil tahanan yang akan membawanya kembali ke Lembaga Pemasyarakatan. Hari ini sidang memutuskan 2 tahun 8 bulan padanya. Bagaimana? Entahlah saya pun tidak tahu harus lega atau merasa tidak adil. Naik banding. Ya pihak keluarga memilih banding dengan keputusan itu. Pendapat saya? Entahlah saya malah ingin dia menjadi tahanan kota atau tahanan rumah saja sehingga dia masih bisa meneruskan pendidikan.

Tuntutan 9 tahun telah menjadi 2 tahun 8 bulan adalah hal yang luar biasa bukan. Sarah dihukum karena diduga telah membunuh bayi yang baru saja dilahirkan di kamar mandi rumahnya. Saat itu dia merasa sakit perut, ingin buang air besar. Masuk kamar mandi, jongkok di kloset dan betapa terkejutnya Sarah karena bukan ‘sampah’ yang keluar tapi seorang bayi mungil yang kemudian meluncur begitu saja. Kepala bayi mengantam lantai kamar mandi. Bayi mungil itu menangis Sarah panik, berusaha berdiri mengangkat bayinya yang kemudian terjatuh kembali karena tubuhnya masih sangat lemah.

Bayi mungil itu terlempar kelantai 3 kali. Lalu diam seketika, tidak ada tangisan lagi yang keluar, bayi itu sudah meninggal. Sarah memotong tali pusar bayi dengan obeng yang tergeletak di sebelah pintu kamar mandi. Membersihkannya dan meletakkan bayi malang itu dalam kantong plastik hitam. Dia berjalan kembali ke kamarnya. Menyimpan bayi yang telah meninggal itu dalam lemari pakaian. 3 hari kemudian salah satu saudaranya mencium bau bangkai. Sarah panik. Tanpa pikir panjang kantong plastik hitam itu dibuang begitu saja diselokan depan rumahnya.

Teka-teki itupun berakhir ketika polisi menjemput Sarah dari sekolahnya. Sejak hari itu kasusnya menjadi pembicaraan banyak orang. Namun bagi saya Sarah tetaplah anak manis yang begitu polos. Saya senang ngobrol dengannya. Seringkali saya melihat tatapan kosong matanya. Dia menyesal telah membunuh bayinya. Tapi dia lebih menyesal dengan penilaian masyarakat padanya dan keluarga. Semua orang pernah melakukan kesalahan bukan? Dan ketika penyesalan muncul, buat saya alasan itu sudah cukup untuk memberinya kesempatan kedua.

Dan ketika dia selesai menjalani hukumannya berapa tahun pun itu, saya ingin menjadi orang yang menerima dia apa adanya sebagai teman. Walaupun usia kami terpaut jauh. Orang-orang seperti Sarah butuh ketulusan kita untuk bisa menerima keberadaan mereka. Tanpa mengungkit masa lalu. Tanpa embel apapun. Memberi dukungan agar dia tetap memiliki semangat menjalani hidup barunya. Tetaplah berjuang Sarah, jangan pernah takut menegakkan kepala karena hidup akan selalu memberi ruang bagi perubahan.

TANJUNGPINANG

Kota ini dikelilingi oleh lautan dan pantai yang indah, memiliki sunset cantik dikala senja dan bersahabat dengan matahari ketika petang menjelang. Namun diwaktu malam menawarkan angin yang lumayan kencang bertiup. Kota tempat lahirnya gurindam duabelas yang sempat membuat saya susah tidur untuk menghafalkan 12 syair penuh makna. Hei, syairnya memang 12 teman tapi dari yang dua belas itu mengandung begitu banyak bait dan baris yang harus dihafal. Sanggup? Coba saja. Saya pernah sempat ‘mabok’ untuk menghafalkannya dimasa sekolah dulu.

clip_image002 Sunset

Ada dua jalan masuk menuju kota ini, laut dan udara. Saya lebih senang membahas laut. Bukan karena saya selalu terpesona dengan keindahannya. Namun karena masuk ke kota ini melalui laut telah ada sejak dulu. Bandara di kota ini baru saja ramai kembali setelah kota ini menjadi provinsi nomor sekian di Indonesia. Ferry, kami menyebut salah satu alat transportasi untuk bisa sampai ke kota ini. Bisa dari Batam atau Singapura dan Malaysia. Berjarak hanya sekitar 1 jam dari Batam, 2,5 jam dari Singapura dan Malaysia. Menjadikan kota ini alternatif bagi wisatawan untuk berlibur.

Tidak hanya wisman Singapura dan Malaysia banyak juga lho wisman Amerika dan Eropa mampir ke kota yang luasnya hampir sama dengan Singapura. Banyaknya obyek wisata ditawarkan oleh Pemda setempat yang akhirnya membuat kota ini selalu ramai mulai jumat malam sampai minggu sore atau ketika hari-hari libur lainnya. Kebanyakan wisman memilih untuk langsung menginap di obyek wisata yang ditawarkan. Sering juga mampir dulu ke pusat kota Tanjungpinang untuk nantinya melanjutkan perjalanan ke obyek wisata dengan menggunakan fasilitas yang tersedia.

Ketika ferry masih dilaut pun kita sudah bisa menikmati keindahan water front kota ini. Tembok batu yang dihiasi dengan tempat duduk. Silahkan jika ingin bersantai disana menanti senja turun. Sambil mengarahkan mata pada tugu yang melambangkan kekayaan kota ini yang diatasnya –sayang- sekarang kosong. Dulu pernah ada patung Raja Ali Haji Fisabillilah dan beberapa prajuritnya berdiri tegak menghunus pedang. Indah. Namun keindahan itu telah tergantikan oleh perdebatan tokoh dan masyarakat setempat. Akhirnya patung itu harus diganti dengan yang lebih mencitrakan kota ini.

Walaupun kerajaan Raja Fisabillilah dulunya terletak di pulau penyengat tapi satu yang mereka lupakan bahwa pulau penyengat merupakan bagian dari kota ini. Selain itu Raja Fisabillilah adalah satu-satunya raja yang berasal dari melayu Tanjungpinang. Mau tau jarak antara kota ini dan pulau penyengat? Hanya 15 menit naik perahu motor. Hari-hari tertentu bahkan mesjid yang terbuat dari campuran semen dan putih telur di pulau penyengat terlihat begitu indah dari kota ini. Jadi wajar rasanya jika patung raja Fisabillilah kembali bersemayam di atas tugu itu.

clip_image004 Patung Raja Ali Haji Fisabillilah

Ketika malam datang, deretan lampu jalan, rumah penduduk dan gedung perkantoran seakan berlomba memberikan sinar terbaiknya untuk mengucapkan selamat datang. Water front yang dibangun untuk menahan gelombang ferry datang dan pergi di perindah dengan pujasera dan taman bermain anak anak. Sementara para orang tua bisa memilih duduk santai di jejeran taman kecil yang dihiasi pepohonan dan bangku batu yang sangat nyaman sambil menyantap jajanan tentunya. Bahkan rasa penat setelah seharian bekerja pun hilang dengan suasana seperti itu.

Jika perut protes minta diisi silahkan ke OceanCorner, menikmati berbagai hidangan khas Indonesia, tinggal pilih sesuai selera saja. Ada sate ayam, pekmpek Palembang *rahasia ya penjualnya orang padang*, ikan bakar *ini sih menu andalan kota ini*, nasi goreng dan sodara sodaranya ityu, nasi dagang, bingung? Nasi uduk teman, dan beraneka minuman mulai dari kaleng sampe ice juice *harap dibaca I ce ju i ce dengan logat sunda kental* haits cari perkara. Harganya terjangkau. Ya standar kota ini tapi jangan coba membandingkan dengan harga makanan Jakarta. Bisa protes gak rela.

clip_image006 Suasana malam di OceanCorner

Ferry tiba di dermaga Pelabuhan Sri Bintan Pura, diatas lotengnya terdapat tulisan Selamat Datang ‘Welcome’ dan Selamat Jalan ‘Have a nice trip’. Jadi kita pilih Selamat datang saja disesuaikan dengan kondisi gityu lho. Turun dari ferry bukan saja disambut oleh para potter tapi angin kota ini siap memberikan kesegaran setelah selama beberapa jam hanya duduk diam dalam ferry. Sepanjang perjalanan menuju ke luar pelabuhan banyak sopir taxi yang pasti akan menawarkan jasa mengantar. Jangan kuatir di kota ini sopir taxi masih punya hati nurani. Tarif mereka sekitar Rp. 10,000-25,000. 

Tidak hanya pemandangan water front yang indah. Namun kota ini pun menawarkan tempat-tempat hiburan yang menyenangkan. Suasana pantai, olahraga air dan makanan. Jika datang ke kota ini makan di Potong Lembu menjadi keharusan. Belum ke Tanjungpinang kalau belum makan di Potong Lembu. Jangan tanya kenapa dinamakan seperti itu, sejak dulu pun saya selalu bertanya. Sayang belum ketemu jawabannya. Hanya selentingan saja terdengar, belum cukup rasanya dijadikan kepastian awal mula cerita tempat ini. Kata orang, dulu daerah ini dijadikan tempat penjagalan lembu.

Banyak sekali hotel murah disini. Tapi jika ingin memilih hotel yang lumayan bagus saran saya menginap saja di hotel Kaputra atau Laguna. Jika kamu penggemar travelling dengan budget murah, hotel Sanno dan Jojo bisa dijadikan alternatif. Walaupun bertarif murah tetap aman dan nyaman. Letak hotel yang dekat dengan pusat kota membuat kita lebih leluasa berjalan kaki menjelajahinya. Gak perlu naik angkot gitu? Gak usah deket kok. Kota ini sangat kecil bahkan jika dikelilingi pun hanya menghabiskan waktu 1 jam, semua telah terjelajahi.

clip_image008 Aktivitas siang hari Tanjungpinang

Wah ternyata matahari telah sampai diatas kepala. Lihat jam, ternyata sudah waktunya makan siang. Pantas saja perut sudah bernyanyi sumbang. Yuk, kita cari tempat makan yang enak, bersih dan murah. Hmmm, Kedai kopi Segar sepertinya cocok untuk memanjakan lidah siang ini. Masakan Indonesia asli berbumbu, soto dan es gunung. Hah, es gunung hanya ada disini. Isinya mirip es campur ditambah dengan kacang merah dan beberapa bahan yang saya tidak tahu namanya. Segar. Masih kurang bisa pesan juice buah yang diatasnya ditambahkan ice cream. Enaknya.

Atau ingin menu lain ada ayam bakar madu, bakso solo yang enak banget atau kita kuliner ke Gerai yuk. Disana ada sayur asam, ikan bakar, ayam bakar bumbu rujak atau bumbu kecap. Sambalnya paling enak sejagat. Itu aja? Gak dong. Kamu suka Chinese food? Banyak. Oya ada mie miskin. Enak lho cuma ada di kota ini. Atau ketoprak. Eit, tunggu dulu, ketopraknya beda dengan ketoprak Jakarta. Kuah kacangnya enak banget. Saya biasa memanggil penjual ketoprak itu dengan sebutan pakde. Jika ingin mencoba tantangan baru kita ke Jl. Basuki Rahmat. Disana ada restoran masakan melayu. Makanan yang tersedia semua melayu sekale.

Bosan pelesir di dalam kota. Teruskan saja perjalanan ke tempat-tempat indah lainnya. Lagoi namanya. Kawasan resort yang sangat luas ini dikelola oleh perusahaan lokal yang diinvestori oleh perusahaan asing kebanyakan dari Singapura. Sumber dana dan daya manusia lokal belum mampu untuk mengembangkan dan mengelola kawasan resort seperti Lagoi. Selain wilayah yang terbilang luas. Juga banyak pulau-pulau kecil berjarak beberapa kilo dari pantai yang bisa diberdayakan. Membutuhkan dana yang sangat besar. Lebih baik serahkan saja pada investor, mereka lebih berpengalaman.

clip_image010 Pasir putih ini menjadi favorit saya

Alam menganugerahi Lagoi dengan pantai yang sangat indah. Pasir putih terbentang sejauh mata memandang. Pohon-pohon bakau terawat dengan baik. Ditambah lagi pepohonan kelapa yang menambah kesejukan mata melihat kehijauannya. Dipermanis pula oleh bebatuan pantai yang telah ada sejak saya kecil. Batu-batu alam ini favorit saya. Senang rasanya bisa memanjat dan berada diatasnya sambil berteriak sekeras-kerasnya, sesuka hati. Atau tertawa ketika melihat anak-anak kecil berusaha menaikinya. Mengingatkan akan masa kecil saya.

Kurang lengkap rasanya jika tidak menginap di kawasan resort ini. Lihat ada beberapa resort yang bisa dijadikan alternatif menginap. Tarifnya lumayan mahal karena mata uang Rp tidak berlaku di sini, sssttt hanya USD dan Sin$ saja yang tercantum disetiap daftar harga. Jika Rp yang kamu bawa siap-siap nangis bombai untuk dikonversi kedalam 2 mata uang tersebut. Jangan heran walaupun Lagoi termasuk wilayah Indonesia tapi mata uang yang beredar di Lagoi memang mata uang asing. Wajar toch kawasan ini juga dibangun bukan untuk wisatawan lokal. Sasaran mereka adalah wisatawan asing.

clip_image012 clip_image014

clip_image016 clip_image018 clip_image020pemandangan indah dari beberapa resort

Menyenangkan bukan. Duduk di tepi kolam kecil menyambut senja yang sebentar lagi akan turun. Cepatlah tidur malam ini karena besok olahraga air telah menanti kehadiranmu, teman. Banana Boat, Snorkling, Canoe, Selancar, Diving, atau hanya berkeliling naik boat. Mulai dari 15 menit – sesuka hati saja. Jangan lupa siapkan USD atau Sin$ sebagai alat transaksi. Saya sudah bilang belum jika Rp harus rela dikonversi ke dalam 2 mata uang asing tersebut. Jangan heran lagi dong ini sudah aturan mainnya. Nikmati saja keindahan dan kenyamanan yang ditawarkan.

clip_image022 clip_image024 clip_image026 clip_image028

Lelah berolahraga air seharian ini. Tuh ada tempat untuk bersantai. Silahkan lapor pada petugas jaga maka salah satu dari bangku itu bisa menjadi tempat kita beristirahat. Jangan lupa pesanlah minuman kesukaanmu, teman, sekalian cemilannya. Berbaringlah, lupakan semua rutinitas. Ketika pelayan datang membawakan pesananmu, silahkan dinikmati. Kalau sudah begini baru terpikir bahwa hidup itu indah. Rasanya tidak ingin kembali ke kantor bukan? Hembusan angin sepoi-sepoi diwaktu sore, memandang langit biru dan riak-riak kecil dipantai membuat mata pastilah tidak bersahabat.

clip_image030

Tidurlah teman, jangan khawatir para penjaga pantai akan membangunkan jika malam mulai turun. Bermimpilah. Mimpikan suatu hari nanti akan kembali lagi ke tempat ini. Tentunya bersama keluarga dan orang tercinta. Semoga kita bersilangan jalan di pantai ini tahun depan. Siapa tahu saya akan mengenalimu lebih dulu. Untuk kamu yang masih merencanakan perjalanan akhir tahun bisa lho jadikan tempat ini sebagai alternatif.

Indah bukan kota ini. Jika ada yang bertanya tempat seindah ini ada dimana sebut saja Tanjungpinang, Pulau Bintan. Melayu bahasanya. Penduduk lokal menyebutnya kota gurindam. Karena gurindam 12 lahir disini. Kecil kotanya namun telah menjadi tempat tujuan wisata bagi turis asing. Ssssttt, inilah kota kelahiran saya. Jangan lupa namanya Tanjungpinang.

Ket: Beberapa foto diambil dari internet

LOVE IS BLIND

Walpap (2498)

Ada yang baru saya sadari bahwa Love Is Blind. Ternyata cinta itu bisa datang pada siapapun, tanpa memandang status siapa yang dihampiri. Masa sih? Gak percaya coba cermati video klip lagu terbaru dewi 'dee' lestari ‘Malaikat Juga Tahu’. Pemeran utama pria dalam video klip itu adalah Lukman Sardi yang berperan sebagai seorang lelaki yang pada awalnya saya pikir keterbelakangan mental. Ternyata saya salah Lukman Sardi berperan sebagai pria dewasa penyandang autis.

Pertama kali melihat video klip itu saya tidak mengerti jalan cerita apalagi pesan yang ingin disampaikan. Dengan penjelasan seorang sahabat dan membaca tulisan dewi lestari baru saya mengerti bahwa video klip itu mengangkat kisah nyata seorang pria 38 tahun yang terperangkap dalam mental anak 4 tahun. Dia penderita autis yang tidak tertangani dengan baik. Bukan karena biaya! Saat itu dunia kedokteran belum secanggih sekarang sehingga penderita autis hanya bisa menerima kenyataan hidup tanpa mengenal cita cita.

Hidup dengan lakon yang sama. Tidak mengenal toleransi hanya mengerjakan aktifitas yang sama, diulang-ulang setiap hari. Tapi jangan salah walaupun pria ini penyandang autis namun dia bisa jatuh cinta. Sekali lagi dia jatuh cinta. Bukan pada sabun mandi koleksinya, bukan pula pada rutinitasnya. Dia jatuh cinta pada seorang wanita. Adil bukan? Tuhan itu adil bukan? Disatu sisi pria ini tidak bisa berinteraksi secara normal juga tidak bisa menjalani kehidupan seperti orang lain tapi Tuhan memperkenalkannya pada cinta.

Stop disini. Coba baca tulisan Dewi Lestari yang berjudul ‘Malaikat Juga Tahu’ di www.dee-rectoverso.com

Apakah sekarang kamu setuju dengan saya bahwa Love Is Blind ?

Ketika melihat video klip ‘Malaikat Juga Tahu’ untuk kedua kalinya saya terkesima. Sungguh takjub dengan keberadaan cinta. Terpesona dengan kekuatan cinta yang bisa menarik dan menghadirkan siapapun dalam hidup. Bahkan dalam hidup seorang pria autis sekalipun yang bahkan sulit mengenali dirinya sendiri. Cinta tetap ada –untuknya-. Buat saya itu luar biasa. Sebelumnya saya tidak pernah melihat keajaiban seperti ini terjadi, menyadarinya pun tidak. Karena saya pernah dekat dengan kehidupan penderita autis.

Saya takjub dengan kehidupan. Karena hidup selalu memberikan hadiah hadiah terindah. Cinta salah satunya. Dengan cinta kita mampu berkorban nyawa sekalipun. Ingat Juliet yang begitu cintanya pada Romeo sampai matipun dijadikan solusi untuk mereka tetap bersama. Dengan cinta seorang ayah mampu bekerja keras untuk bisa memberikan kebahagian pada anak laki-laki semata wayangnya. Coba nonton The Pursuit of Happiness.

Dalam One Night with The King, Demi cinta, raja Xerxes sanggup mengabulkan permintaan -yang tidak masuk akal- Hadassah alias Ester, ratu Persia untuk membebaskan rakyatnya dari perbudakan. Karena cinta seorang ibu sanggup melakukan apapun untuk menghadirkan anaknya kedunia ini. Lihat pengorbanan ibu kita saat mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan. Dan dengan cinta juga kita bisa bertahan sampai saat ini dengan pasangan kita walau tidak jarang ketegangan dan perselisihan terjadi.

Ternyata cinta itu sederhana sekali. Datang, masuk dan hidup di hati. Indah dan terbuka. Ketika kita mencintai seseorang bukankah kita selalu ingin berbagi dengannya. Selalu ingin berada didekatnya, menemani melewati masa masa tersukar dan berbagi tawa saat bahagia. Bukankah kita selalu ingin jujur padanya. Dalam segala hal tanpa ada yang ditutupi. Keterbukaan istilahnya. Bukankah cinta itu selalu seimbang, jika telah diberi juga akan memberi bukan untuk membalas tapi untuk mengungkapkan cinta dengan cara yang lebih kreatif dan hidup.

Namun kadang cinta bisa berubah di tengah jalan. Sehingga seringkali telunjuk yang diciptakan Tuhan untuk tujuan mulia digunakan untuk menuding orang tercinta. Ketika cinta berseberangan jalan dengan harapan seringkali cinta ditinggalkan dengan alasan klise, sering malah tidak masuk akal. Namun bagi saya cinta tetaplah sederhana. Sesederhana mensyukuri hidup. Sesederhana seorang penderita autis bisa menulis surat cinta pada wanita pilihan hatinya.

Bagi saya cinta tidak pernah berubah. Cinta tetap sama. Tetap mampu membuat kita tersenyum sendiri seperti orang gila. Dan cinta tetap buta. Love is Blind ternyata itu benar. Keinginan kitalah yang membuat cinta itu tidak lagi buta. Biarkan saja cinta selalu buta karena cinta terlahir tanpa sekat. Cukup dirasakan tidak perlu dipikirkan. Hmmm, Sudah siapkah kawan untuk menerima kehadiran cinta dan tetap membiarkannya selalu buta ???

Tulisan ini terinspirasi dari lagu dan tulisan “Malaikat Juga Tahu”-nya Dewi 'dee' Lestari, Bisa dilihat di www.dee-rectoverso.com. Lagu yang mampu merubah cara pandang saya tentang cinta.

SOPAN ITU MAHAL SEKALE

Kesopanan itu mahal harganya saat ini. Di era globalisasi dan modern seperti sekarang ini, yang segala sesuatu serba instan tenyata sudah banyak orang yang menganggap sopan itu kelaut aja. Seperti kejadian barusan saat saya sedang mengantri dengan tertibnya di depan kasir sebuah swalayan besar di daerah saya. Sedang menunggu giliran untuk membayar saya iseng melihat tumpukan minuman botol di letakan berjejer rapi jali di atas rak. Saya tertarik dan berjalan melihatnya. Keranjang saya letakkan di tempat saya mengantri ditemani oleh kakak saya. Sedetik kemudian ketika saya balik lagi ke antrian, tiba-tiba ada seorang wanita muda yang berumur awal 20-an menyerobot antrian saya tanpa membawa belanjaan apapun.

Tangannya benar-benar kosong bahkan selembar kertas tanda bukti pembelian yang membutuhkan nota pun tidak ada. Saya menoel pundaknya dan menegur kelakuan super sembarangannya itu. Dia menatap saya –mundur- sambil marah-marah yang intinya seharusnya saya menaruh keranjang belanjaan saya dalam antrian. Saya menoleh kearahnya dan perdebatan mulut pun terjadi. Dia keukeh jumekeh bahwa sayalah yang salah.

Excuse me, I beg your pardon, please, bukankah seharusnya saya yang marah? Well, bagus sekali pembelaan diri yang dilakukannya padahal keranjang belanjaan dan kakak saya telah antri sekian menit disana. Tanpa minta maaf dia terus mengomeli saya. Yang akhirnya membuat kemarahan saya sampai juga diubun-ubun. Saya pun meledak dalam bahasa yang sulit ditangkap dan dicerna oleh otaknya *kale*. Karena setelah itu dia masih saja menyalahkan saya dan berbicara dengan tidak sopannya. Catat dengan tidak sopannya.

Kepada temannya yang sedang mengantri di kasir sebelah dia berbicara dalam bahasa daerah yang tidak saya mengerti. Saya mengarahkan padangan pada kakak saya yang malah disambut dengan senyum penuh arti. Dengan santai kakak saya malah tersenyum sinis sambil berkata: “Ngeladenin orang kampung kayak dia malah bikin kita ikut-ikutan jadi kampungan!”

“ …………????”

Wanita awal 20-an yang telah menyerobot antian saya tadi pergi tanpa membayar apapun dikasir. Melewati palang pintu masuk untuk berjalan keluar akibatnya separuh badannya tersangkut disana. Excuse me once again, FYI neng itu pintu buat masuk bukan keluar. Saya dan kakak menatap wanita itu dengan senyum lebar. Orang-orang disekeliling saya yang melihat kejadian penyerobotan itu pun melakukan hal yang sama, ikut tersenyum sambil berbisik-bisik.

Hare gene masih ada aja lagi orang keras kepala gak tau aturan kayak gitu. Sudah salah dengan menyerobot antrian orang. Dikasih tau malah ngotot dan marah-marah pula. Kelaut aja neng. Sekali lagi kesopanan itu sekarang ternyata mahal harganya. Lebih banyak orang orang keras kepala yang selalu menganggap dirinya benar. Padahal kesalahan itu sudah terlihat didepan mata.

Tulisan ini hanya untuk ngeluarin unek-unek aja.

