13 April 2014

THE SENSE OF THE MIND

Kalau kata orang Belanda nih ya "Kortom, je moet een boek niet op zijn uiterlijk beoordelen". Yang artinya tuh "In short, you shouldn't judge a book by its cover". Nah orang melayu cakap: "Oiiii pakcik jage mulut hang tuh kalau cakap salah-salah kene lesing nanti". Kalo saya nih selalu bilang: "Belajarlah menghargai orang lain bukan dengan status sosialnya tapi karena memang sudah selayaknya manusia itu saling menghargai satu sama lainnya".

Memangnya kita punya apa sih yang bisa dibangga-banggain: Kedudukan? Posisi? Jabatan? Uang? Rumah mewah? Kapal pesiar? Bisnis oke? Lalu, pantas gitu berbangga dengan semua itu. Oalaaaa itu kan sifatnya sementara. Itu titipan. Kalo yang nitip datang mau ngambil kapan aja, kita bisa buat apaaaa coba. Yang namanya hidup harus disyukuri, bukan jadi ajang pamer-pameran segala macam yang mampu kita raih. Buat saya hidup itu bukan melulu masalah harta & uang atau posisi & kekuasaan. Uang ada karena dicari bukan. Begitu kita berhenti mencari dia pun tidak akan tiba-tiba mengalir dari langit kayak air hujan, betul? Uang yang ada di rekening kita contohnya, bukankah terlebih dulu merasakan pontang-panting melakukan sesuatu baru ada disana & menambah saldo. Usaha bukan, berdarah-darah bukan? Lalu kenapa buat beberapa orang itu malah menjadi sesuatu yang beda. Bedakan manusia karena status sosialnya sama saja dengan membedakan manusia dari berapa banyak saldo yang mereka miliki di bank. 

"Kamu, ya kamu, yang dengan angkuhnya menyebutkan bahwa pekerjaan yang kamu lakukan saat ini adalah yang terbaik sehingga dengan entengnya merendahkan pekerjaan lainnya. Orang lainnya dianggap sedang melakukan pekerjaan gampangan. Hanya pekerjaan yang kamu lakukanlah yang paling cocok disebut sebagai bekerja. Kemudian dengan lantangnya mengkategorikan pekerjaan para pelayan restoran adalah pekerjaan rendahan. Pekerjaan tukang sapu jalanan adalah pekerjaan yang jauh dari prestige. Kamu pikir pekerjaan itu tidak membutuhkan keahlian hanya butuh orang-orang yang terdesak tuntutan ekonomi. Kamu pikir menjadi pelayan restoran, tukang sapu jalanan, tukang cuci piring di restoran hanya butuh lulusan SD bukan para diploma & sarjana. Well, salah besar jika kamu & sebagian besar dari kita berpikir seperti itu".

"Menurutmu hanya dirimu yang memiliki pekerjaan terhormat & orang lainnya pantas diinjak-injak karena mengerjakan pekerjaan rendahan. Pantas diperlakukan dengan seenak jidatmu itu tanpa berpikir menyakiti hati orang lain. Kamu pikir orang lain bekerja demi sesuap nasi sementara kamu bekerja demi segenggam berlian. Kamu pikir kamu sempurna & orang lain penuh dengan kekurangan disana sini. Kamu pikir hanya kamu yang bisa menghasilkan pekerjaan terbaik sementara orang lain tidak pernah menghasilkan apapun. Gampang, terlalu gampang meremehkan orang lain. Tidak perlu diberikan penghargaan atau menggangap orang lain tidak berharga sehingga layak diperlakukan seenaknya".

Sekalipun dengan status tukang sapu jalanan buat saya pekerjaan adalah pekerjaan. Besar kecilnya pekerjaan tergantung bagaiamana cara kita melihatnya. Semua pekerjaan selama dilakukan dengan berusaha & tidak menyakiti, melukai orang lain adalah pekerjaan baik. Semua pekerjaan butuh usaha. Orang yang mau berusaha & berjuang pasti tidak akan terus ada ditempat yang sama. Banyak sekali cerita sukses para pengusaha yang diawali dari tempat cuci piring. Banyakali keberhasilan seorang pekerja keras diawali dari mengeruk tong sampah. Cara kita mengkotak-kotakkan pekerjaanlah yang pada akhirnya menciptakan jurang antara si anu & si itu. Dia bekerja sebagai manager atau tukang cuci pada dasarnya adalah sama. Sama-sama bekerja. Bedanya? Bidang pekerjaan yang mereka lakukan. Apa yang menjadi tanggung jawab & jobdesnya itulah yang membedakan. 

Sadarkah kamu dengan apa yang kamu lakukan. Bahkan Tuhan sekalipun menciptakan mereka dengan tanganNya sendiri. Menghembuskan nafasNya. Sebegitu istimewanya setiap manusia dimata Tuhan. Sehingga Dia sendiri yang mengatur malaikat mana yang layak untuk mendampingi & menjaga mereka. Sadarkah kamu betapa berartinya manusia sehingga Tuhan menciptakannya pada hari ke-7 sebagai lambang dari kesempurnaan. Sadarkah kamu bahwa setiap manusia tidak akan menjalani hidup yang sama terus menerus. tahukah kamu bahwa hidup memiliki jalan ceritanya masing-masing yang tidak bisa diprediksi akan jadi apa nantinya. Sadarkah kamu bahwa di dunia ini semuanya berjalan tidak pasti, selalu memilk lawan. Ada hujan ada terik. Ada matahari maka bulan diciptakan sebagai pasangannya. Ada terang maka gelap akan setia mendampingi. Tahukah kamu, ahhhh saya kira tidak. Kepala kamu terlalu kecil untuk memahami semua ini. Orang yang menyebut dirinya bermoral, berakhlak, bermartabat & intelek ternyata orang yang selalu myumpah serapahkan kata-kata tidak pantas pada orang lain.

Entah yang lainnya. Namun dimata saya hidup perlu disyukuri. Hidup ini hanya sementara. Semua yang kita miliki saat ini berstatus pinjaman. Jika si 'Pemilik' meminta kembali memang harus dikembalikan. Hidup yang kita jalani saat ini bukan milik kita seutuhnya. Kita hanya diserahi tanggungjawab untuk menjalaninya sebaik-baiknya sesuai dengan aturan si Empunya hidup. Terserah saja bagaiamana menjalani hidup yang kita miliki saat ini. Namun saya akan memilih untuk menjalaninya bersama-sama dengan yang lainnya. Saya menganggap hidup berdampingan itu perlu untuk itu dibutuhkan rasa toleransi & saling menghormati yang cukup fleksibel. Hiduplah berdampingan saling menghargai yang lainnya. Belum tentu apa yang kita kira benar, akan jadi benar juga pada yang lainnya. Belum tentu apa yang kita anggap baik, juga baik buat yang lainnya. Belum tentu pikiran yang kita punya selalu cocok untuk yang lainnya. Jangan menganggap bahwa kita selalu menghasilkan yang terbaik sementara orang lain gak tahu apa-apa sama sekali. Hidup cuma satu kali maka hidupilah dengan rasa syukur, dengan tetap mengingat bahwa di atas langit masih ada langit yang senantiasa mengawasi & menilai kita. 

Selamat menikmati hidup hari ini, teman :)

Photo taken from: http://www.thaivisa.com/forum/topic/714254-thailand-ranks-2nd-in-asean-for-the-best-quality-of-life/

0 comments: