Kebiasaan banyak
orang membuat resolusi tahunan untuk tahun yang akan datang merupakan hal yang
sangat essensial, untuk sebagian orang. Mengambil kertas & pulpen, duduk
dengan manis dimeja sambil merenungkan perjalanan setahun kebelakang yang penuh
dengan cerita, masalah dan kejutan-kejutan menyenangkan, sedih, kecewa ahhhh
semua tumplek plek jadi satu. Intinya sih merenung. Kebiasaan ini bagi beberapa
orang adalah rutinitas wajib. Buat yang lainnya mungkin saja sesuatu yang tidak
terlalu penting untuk dilakukan. Demikian pula saya, sejak beberapa tahun lalu
saya telah berhenti membuat resolusi akhir tahun. Ya sudah berhenti. Alasannya?
Hmmmm bukan karena itu sesuatu yang tidak penting. Namun buat saya lebih kepada
kemampuan diri sendiri yang selalu gagal memenuhi tenggat si resolusi itu.
Belajar dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya memang biasanya tak satu pun dari point-point
resolusi itu yang sukses saya raih. Bukan malas atau tidak berusaha namun lebih
kepada sesuatu yang saya tulis biasanya adalah sesuatu yang terlalu jauh dari
jangkauan kemampuan diri sendiri. Ya, sesuatu yang jika saya baca kembali mampu
membuat saya geleng-geleng kepala sambil berpikir darimana sumber kegilaan
semua point-point ini. Saya bukan tipe orang yang bisa stay sampai mati
pada sesuatu. Saya butuh mencintai lebih dulu barulah bisa menikmati hasil
sesuai dengan harapan. Menulis contohnya, kecintaan saya pada menulis telah
tumbuh sejak kecil. Sehingga apapun yang saya lihat, rasa dan pikirkan begitu
saja mengalir membentuk serangkaian kalimat yang akhirnya menghasilkan sesuatu.
Sulit sekali membayangkan mengerjakan sesuatu tanpa cinta.
Menulis tanpa cinta,
bekerja tanpa cinta, baca buku tanpa cinta. Well, sulit sekali membayangkannya.
"Kenapa tidak membuat resousi dengan cinta?", tanya seorang teman
suatu hari. Hmmmm, resolusi itu sendiri bukan sesuatu yang saya cintai.
Membatasi diri dengan point-point yang harus diraih, yang wajib untuk
dikerjakan. Yang kemudian, hari demi hari hanya sibuk menilai dan mencatat
goalnya. Apakah ini dan itu telah tercapai dan sebagainya. Rasanya itu bukan
saya banget. Itu sesuatu yang sangat orang lain. Saya cuma ingin apa yang saya
kerjakan tahun ini akan meningkat atau istilah yang sering saya gunakan adalah progress
di tahun berikutnya, itu saja. Bahasa sederhananya saya sudah tahu apa yang
ingin saya lanjutkan dan resolusi hanya akan membuat saya tertekan. Seakan-akan
kegagalan lah namanya jika hal itu tidak terwujud seratus persen. Skeptis!
Terserah apapun itu panggilannya. Yang jelas resolusi itu bukan saya banget.
Sama seperti
tahun-tahun sebelumnya saya mengakhir tahun 2012 tanpa resolusi. Yang ada
dibenak saya cuma progresifitas dan apa yang perlu saya 'bangun' berikutnya.
Alih-alih membuat resolusi, diakhir tahun 2012 saya malah melakukan sesuatu
yang saya banget. Mengambil ipad, merancang dan mengutak-atiknya sehingga
menghasilkan kartu ucapan tahun baru plus dengan foto narsis saya terpampang
sebagai covernya *hehehehehehe*. Menguploadnya ke jejaring sosial, mentag
teman-teman dan menikmati pujian dari sang pacar ketika kartu istimewa itu
sampai padanya. Well, itu menyenangkan dan lebih membahagiakan diri sendiri
dari hanya sekedar duduk diam menuliskan resolusi. Saya tidak sedang mendoktrin
lho ya bahwa resolusi itu tidak ada gunanya. Resolusi tidak akan berjalan
sempurna jika diterapkan pada saya. Pasti berhasil untuk orang lain.
Itulah sebabnya saya
berhenti membuat resolusi akhir tahun dan memulai dengan sesuatu yang berbeda.
Saya hanya berpikir tidak ada gunanya memaksakan harus melakukan hal yang
jelas-jelas tidak saya cintai. Hasil itu akan bisa kita nikmati jika kita
mengerjakannya dengan cinta. Apapun itu, jika melibatkan cinta didalamnya
hasilnya akan selalu baik, menurut saya. Meninggalan rutinitas membuat resolusi
tahunan ternyata cukup mampu membuat saya berjalan dengan lebih leluasa.
Bergerak dengan lebih cepat. Dan melihat dengan lebih detail. Yang paling
penting buat saya adalah melakukan sesuatu dengan tanpa tuntutan akan lebih
menyenangkan. Jika beban itu bisa dibuang kenapa kita harus memaksakan diri
memikulnya sambil berjalan ratusan kilometer. Selamat datang tahun 2013.
Selamat datang kehidupan baru. Selamat datang cerita-cerita menyenangkan bababk
seterusnya.
Selamat Tahun Baru
2013
Selamat memasuki
tahun yang penuh dengan kabaikan dan mengalami progresifitas penuh dalam
hidup.
0 comments:
Post a Comment