OH JATUH CINTA

Mencintainya membuat hati selalu berdebar-debar. Selalu ada sesuatu didalam sana yang membuat perut terasa kaku dan keram. Sulit bernafas jika tiba-tiba saja dia ada didepan mata. Bibir rasanya tidak bisa terbuka sedikit pun kecuali untuk tersenyum dan tersenyum. Memandangnya membuat seluruh dunia seakan berhenti pada satu titik yaitu wajahnya. Yap jatuh cinta selalu membuat seseorang senewen gak karuan.

Kadang saya menemukan gejala-gejala yang malah sampai pada tahap kronis seperti senyum senyum sendiri padahal gak ada yang lucu. Gembira berlebihan padahal gak sedang dapat undian satu milyar. Suka berlama lama di depan kaca padahal dandan udah kelar 2 jam yang lalu. Ehm…. Suka geratakin isi lemari pakaian yang berakibat semua penghuninya terpaksa terlempar ke tempat tidur.

Runyam. Jatuh cinta memang bikin runyam jagat raya. Dunia serasa terbalik. Semua serba berubah mulai dari kebiasaan sampai kesenangan. Kalau sudah begitu semua dilakukan demi terlihat sempurna di depan orang yang dicintai. Tabungan pun menipis karena keseringan dipakai buat ke mal *beli baju lagi beli baju lagi*. Yang gak pernah pernahnya perduli dengan penampilan malah jadi langganan tetap sebuah salon.

Repot. Setiap hari telepon-telponan dengan sahabat Cuma buat melaporkan perkembangan terakhir. Kasihan tuh sahabat, telinga yang diciptakan Tuhan dengan tujuan mulia *untuk mendengarkan keluhan banyak orang* malah di kontrak sepihak demi mendengarkan celotehan sahabat yang sedang jatuh cinta. Selain itu, Woi dapat salam tuh dari pulsa. Tagihan telepon bisa membuat bokap nangis darah. Keterlaluan.

Tapi itulah jatuh cinta selalu membuat kita menghalalkan pemborosan demi menarik perhatiannya. Ternyata gejala-gejala diatas tidak hanya dilakukan seorang ABG yang sedang jatuh cinta, orang dewasa pun. Gak percaya. Coba berhenti sejenak, putar badan teman dan perhatikan, berapa banyak coba teman-teman sekantor dan kampus melakukan pemborosan akut begitu. Atau jangan jangan kita sendiri pun melakukannya *weitz*.

Beberapa waktu lalu saya melihat sepasang ABG yang sedang jatuh cinta. Si cewek bermanja-manja dengan santainya. Orang-orang disekitar mereka yang melihat kejadian itu pasang muka jutek sekale. Saya hanya berdiri beberapa meter dari pasangan muda itu, melihat sambil senyum senyum sendiri mengingat masa ABG saya. Buat saya hal itu biasa, toch dulu pun saya norak seperti mereka. Biarlah mereka menikmati saat saat yang belum tentu bisa diulang lagi.

Well, awalnya Cuma iseng malah jadi tulisan ini. Tertarik aja melihat sesuatu yang mampu membangkitkan kenangan masa masa ABG.

TENTANGNYA

Matahari sedang tidak bersahabat hari ini, sinarnya cukup mampu membuat saya dehidrasi hanya dalam waktu beberapa menit dari tegukan terakhir minuman tadi. Otakpun seakan terpacu untuk segera mendinginkan badan dalam ruangan tertutup nan nyaman. Walaupun tidak ber-AC namun tetap saja sangat berarti dalam keterikan siang ini.

Akhirnya saya bisa berada dalam bangunan tua yang sudah tidak layak huni ini tentunya setelah menunggu petugas administrasi yang super duper lelet menjinakkan pulpennya. Busyet deh untuk mengukir nama dan keperluan saya di atas selembar kertas saja saya harus menunggu beberapa menit. Tidak bisakah menulis lebih cepat lain kali mas, sehingga orang lain tidak perlu merasa ingin menyekolahkamu menulis cepat.

Setelah melewati petugas pintu masuk yang berhak untuk memeriksa tas tangan saya atas nama keamanan. Hei, termasuk menengok isi dompet saya. Tolong deh yang ini bukankah tidak masuk dalam birokrasi keparat ini. Yang benar saja. Saya harus merelakan kaki saya melangkah ke sebuah meja petugas kedua. Yang ini lebih gak banget deh. Semua kantong plastik kresekan saya dibuka dan diperiksa satu per satu.

Oke, saya mengerti ini tugas mereka. Tapi apakah tidak ada sedikitpun kepekaan terhadap manusia rapi jali dan super manis yang sedang berdiri didepan kalian ini. Haits. Paling tidak sedikit sopanlah ketika memeriksa barang bawaan saya. Toch setiap hari saya datang ke tempat ini. Dengan bawaan yang itu-itu saja. Makanan. Ya kantong plastik kresekan tidak akan saya gunakan untuk menyimpan dokumen maha penting, halo. Itu hanya berisi makanan yang baru saja saya beli atau dilain waktu saya bawa dari rumah. Tapi sudahlah toch berteriak sekeras mungkin untuk memprotes pemeriksaan keparat itu juga tidak akan mempengaruhi siapapun. Semuanya pasti bergeming. Percuma saja memprotes hal yang telah menjadi birokrasi lokal.

Hari ini saya berkunjung ke tempat yang ditakuti dan dijauhi sebagian besar orang. Termasuk saya dulu. Mungkin jika tidak karena ‘pembelajaran’ ini saya tidak pernah menginjakkan kaki di sini. Kotor, pengap, tertutup dari kehidupan ‘nyaman’ yang sarat perubahan dan informasi, terbelenggu dan tanpa batas waktu. Itulah sepenggal pendapat saya tentang tempat ini. Hidup yang terbiasa bebas berekspresi melakukan hal-hal tanpa batas sekarang harus dibatasi dengan ketidakadilan untuk beberapa orang dan keadilan untuk yang lainnya.

Tempat ini tidak pernah menjanjikan apa-apa termasuk pada orang-orang tidak beralasan cukup kuat untuk berada didalamnya. Tapi tetap saja menjanjikan ‘kelangsungan’ hidup bagi beberapa mulut. Tentunya dengan kalimat sehalus mungkin tapi tetap saja ‘memaksa’ tanpa alternatif bisa menolak. Orang sudah susah masih dibikin lebih susah lagi adalah slogan yang tepat untuk kondisi didalam tempat ini.

Setelah direnggut paksa kemerdekaan hidupnya sekarang harus berhadapan dengan kepailitan. Tidak bisa ditawar. Tidak bisa juga tidak dipenuhi. Haruskah membebani hidup orang-orang yang ditinggalkan dengan keterpurukan lainnya? Tidak bisakah membedakan kejahatan dan jebakan? Tidak bisakah menggunakan hati nurani untuk sebagian orang? Sudah sebegitu lupakah pada aturan-aturan yang lebih tinggi yang pasti akan dihadapi semua manusia ketika terenggut dari dunia.

Saya berjalan melewati warung kecil dan beberapa ruangan yang dipenuhi dengan manusia-manusia tidak punya otak yang telah sekian lama mengabaikan hati kecil. Sebagian dari mereka masih punya hati nurani yang tentunya tidak bisa berbuat banyak karena jauh dari otoritas. Duduk dikursi kayu lusuh menunggu kedatangan seseorang. Sambil terus berpikir dan memilih kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Saya sadar kesalahan ucap sedikit saja bisa berakibat ketidaknyamanan.

Dari kejauhan saya telah melihatnya, menggenakan celana panjang dan kaos oblong. Berjalan menuju petugas pintu, melaporkan diri dan menemui saya. Melihat wajahnya hati saya sangat bahagia tapi melihatnya ditempat ini membuat hati saya sangat-sangat miris. Tetap saja selalu berjanji dalam hati akan melakukan semua yang terbaik untuk mengembalikannya pada kehidupan, keceriaan dan semangat hidup yang dulu itu.

Saya berbincang dengannya menjelaskan semua hal yang bisa membuat bibirnya tersenyum. Mengajaknya bercerita kejadian-kejadian seru yang membanggakan hatinya. Menunjukkan perhatian yang begitu dalam atas apa yang menimpanya. Menyediakan telinga untuk mendengar penuturan tulusnya bahwa setia kawan dan tanggung jawablah yang telah membawanya berkenalan dengan tempat ini.

