29 April 2009

YA KAN ?!?

Sudah setahun ini saya bergabung dengan perpustakaan daerah. Menjadi member berarti saya bisa meminjam buku secara gratis. Awalnya aja saya dikenai bayaran itu pun hanya sebagai deposit jika sewaktu-waktu saya bandel tidak mengembalikan buku. Nanti uang itu akan dikembalikan jika saya memutuskan untuk keluar dari keanggotaan. Kegiatan meminjam buku dan menggunakan fasilitas yang disediakan perpustakaan provinsi ini sangat menyenangkan. Bayangkan saja setiap member bisa menggunakan tempat itu tidak hanya untuk membaca tapi juga bisa membawa laptop dan mengerjakan tugas disana. Atau hanya sekedar ingin browsing gunakan saja komputer yang tersedia disana. Gratis.

Semakin kesini fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan daerah ini semakin meningkat. Dari pengamatan saya nih jumlah anggotanya pun semakin banyak. Ini terlihat dari ramainya pengunjung pada jam-jam tertentu. Apalagi setelah perpustakaan daerah ini menambah beberapa unit PC Acer baru dengan sistem operasi windows vista. Keren bo. Walaupun punya laptop sendiri tapi seringkali saya mengunakan PC disana, senang aja ngeliat warna-warna tajam di monitor. Vista gitu lho. Trus kenapa saya gak ganti OS aja ke vista? Gak ah vista punya banyak kelemahan. Dan saya tidak mau menghabiskan waktu hanya untuk bolak-balik ngurusin ketidakberesan vista. Dulu saya pencinta vista tapi sekarang tidak lagi.

Buku-bukunya juga lumayan banyak dan bagus. Novel ada,  cerita anak-anak banyak. Sering sekali  saya duduk berlama-lama disana sekedar menambah pengetahuan dari bacaan anak-anak. Ternyata banyak hal baru yang bisa saya dapatkan. Pernah nonton kuis “are you smarter than the 5th grader”. Lihat kan betapa anak-anak kelas 5 itu lebih pintar dari orang dewasa. Pasti dong, buku bacaan mereka ternyata berisi pengetahuan yang belum tentu ada di bacaan orang dewasa. Selain itu buku pelajaran sekolahpun bisa dipinjam. lumayan untuk mengurangi beban orang tua. Hari gene buku sekolah tuh mahal tau. Kan ada program buku gratis? Iya bukunya emang gratis tapi internet dan ngeprintnya kan bayar. Sama aja bukan.

Nah, keberadaan perpustakaan ini  saya rasa cukup membantu anak-anak yang tidak bisa membeli buku. Maksimal 2 buku yang bisa dibawa pulang dalam 1 minggu. Jika ingin silahkan foto copy bagian penting maksimal 10 halaman. Gratis kok. Itu memang fasilitas lain yang disediakan perpustakaan daerah ini. Tapi jika lebih dari itu ya fotocopy sendiri lah. Udah gratis minta lebih pula. Sekarang nih ada lagi fasilitas baru disana, free WIFI. Aha, oke khan. Setelah sederetan fasilitas ada tambahan satu lagi. Artinya nih jika ingin ngenet kita bisa bawa laptop sendiri. Paling gak tanpa batasan waktu. Bisa chatting, utak-atik FB, balasin email atau sekedar blog walking. Seru kan. Lama-lama perpustakaan bisa jadi rumah kedua saya nih.

Well, siang ini dengan ‘semangat ngenet’ saya turun dari mobil dengan menenteng perlengkapan ‘perang’ saya. Lengkap-lengkip, semuanya jadi satu dalam tas laptop. Praktis. Tapi berat juga euy. Denga senyum mengembang saya berjalan memasuki perpustakaan. Buka sepatu sambil memasukkan beberapa barang bawaan ke loker. Sedang asik jalan menuju lantai dua tiba-tiba saya dikejutkan dengan teguran seseorang. Tidak boleh membawa tas laptop ke lantai 2. Saya jelaskan dong rasanya tidak mungkin jika harus membawa barang bawaan saya ke lantai 2 tanpa tas ini. Webcam, headset chatting, cable data, charging, 2 HP, headset HP, dompet, laptop dan beberapa perangkat teknologi penunjang laptop saya. Dan semua itu harus saya bawa dengan dua tangan. Dodol.

