Dulu kita pernah duduk, sepakat bahwa perjalanan ini harus berhenti pada satu tujuan. Semua berjalan normal. Semua baik-baik saja. Kita melakukan banyak hal yang tidak biasa. Kamu dan saya merupakan team tangguh yang sulit dipisahkan. Pengorbanan hanya terlihat sebagai bagian kecil dari perjuangan besar yang sedang kita hadapi. Berperang bersama melawan apapun yang mampu menghadang. Saling menjaga satu sama lain. Saling menguatkan kelemahan dan sisi kurang satu sama lain. Menyempurnakan ruang kosong, mengisinya dengan sesuatu yang sesuai dengan porsi kebutuhannya. Semua itu membuat kita terlihat berbeda di mata orang. Mereka bahkan iri dengan apa yang kita miliki. Mereka menginginkan salah satunya namun tidak semudah itu. Kita terlalu kuat. Kita terlalu tangguh untuk dipisahkan.
Berjalan setiap waktu dengan kesederhanaan dan keluguan yang kita punya. Mengandalkan hati nurani untuk berbicara lebih, mengurangi porsi logika dalam menerima hal-hal baru. Bahkan hal yang tidak kita mengerti sebelumnya. Kita terlahir dan ada tidak untuk mengerti baru mengiyakan. Tapi untuk megiyakan, menghidupi dan melakukan, pengertian itu akan datang dengan sendirinya. Membuang jauh-jauh prasangka apapun itu bentuknya yang berusaha membuat blok tersendiri di celah yang belum kita mengerti. Kita hanya tersenyum malah mampu menjulurkan lidah, menganggap semua itu hanya lelucon. Menyederhanakan batin dan isi kepala. Tidak ada yang terlalu berat, semua kita jalani. Bicara harga yang harus kita bayar? Semuanya kita berikan. Bahkan yang lebih dari harga yang seharusnya kita bayar.
Waktu itu hidup sangat mudah, semudah bernafas. Ada target, ekspektasi, tujuan, impian yang bagi orang lain merupakan hal berat namun kita membuktikan betapa tidak berartinya semua itu. Kamu yang memulainya, saya yang mengakhirinya. Demikian pula sebaliknya. Kekurangan yang ada pada saya justru kamu lihat sebagai kelebihan. Keseimbangan buat kamu. Sebaliknya sama saja. Ingat, satu kepingan mata uang logam dengan dua sisi yang berbeda. Namun tetap utuh menyatu menjadi bagian yang tidak akan pernah terpisahkan. Dihancurkan berarti menghancurkan keduanya. Dirusak berarti meninggalkan cacat keduanya. Sebegitu eratnya. Sebegitu dekatnya melekat satu sama lain. Percaya satu sama lain. Orang lain boleh berada diantara kita, meumpahkan isi kepalanya sekalipun, kita tetap berdiri untuk mempercayai satu sama lain.
Kamu dan saya. Kita punya ikatan yang kuat. Tapi ternyata itu dulu. Saya sempat lupa atau mungkin lebih tepatnya menyangkal bahwa semua akan bisa kembali seperti semula. Berharap keputusan yang kamu buat hanya bersifat sementara. ''Suatu hari pasti kamu kembali''. Saya menghipnotis diri sendiri dengan sederet mantra itu. Saya membohongi diri sendiri dengan mengatasnamakan kelabilan sikap. Mungkin karena usia muda, mungkin karena kejenuhan, mungkin juga karena krisis pengenalan diri. Awalnya berhasil. Saya mampu menghadapi setiap pertanyaan-pertanyaan yang dunia arahkan padamu. Menghaluskannya sedemikian rupa dan menjadikannya seperti sesuatu yang saya ingin orang beranggapan seperti itu. Berusaha membersihkan otak mereka dari pikiran negatif tentang kamu.
Namun maaf, saya bukan malaikat, hanya manusia biasa yang suatu hari tergelincir juga jika tetap bertahan melawan badai salju. Saya sudah sampai pada titik terendah dan kesadaraan itu membawa pada akhir yang tidak menyenangkan. Berpikir dan berpikir terus menerus, tidak akan baik hasilnya buat saya. Berusaha dan berusaha lebih keras lagi menghancurkan batu hanya dengan mengandalkan tangan, merupakan tindakan bodoh bukan. Lantas hari ini saya memutuskan untuk tidak ingin melihat ke arahmu lagi. Perjalanan yang pernah kita sepekati dulu tetap menjadi pilihan saya. Sampai kapanpun. Kaki saya terus berjalan kesana. Mata saya terus memandang ke tujuan itu. Saya juga membutuhkan hati untuk melengkapi perjalanan saya. Untuk itulah keputusan ini saya buat. Untuk itulah saya lebih baik melepaskan saja.
Bayangkan dan cobalah pahami ini.
Saya tidak ingin berpikir bahwa jalan yang kamu pilih saat ini adalah jalan yang salah. Saya juga tidak ingin pernah mengatakan bahwa tujuan akhir yang seharusnya kamu pilih adalah yang sama seperti pilihan saya. Ini bukan tentang kamu dan keputusanmu. Ini murni tentang saya. Tentang saya yang tidak mampu untuk terus diam dan berdiri tanpa bisa melakukan apapun. Tentang saya yang lebih baik tidak tahu apapun yang terjadi dalam hidupmu. Tentang saya yang tidak ingin menghakimi keputusanmu. Tentang saya yang tidak perlu tahu lagi dengan semua sepak terjangmu. Tentang saya yang lebih ingin fokus dengan pilihan ini. Kamu tahu apa yang tidak pernah berubah dari saya. Cobalah untuk memahami itu! Keputusan ini telah melewati perjalanan yang sangat panjang. Dan berakhir pada kesimpulan yang lebih sehat untuk kita. Something better comes along.
Pictrue From: www.favim.com