Tiba-tiba seorang pria berwajah kucel berkulit hitam dan menggenakan baju biru mencolek pundak saya. Berbicara tiga patah kata dan saya telah sangat mengerti. Mengucapkan beberapa kalimat lagi akhirnya saya berlalu dari tempat itu. Dengan tidak rela saya melangkahkan kaki ke pintu yang ada didepan sana. Pintu terbuka dan tertutup kembali. Saya membalikkan badan masih dengan rasa tidak rela melangkahkan kaki dengan pikiran penuh.

Walaupun telah berlalu dari sana, wajahnya masih memenuhi pikiran saya. Orang paling dekat dengan saya mempertaruhkan hidupnya hanya demi setia kawan dan rasa tanggung jawab. Dibenci dengan alasan yang tidak jelas, dijebak dengan cara yang tidak manusiawi, ditekan dengan cara yang kejam dan dibiarkan dengan tidak setia kawan dan tidak bertanggung jawab.

Saya mejadi saksi hidup untuk apa yang telah dilakukannya selama ini. Dia tidak pernah hidup untuk dirinya sendiri. Bahkan ketika orang lain berbohong mohon belas kasihannya pun tetap saja rupiah keluar dari dompetnya. Orang baik yang selalu menjadi penolong pertama yang didatangi orang-orang yang mengenalnya jika mereka dalam kesulitan. Orang yang selalu dimintai pendapat oleh orang lain untuk masalah yang mendera hidup mereka.

Orang yang selalu memberikan peluang kedua pada kesalahan orang lain. Orang yang dengan rela mematikan cita-cita dan impiannya demi orang-orang terkasih. Orang yang selalu cekatan jika melakukan banyak hal. Orang yang selalu bertindak lebih dulu untuk menyelesaikan ketidakbereskan yang dilakukan orang lain. Orang yang dalam hidupnya hanya menikmati sedikit kebahagian. Orang yang tidak pernah mencelakai hidup orang lain dengan cara apapun.

Yang dikenal oleh orang lain sebagai orang yang sangat baik dan sopan. Orang yang sangat menghormati yang lainnya bahkan yang berusia jauh lebih muda darinya. Orang yang selalu tanpa berpikir dua kali memenuhi kekurangan yang ada di depan matanya. Orang yang selama ini saya jadikan cermin untuk bertindak. Orang yang telah membuat saya berjanji pada diri sendiri akan membahagiakan hidupnya setelah ‘pembelajaran’ tahap ini selesai.

Saya akan kembali setiap hari untuk bertemu dengannya bukan sebagai kewajiban dan keharusan. Bukan hanya untuk membawakan makanan padanya. Tapi saya datang karena rasa hormat saya padanya. Karena saya sangat menghargainya sebagai seseorang yang layak mendapat tempat pertama di hati saya dan setiap orang. Karena saya selama ini telah lebih banyak menerima kebaikan hati dan ketulusannya. Karena saya telah mendapati bahwa saya sangat mencintai dan menyayanginya. Dalam hidup selanjutnya saya teramat sangat ingin membuatnya selalu tersenyum.

Satu-satunya hal yang bisa saya terima sebagai kehilangan hanya sebuah kematian. Akhir kehidupan manusia yang tidak pernah bisa dilawan oleh tangan siapapun dan usaha apapun. Hanya itu yang bisa membuat saya merelakannya. Selain itu saya tidak akan pernah diam tanpa melakukan apapun. Walaupun saat ini ada rasa kehilangan dalam hati tapi saya masih akan terus berjuang dengan tangan dan usaha. Saya percaya saya pasti menang karena saya tahu Siapa yang berada di balik usaha dan perjuangan ini.

CURHAT KECOLONGAN

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Masa depan itu memang ada, tapi kita tidak bisa melihatnya ketika kehidupan masih bernama sekarang. Namun kita masih bisa memilih untuk terus berjalan menyonsong masa depan atau berhenti di masa sekarang dan mengakhiri semuanya menjadi kisah yang hanya bisa jadi kenangan.

Demikian juga saya yang tidak tahu bahkan besok apa saja yang dapat terjadi. Hari ini saya bisa tertawa bahagia mungkin karena berbagai pencapaian yang saya hasilkan. Tapi besok bisa saja saya menangis karena hidup sedang mengajarkan saya lewat pengalaman berharga.

Kehidupan tidak selalu memberikan kenyamanan dan kebahagiaan. Kadang juga ketidakadilan dan kesedihan, ketika berada didalamnya saya tidak bisa memilih untuk tidak mau menjalaninya. Tapi saya masih bisa memilih untuk berusaha menerima dengan kelapangan hati.

Tidak mudah. Saya tahu pasti itu. Namun ketika saya mulai merelakan hati untuk menjalaninya ,percaya saja, selalu ada akhir dari setiap perjalanan. Akhir itu pun tergantung respon yang saya munculkan selama pengalaman berharga itu berlangsung.

Buat saya merelakan sama saja dengan memaafkan siapapun yang terlibat didalamnya. Termasuk memaafkan diri sendiri dan membebaskan hati dari rasa bersalah. Memaafkan bukan sebuah proses. Bagi saya memaafkan adalah sebuah tindakan. Tindakan yang justru akan melepaskan saya dari segala macam sakit hati dan kecewa. Semakin cepat maaf saya berikan semakin sedikit waktu yang saya butuhkan untuk ‘berdarah-darah’.

Sakit memang karena pasti saya akan berbenturan dengan persepsi dan kebenaran sendiri. Menurut saya merekalah yang salah bukan saya. Well, memaafkan tidak berarti bahwa saya berada di pihak yang salah. Memaafkan berarti saya menghentikan aliran-aliran negatif yang bisa mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan keputusan-keputusan saya untuk meneruskan perjuangan.

Ketika kata maaf itu telah benar-benar keluar dari hati ,percayalah, bahwa energi-energi negatif yang selama ini mendominasi logika akan hilang dengan seketika. Ketika energi-energi negatif itu telah pergi jauh dari hati barulah bisa berpikir lebih jernih. Bahwa setiap pengalaman hidup merupakan pembelajaran yang hanya bisa ditemui dalam sekolah kehidupan.

Walaupun pengalaman itu mendorong saya sampai jatuh ke tanah tapi saya memilih untuk berdiri dan berjalan lagi. Setiap pengalaman hidup menyelipkan hikmah. Karena tidak ada pengalaman yang datang dalam hidup melebihi dari kemampuan seseorang untuk menjalaninya. Setiap orang punya kapasitas sendiri untuk melewati berbagai macam badai dalam perjalanan menuju titik tertentu dalam hidup. Badai itulah yang membantu saya untuk mengukur di titik mana saya telah berada selama ini.

Badai hidup membuat saya bisa ‘mendengar dengan jelas’. Membuat saya ‘berjalan dengan hati-hati’ namun tetap bersahabat dengan logika dan hati. Membuat saya belajar untuk ‘tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular’. Mengajarkan saya untuk tetap ‘bermain’ pada jalur yang sehat. Dan ‘membuka mata’ saya bahwa manusia jika digabungkan dengan kekuasaan maka hanya uanglah yang bisa membereskannya.

Tapi saya lebih percaya Kuasa yang lebih besar dari kekuasaan yang sedang dilakoni didepan mata saya. Saya percaya Kuasa itu yang sedang menuntun tangan saya ketika badai tengah menghantam. Memperlihatkan kepada saya apa yang sebaiknya saya milki untuk menghardik badai agar berhenti. Saya percaya badai ini pasti akan segera berlalu.

KETIKA

Ketika orang mulai memaksakan hasil pemikirannya pada orang lain. Memaksakan semua kehendak seenak perutnya. Ketika pintu maaf tidak bisa lagi terbuka untuk yang bersalah. Ketika orang tidak mampu lagi menerjemahkan benar salah dalam konsep yang sesungguhnya. Ketika orang melihat dirinya lebih benar dari yang lain sehingga mengutuki semua perbuatan orang lain. Ketika mata hatinya pun telah tertutup untuk seorang sahabat dan saudara yang kemudian dijadikan bekas sahabat dan bekas saudara. Ketika semua pintu logika sudah tidak bisa lagi mengetuk walau hanya untuk sekedar menonggolkan kepala tanpa berani menampakkan diri. Ketika orang sudah mengganggp apa yang dilakukan dan dijalaninya selama ini lebih bermanfaat dari apa yang dilakukan oleh orang lain. Ketika itulah orang akan mulai berpikir sangat dangkal. Hanya permusuhan yang tercipta dalam hidupnya, tanpa sadar.