Sabar, sabar, orang sabar pasti jauh dari jantungan. Sekali lagi saya minta pengertian sang penjaga. Sambil membuka tas saya mempersilahkannya melihat barang-barang bawaan itu. Akhirnya saya memberikan penawaran padan petugas itu jika selesai dari lantai 2 saya bersedia untuk digeledah. penjaga pun keukeh jumekeh melarang saya tidak boleh membawa tas laptop keatas. Habis sudah kesabaran saya. Semua penjelasan saya dianggap angin lalu. Sambil minta maaf mereka *penjaga itu udah nambah jadi 2 orang* tetap menolak. Sumpah, saya gak habis pikir apa mereka kira saya mampu bawa seabrek barang bawaan itu hanya dengan 2 tangan. Mending dibantuin. Mereka pikir laptop cuma buat ngetik doang kali ya jadi cuma butuh charging deh. Sarap.

Satu hal yang saya sayangkan adalah sistem pengamanan yang masih kurang. Saya mengerti larangan tidak boleh membawa tas laptop atau tas kedalam ruang buku. Mungkin mereka pernah kehilangan buku karena manusia-manusia tidak bertanggungjawab. Bukankah lebih baik jika memasang sistem pengaamanan seperti di mal. Jika ketahuan membawa keluar buku yang belum di scan maka alarm pintu akan berbunyi. Jika belum mampu membeli sistem pengamanan seperti itu ya geledah saja tas setiap orang yang mau keluar dari sana. Saya rasa  anggota dan pengunjung akan mengerti dengan penggeledahan ini. Jaman sekarang udah biasa geledah-geledah tas. Mau masuk mal saja tas di scan dulu. Masuk mal mobil di detect dulu, siapa tahu bawa bom. Ya kan?

Seandainya semua perangkat komputer yang ada dilantai 2 bisa digunakan semua. Pastilah anggota perpustakaan tidak perlu repot-repot membawa laptop sendiri. Saya heran perasaan PC yang 10-an unit itu masih baru deh. Masa udah dianggurin gitu aja. Sayang kan cuma dipake buat main games doang. Bukankah tujuan awal pembelian PC itu untuk memasyarakatkan internet minimal pada anggota perpustakaan? Koneksi internetnya nih gangguan melulu? Ya minta pertanggungjawaban provider dong. Kalau masih tidak ada perubahan mending cari provider lain. Kan butuh biaya lagi? Itulah pentingnya sistem lelang untuk pengadaan fasilitas bukan penunjukan langsung begitu. Apalagi perpustakaan daerah ini dikelola langsung oleh pemerintah provinsi. Ya kan?!?

Sayang kan jika karena peraturan gak jelas perpustakaan harus sepi pengunjung. Harapan saya sih sederhana saja suatu hari nanti perpustakaan daerah Tanjungpinang ini memberikan kemudahan kepada setiap pengujung untuk bebas menggunakan fasilitas yang tersedia disana dengan peraturan yang masuk akal. Paling tidak berikan beberapa alternatif pada pengunjung agar setiap pengunjung bisa menjadikan perpustakan sebagai rumah kedua mereka. Yang artinya mereka merasa nyaman untuk melakukan aktifitas sesuai dengan fasilitas yang tersedia. Kalau sudah merasa nyaman saya yakin harapan pemerintah daerah untuk memasyarakatkan perpustakaan pun dengan mudah bisa terwujud.

2 comments:

Jenny Jusuf said...

ngemeng2 komputer & internet, jadi inget tadi sore gue marah2 ke penjaga warnet yang ngomong dengan nada nyolot ke gue. Gue udah jadi langganan sejak mereka pertama buka di sini, dan gue gak minta apa2 selain kalo ngomong ke customer, tolong yang sopan. Masa tiap gue tanya (misalnya perlu nge-print), jawabnya yang jutek dan malesin gitu. Akhirnya tadi sore pas kita 'bermasalah' lagi, yang mana sebenernya gak gitu penting, gue naik darah denger cara dia ngomong. Gue omelin aja. Akhirnya dia minta maaf dan mengucapkan terima kasih dengan sopan. ;-D

ine said...

Sering banget ya bo 'penjual jasa' tuh perlu kursus kepribadian. Suka bikin kesel padahal qtanya udah berusaha sopan ye.