Walpap (67) Kenapa harus menyalahkan orang lain ketika dia bersilang pendapat dengan kita. Kenapa harus memaksakan kehendak diri sendiri sementara orang lain terenggut kebahagiaan hidupnya. Kenapa harus menghakimi orang lain sementara belum tentu apa yang kita lakukanlah yang terbaik. Kenapa harus memaksa orang lain bernafas dengan impian dan harapan kita jika mereka masih punya waktu dan kesempatan dan hak untuk memilih sendiri. Kenapa harus memaksakan orang lain menjadi seperti kita dengan kepribadian yang bukan mereka banget hanya untuk menyenangkan entah siapa. Kenapa harus memaksakan ide-ide yang belum tentu cocok untuk orang lain. Mungkin untuk kita ide itu cocok tapi tidak untuk orang lain. Kenapa harus mengkerdilkan pikiran padahal sebelumnya kita tidak seperti itu. Kenapa setelah mengenal segala kebaikan lebih lama, lebih baik dan lebih sempurna menurut kita, malah jadi hakim atas orang lain.

Tahukah kamu bahwa setiap orang punya hak hidup dan memilih apa yang disukainya. Bahkan seorang pembunuh pun berhak untuk kesempatan bertobat. Tuhan yang memberikan hidup ini pun berbelas kasihan pada setiap pelaku kejahatan. Kenapa kamu tidak?

Setiap manusia berhak atas kesempatan kedua. Berbuat salah itu tidak salah. Itu bukan satu kejahatan. Berikan kesempatan kepada kesalahan. Tidak semua orang bisa belajar dari pengalaman dan kesalahan orang lain. Tapi justru belajar dari kesalahannya sendiri. Beri saja kesempatan itu pada orang lain, kesempatan untuk melakukan kesalahan. Manusia itu adalah manusia. Bukan barang eksperimen. Anjing dan kucing saja jika dilatih dengan intensif akan bermanfaat untuk majikannya. Apalagi manusia?

Ketika orang telah melakukan kesalahan tahulah mereka bahwa keputusannya salah. Kenapa harus memaksakan. Kenapa juga harus menyalahkan. Oh kamu tidak mau menjerumuskan orang lain pada kesalahan yang tidak perlu. Itu katamu ? Oke, dari mana kamu tahu bahwa apa yang kamu anggap sebagai kesalahan bukanlah kesalahan bagi orang lain. Saya pikir kita bukanlah penentu jalan hidup manusia. Apa yang baik menurut kita belum tentu buat yang lain.

Teman, kita berasal dari latar belakang budaya dan keluarga yang berbeda. Pengalaman yang kita milki pun berbeda. Apa yang kamu katakan sebagai masa lalu belum tentu jadi masa lalu juga buat orang lain. Bukankah alangah lebih baiknya jika kita belajar menerima orang lain apa adanya. Belajar untuk menghargai siapa yang kita sebut dengan teman, sahabat atau saudara. Bukankah lebih bijak jika kita berbeda dengan orang lain. Agar perbedaan itu membuat kasanah pemikiran kita bertambah dewasa. Bertambah luas. Kita justru bisa belajar dari segala sesuatu yang tidak ada dan tidak pernah kita alami. Bukankah perbedaan itulah yang seharusnya membuat kita kaya dalam bertindak.

Sebagaimana kita menginginkan orang lain menghargai dan menghormati kita berbuatlah demikian terlebih dulu. Hukum sebab akibat masih berlaku hingga detik ini, teman Ketika kita menebar senyum meskipun pada orang yang tidak kita kenal, kita akan mendapati bahwa senyum juga lah yang akan kita dapatkan. Ketika kita menyerahkan tangan kanan untuk bersalaman maka orang lain akan memberikan tangan kanannya juga untuk balas menjabat tangan kita. Jika orang yang baru saja bersilangan jalan dengan kita, orang yang belum lama kita kenal bisa melakukan kebaikan, apalagi orang yang telah kita anggap sebagai teman, sahabat dan saudara.

Teman, saya tidak ingin menghakimimu. Saya hanya ingin memberitahu bahwa persilangan pendapat dengan orang lain adalah hal yang wajar. Itu sehat. Selama kamu dan orang lain adalah dua orang yang berbeda maka persilangan itu pasti akan selalu terjadi. Belajarlah untuk menerima orang lain apa adanya. Belajar lah juga untuk menghargai orang lain. Bukan hanya orang tua yang perlu kamu hargai dan hormati. Bahkan teman, sahabat dan saudara yang lebih muda darimu pun perlu dihargai. Karena mereka juga manusia. Kita dan mereka sama. Sama-sama manusia yang suatu saat bisa melakukan kesalahan. Sama-sama sedang mempelajari kehidupan.

Mungkin saat ini kamu tidak bisa mengerti keputusan yang diambil orang lain. Bukankah kita hanya perlu belajar untuk meghargai dan memahami kondisi yang mengharuskannya mengambil keptusan seperti sekarang ini. Tidak semua orang bahagia ditempat yang sama dengan kita. Mungkin kamu bahagia disana. Mungkin kamu menganggap bahwa tempat dimana kamu berada sekarang ini adalah tempat paling nyaman dan terbaik sedunia. Belum tentu untuk orang lain.

Sang khalik telah menciptakan manusia dengan potensi dan keahlian tertentu. Kebisaan yang berbeda untuk masing-msing orang tidak akan membuat orang melakukan hal yang sama pada waktu yang sama. Biarkan saja orang lain menentukan apa yang ingin dilakukannya karena itu pasti sesuai dengan kata hati dan potensi yang dimilikinya. Karena setiap orang lebih tahu apa yang terbaik bagi dirinya sendiri.

Memaksa orang lain untuk menyelesaikan sesuatu yang bukan dia banget adalah sebuah tindakan kejam. Berikan saja kesempatan padanya untuk membuktikan diri pada sesuatu yang dia senangi, saya yakin dia akan bisa menghasilkan yang tidak pernah kamu lihat sebelumnya. Saya percaya pada kemampuannya. Saya percaya pada keberhasilannya. Saya percaya dia mampu menjadi seseorang.

Teman, belajarlah untuk berpikiran terbuka. Jangan hanya bisa menghakimi orang lain karena keputusannya. Sebuah keputusan tidak akan diambil tanpa melalui pemikiran yang panjang dan matang. Bukan hanya kita yang matang dalam berpikir, orang lain pun. Ketika keputusan itu telah diambil jangan pernah mempertanyakannya. Berikan saja dukungan padanya. Hanya dukungan yang bisa membuat semangat terus menyala dalam dada. Dan semangat bersahabat dekat dengan kesuksesan. Suatu saat nanti dia pasti akan sukses dengan caranya sendiri. Percayalah teman dia pasti bisa

TRAVEL ON SHOESTRING FUNNY SHOOT

 Image (124) Dapatkan snack beer & softdring hanya di minimart lantai 2 terminal bis Phuket Thailand.

Image (174)Orang di counter terminal bis Hatyai Thailand ini cuma mo bilang gini teman: Money changer. Cape deh

IMPIAN ITU, SEKARANGLAH WAKTUNYA

Image (182)Saya suka travelling dengan budget minim. Hanya dengan modal nekat dan keinginan menjawab tantangan. Walaupun saya seorang wanita buat saya tidur di terminal ketika travelling ke luar negeri bukanlah hal yang perlu ditakuti. Selain saya percaya keselamatan diri sendiri. Saya juga percaya bahwa Tuhan akan selalu menyertai perjalanan saya. Naif memang tapi ternyata berpikir positif sangat berguna lho untuk membangun kepercayaan diri sendiri. Kalo hal yang buruk saja bisa terjadi dari hasil pemikiran negatif kenapa saya tidak belajar mengubah cara berpikir saya jadi positif biar selalu hal positif dan kebaikan lah yang akan saya temui dalam perjalanan hidup saya.

Dua minggu saya cuti dan mengisinya dengan conference dan petualangan kebeberapa negara. Menyenangkan dan saya kembali menemukan apa yang saya banget ditengah-tengah rutinitas pekerjaan saya. Melanglangbuana seperti dua minggu itu membuat saya lebih mengenal diri saya sendiri. Memang dengan posisi yang saya miliki saat ini rasanya seperti membalikan telapak tangan untuk holiday ke beberapa negara dengan fasilitas lebih baik. Tapi bukan itu yang saya inginkan. Saya menginginkan petualangan. Coba bayangkan petualangan seperti apa yang bisa saya dapatkan jika saya berpergian layaknya pelesir saja. Dengan semua fasilitas terbaik dan tour yang menyenangkan. Wah, itu sih bukan saya banget.

Sejak kecil saya memimpikan satu hari nanti entah dimanapun saya bekerja dan dengan profesi apapun, saya tetap ingin menjadi seseorang yang sederhana dan pencinta travelling. Yang jika menginginkan sesuatu harus bekerja keras tanpa memanfaatkan fasilitas yang saya miliki. Impian itu sudah saya simpan selama puluhan tahun, tanpa tahu kapan akan bisa terwujud. Dan kemudian terwujud di tahun 2008 ini, membuat saya sangat bahagia. Tentu saja. Setiap orang pasti punya mimpi. Punya cita-cita yang suatu hari ingin diwujudkan, apapun tantangannya. Sekalipun dengan keringat dan airmata. Apakah seperti itu juga, kawan?

Saya begitu. Tapi impian saya tidak bisa langsung terwujud hanya dengan selalu memeluknya dalam tidur saya sekalipun. Saya memupuknya dengan buku-buku, majalah-majalah atau Koran-koran yang berhubungan dengan petualangan. Sehingga ketika membaca artikel-artikel perjalanan membuat bibit mimpi yang ada dalam diri saya semakin subur. Begitulah cara saya menjaga dan membesarkan impian saya.

Sampai satu waktu ketika saya sedang duduk dimeja kerja saya setelah office hour yang melelahkan, kenekatan saya yang pertamakali menyuarakan kehausan akan petualangan itu. Thailand ! Negara yang secara geografis diberkahi Tuhan dengan pemandangan alam yang cantik, Lekukan bukit dan tebing yang demikian sempurnanya. Pastilah petualangan saya akan punya banyak cerita. Namun logika saya tiba-tiba mengacungkan tangan ingin memberi komentar. Apa iya bisa mendapatkan cuti dua minggu untuk kenekatan ini ?

Saya memberanikan diri menghadap bos saya. Mengajukan satu minggu cuti. Ternyata keberanian saya hanya sampai disitu, protes kenekatan saya. Berbicara empat mata pada bos saya bukanlah hal menakutkan. Selain ramah bos saya adalah orang yang sangat pengertian dan bijaksana. Tapi ternyata semua embel-embel itu tidak cukup meredam gelisah kenekatan saya. Selesai bicara yang intinya cuti satu minggu untuk conferece, saya keluar dari ruangan dengan menyeret beban berton-ton, penyesalan. Ya sudahlah mungkin tahun depan.

Kembali pada rutinitas membuat saya bisa melupakan penyesalan dan kesedihan itu, sedikit !. Hey, ini impian puluhan tahun wajar toh jika saya sedih belum bisa mewujudkannya. Pintu ruang kerja saya diketuk dan muncul seseorang disana. Bos saya ! OMG, hanya hal-hal penting yang akan membawanya berada dalam ruangan saya seperti saat ini. Spontan saya berdiri dan menanyakan ada masalah apa di proyek. Dia tersenyum dan ehm…. terlihat ganteng wece, ganteng banget. Tapi bukan itu yang bikin saya tertarik. Ketampanan yang dia miliki telah jadi santapan setiap hari saya jika dia sedang berada di kantor ini. Bukan itu, justru yang membuat saya tertarik adalah ketika dia mengatakan memberikan saya cuti dua minggu. Dan terserah saya mau dipakai kemana.

Thailand, sudah jelas terbayang dimata saya. Ini perjalanan pertama dan saya ingin pergi sendiri. Berpetualang sendiri menikmati keindahan alam Thailand.

Dan mulailah saya sibuk mempersiapkan perjalanan ini. Dengan browsing di internet dan mencari situs-situs yang berhubungan dengan travelling dengan budget minim. Membaca saran-saran mereka dan menyimak persiapan apa yang diperlukan selama perjalanan itu.

Dan siang itu, tepatnya setelah lunch saya bekerja dengan begitu semangatnya. Seperti ada sesuatu yang dipompakan kedalam semangat saya. Sejak hari itu saya bekerja demi Thailand. Semua pekerjaan yang memang menjadi tanggung jawab saya harus selesai sebelum Thailand menjemput. Sehingga dua minggu cuti itu bisa saya nikmati tanpa gangguan dari kantor.

Mulai dari menyelesaikan beberapa laporan sampai akhir bulan, mentrain asisten saya dan memberikan pekerjaan ekstra pada sekretaris menjadi agenda baru. Saya tidak ingin dua minggu diganggu dengan remeh temeh dari kantor. Membuat petualangan saya jadi berantakan nantinya. Saya ingin menikmati travelling saya.

Dan waktu itupun tiba. Waktu dimana saya akan mewujudkan impian sejak kecil saya.

To be continued

KETIKA NURANI BICARA

Rainbow

Pernah mengalami kehilangan muka, nama baik dan harga diri yang disebabkan oleh orang lain ?

Saya pernah. Dan itu menyakitkan. Apalagi dilakukan oleh orang yang baru beberapa hari saya kenal. Sedih, kecewa dan marah campur aduk jadi satu dalam diri saya. Ingin sekali rasanya mengeluarkan kata-kata yang sama menyakitkannya waktu itu. Tapi saya teringat sesuatu. Dan itu membuat saya memilih untuk diam saja.

Dihadapan orang banyak yang semuanya saya kenal dan mengenal saya. Rasa malu yang saya rasakan benar-benar membuat saya merasa kehilangan harga diri. Saya marah. Sangat marah. Saya kesal. Sangat kesal. Tapi Sesuatu itu lebih pantas untuk dihargai dibandingan dengan kata-kata pembalasan.

Saya bukan manusia pengecut dan cengeng untuk sesuatu yang bernama kesedihan dan kekecewaan. Bukan karena terbiasa tapi memang saya tidak bersahabat dengan airmata. Jika airmata ada di kelopak mata saya itu pertanda rasa itu terlalu dalam.

Manusia tidak penting itu telah merusak nama baik saya. Menghancurkan harga diri yang telah susah payah saya bangun selama ini. Terserah orang lain mau beranggapan apa, buat saya nama baik itu sangat penting. Sekian lama saya menjaga nama baik itu. Hanya dalam sekejap manusia tidak penting itu merusaknya.

Saya diam tapi bukan berarti saya bisa menerima perlakuan itu. Saya memutuskan untuk kembali ke tempat duduk saya di lantai satu, Masih dalam diam. Berjalan keluar dari ruangan itu dengan beban yang teramat berat, mengumpulkan harga diri saya yang berserakan tidak karuan. Sambil menahan airmata yang sudah mengembang diujung, akan tumpah.

Dalam perjalanan ke lantai satu airmata itu telah jatuh. Dan tangis itu pecah saat saya tiba ditempat duduk saya. Kejadian itu sanggup menghilangkan konsentrasi saya. Saya meratap sendiri ditempat duduk. Mulai melawan semua logika yang ada dengan rencana pembalasan. Saya mengintepretasikan kejadian ini dengan sikap yang salah.

Ketika siang menjelang kekecewaan itu terus saja menuntut saya melakukan pembalasan. Saya mulai berdebat dengan hati nurani, membenarkan semua perasaan kecewa, sakit hati dan sedih itu. Bilang pada saya nurani dibagian mana saya tidak sah untuk meratap dan membalas.

Tapi nurani tetap keukeh dengan sarannya, “Belajarlah mengampuni, maafkan dia, karena hanya itu satu-satunya jalan kesembuhan untukmu”.

Manusia tidak penting itu, pantaskah untuk dimaafkan. Dia bukan teman saya, bukan saudara saya, bukan pula keluarga saya. Dia hanya seseorang yang baru saya kenal beberapa hari. Pantaskah menerima kebaikan itu.

Kemudian nurani berbicara lagi pada saya: “Masalahnya bukan siapa yang menimbulkan kejadian ini, tapi respon seperti apa yang kamu hasilkan dari pembelajaranmu tentang kehidupan selama ini. Siapapun boleh merusak nama baikmu tapi nama baik itu bisa kembali sempurna jika kamu selalu memberikan kata maaf dengan tulus”.

Menyakitkan bahkan nurani pun tidak mendukung saya. Nurani bersilangan pendapat dengan saya. Hanya diam kemudian yang bisa saya lakukan. Diam selama yang logika saya butuhkan.

Lalu saya teringat sesuatu itu kembali. Sesuatu yang saya hargai dan hormati dalam hidup. Haruskah saya membuat sesuatu itu terbeban dengan pembalasan saya ?

Saya menyerah. Saya tidak ingin berdebat lagi. Saya mengaku saya salah. Respon yang saya tunjukkan salah.

Sedetik kemudian saya diam dengan kepala terpuruk. Ada doa yang terucap. Meminta pengampunan dan memberi maaf. Setelahnya apakah nama baik saya kembali seperti dulu, itu sudah tidak penting lagi. Yang terpenting buat saya saat ini adalah memaafkan. Itu saja.

Dan perasaan tidak menyenangkan itu hilang begitu saja. Detik itu saya bersyukur bahwa nurani ada disana, disaat saya perlu mengambil keputusan penting dalam hidup. Terima kasih untuk selalu menjaga hidup saya sehingga saya tidak perlu jatuh dalam persoalan yang tidak perlu.

BABY CIKA

Fransisca (32) Fransisca (31) Fransisca (33)

Dia adalah bidadari kecil saya. Pertama kali melihat wajahnya hari Minggu tanggal 11 Mei 2008 jam 02.09 minggu lalu, hati Saya benar-benar bahagia. Bidadari cantik ini lah yang akan selalu menjadi kebahagiaan saya nantinya. Namanya :Fransisca Divasta Liefde Ricardo Ayal. Cukup panggil bidadari kecil ini dengan nama Cika. Dia memanggil saya dengan sebuatan tante atau sekali-sekali papanya yang adalah kakak saya menyebut saya dengan panggilan mama. Ya saya telah menjadi mama bagi bidadari kecil ini. Telah sembilan bulan saya menantikan kehadirannya. Heboh sendiri malah menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadirannya. Segala macam ingin saya beli. Bahkan buku. Bah, dia kan masih bayi mana bisa membaca! Saya dong yang akan mendongeng buat dia.

Senyumannya cantik sekali. Wajahnya yang cantik membuat siapapun betah berlama-lama menggendongnya. Suara tangisannya akan selalu terdengar jika dia sedang lapar. Ketika kenyang dia akan selalu tenang bermain sendiri. Sejak kelahirannya selalu ada keceriaan di rumah saya. Seakan semua penghuni rumah rela menghentikan aktifitas hanya demi mengajaknya bermain.

Hari pertama ketika bidadari kecil ini dibawa pulang orang serumah dibuat kebingungan dan stress. Dia menangis terus tidak mau berhenti. Bahkan ketika kami telah merasa sangat kelelahan pun dia tetap saja menangis. Tidur sebentar bangun dan menangis lagi. Terus seperti itu sepanjang malam. Kami semua mengira dia kepanasan AC pun dipasang. Tapi tetap saja menangis tidak berhenti. Ketika pagi setelah mandi dia tertidur dengan nyenyaknya. Sang perawat yang datang untuk memandikan bidadari kecil ini berasumsi kemungkinan besar bidadari kecil ini tidak cocok dengan susu kaleng pertama yang diminumnya. Mau bagaimana lagi ASI sang mama belum keluar.

Melihatnya menangis hati saya jadi miris sekali. Tidak tega rasanya melihat bidadari kecil ini harus menderita merasakan sakit perut. Kebahagian saya seketika lenyap mendengar tangisan itu. Syukurlah ASI itu segera keluar sehingga bidadari kecil ini bisa mendapatkan asupan makan terbaik. Terima kasih Tuhan.

Kemarin saya menemani dia ditempat tidurnya. Mati lampu yang belakangan ini seringkali terjadi di kota saya membuat saya tergesa-gesa masuk ke kamarnya. Saya takut bila terbangun bidadari kecil ini akan menangis karena terkejut. Bidadari kecil ini memang terbangun tapi dia tersenyum-senyum sendiri dalam keremangan lampu emergency. Terus menerus tersenyum sampai saya tertawa geli melihatnya. Senyum itu manis sekali. Melihat senyumnya saya bahagia sekali. Bagaimana bayi yang baru berusia 5 hari bisa tersenyum saat mati lampu. Padahal saya saja selalu mengeluh setiap PLN sedang tidak bersahabat.

Memandang bidadari kecil ini ketika tidur selalu menimbulkan rasa dihati saya. Saya jadi teringat pengorbanan ibu ketika saya seusia bidadari kecil ini. Di zaman 'purba' itu mana ada fasilitas seperti sekarang ini. Bahkan ayah saya selalu bercerita saat hamil ibu selalu duduk menjahit popok, bedong, gurita dan baju-baju saya. Saat itu belum ada satupun toko yang menjual perlengkapan bayi seperti sekarang ini. Kalau musim hujan tiba maka ayah harus menaruh baju, popok, gurita dan bedong saya diatas lampu strongkeng yang sekarang sudah sangat sulit ditemukan penampakannya. Ayah sampai terkantuk-kantuk menunggui segala atribut diatas lampu itu sampai kering. Padahal ayah tetap harus bekerja keesokkan harinya. Tapi saat ayah berceritapun saya tidak mendapati nada penyesalan atau pun tuntutan balas jasa atas pengorbanannya. Bahkan ketika saya bersilang pendapat dengan mereka pun mereka tidak pernah mengungkit deretan pengorbanan yang telah mereka lakukan dulu.

Saya tidak pernah sadar dengan begitu banyaknya pengorbanan orangtua saya ketika saya kecil sampai sekarang malah. Tangisan saya selalu membuat mereka kehilangan rasa kantuk mereka. Ketika saya menginginkan mainan yang dipajang di toko mereka membelikannya dengan mengorbankan keinginan untuk membeli baju baru buat mereka sendiri. Ayah pernah berkata pada saya: setiap orangtua akan melakukan apa saja demi kebahagian dan keinginan anak-anaknya.

Saya pernah ikut membantu teman kantor menjagai ibunya yang sama sekali tidak bisa bergerak akibat jatuh. Kata-kata protes selalu keluar dari sang ibu yang mencela semua hal yang telah dilakukan oleh anak-anak dan suaminya. Dan teman saya pun mengeluhkan kondisi kecerewetan sang ibu ketika kami dalam perjalanan pulang ke apartemen. Teman kantor saya sampai menangis, dia tidak mengerti kenapa sang ibu tidak bisa menghargai pengorbanannya. Bahkan dialah yang menanggung semua biaya perawatan harian sang ibu. Dan itu bukan jumlah yang sedikit, teman. Saya tau karena saya selalu mengikuti perkembangan sang ibu termasuk melirik kuitansi setiapkali teman kantor saya ini mengeluarkan dompet. Perasaan telah melakukan yang terbaik buat sang ibu tercinta membuatnya selalu sedih dan kecewa jika sang ibu tetap saja merespon dengan celaan. Setiapkali mendengar teman kantor saya ini mengeluh tentang ibunya saya langsung teringat sepertinya saya juga pernah kenal seseorang yang selalu mengeluh seperti dia. Siapa ya? Ya ampun saya ingat orang itu adalah saya.

Rasa malu merambat masuk dihati saya. Tidak seharusnya saya bersikap mengeluh pada orangtua saya. Walaubagaimana pun apa yang saya lakukan saat ini tidak akan pernah sebanding dengan apa yang mereka lakukan. Mulai dari menjagai kandungan dimana saya bisa tumbuh dengan sehat. Memastikan kebutuhan nutrisi saya terjamin. Dan ketika saya telah lahirpun. Pengorbanan orangtua saya malah lebih besar lagi. Melakukan semua hal terbaik demi tumbuh kembang saya. Menjamin masa depan saya agar selalu mendapat semua yang terbaik.

Ketika saya sadar dari lamuanan, bidadari kecil ini telah tertidur dengan pulasnya dan lampupun telah nyala kembali. Bidadari kecil yang baru berusia 5 hari ini telah memberikan saya pelajaran berharga. Bahwa merawat dan membuat orangtua selalu tersenyum bangga bukanlah suatu kewajiban tapi itu merupakan suatu kebahagiaan. Bahagia rasanya bila bisa membuat orangtua tercinta selalu bangga memiliki anak seperti saya.