06 October 2012

BELAJAR DENGAN CINTA

languages Saya mulai menyukai beberapa bahasa asing yang sangat tidak familiar di telinga belakangan ini. Rasanya sangat dekat & sangat berbeda. Walaupun tidak mengerti artinya sama sekali namun tetap itu meninggalkan kesan dalam. Nyaman rasanya bila pergi ke suatu tempat dan bisa berkomunikasi dengan bahasa setempat semudah membalikkan telapak tangan. Seperti yang dilakukan pacar saya, dia menguasai 5 bahasa asing berbeda. Mendengarnya bicara dengan lancar dalam bahasa-bahasa itu membuat keinginan terdalam saya muncul seketika. Dulu, dulu sekali saya pernah membayangkan hidup dengan lidah internasional yang flexible. Bisa pergi kemanapun tanpa perlu memikirkan keterbatasan bahasa dan tersesat. Jika kamu mampu berbicara dalam bahasa manusia apapun, apakah kamu akan khawatir tersesat di belahan dunia terjauh sekalipun?

Hari ini saya menikmati pembicaraan pacar saya dengan beberapa teman dari beberapa negara. Kagum dan sedikit rasa iri, tentu saja. Bagaimana dia mampu tetap fokus pada topik pembahasan dengan otak terbagi dalam 5 bahasa berbeda. Kemudian saya mulai mencari referensi di internet tentang bahasa. Menarik, apa yang dapat dilakukan otak manusia terhadap bahasa. Bahkan sejak masa bayinya sekalipun. Coba lihat kehidupan anak-anak, bukankah mereka lebih mudah beradaptasi di sutau negara baru ,dengan bahasa yang belum mereka kuasai, dibandingkan dengan orang dewasa. Kemudian tiba-tiba saja gambaran besar tentang apa yang saya inginkan dalam hidup mulai terbentuk. Walaupun masih berupa kepingan-kepingan puzzle, tetap mampu membawa keinginan itu mendominasi seluruh keberadaan saya.

Hal yang selama ini saya kira telah membeku dan mati, muncul dengan segarnya begitu saja. Tidak ada salahnya mulai mempercayai mimpi kita sekali lagi, sekalipun hidup yang kita jalani saat ini berbanding terbalik dari mimpi tersebut. Betul rasanya bahwa untuk dapat melakukan sesuatu kita perlu menemukan motivatornya terlebih dulu. Paling tidak sebagai dasar untuk melangkah dan selalu mengarahkan kaki pada tujuan akhirnya. Memaksa diri sendiri dengan keras agar bisa berbicara dalam bahasa asing adalah hal yang salah. Tapi ketika saya mulai menyadari bahwa saya menyukai dan mencintai bahasa-bahasa tersebut, meskipun tidak mengerti artinya sama sekali, barulah dengan sangat mudahnya itu masuk ke otak saya. Cinta adalah awal yang baik untuk berhasil, bukan. Mencintai apa yang saya rencanakan. Mencintai apa yang sedang saya kerjakan, ternyata mampu membuka sekat yang selama ini saya paksakan ke dalam otak ini. Sekarang, saya melihat kemajuan demi kemajuan bergerak lebih pasti.

"Jangan memaksa diri sendiri untuk berhasil tapi belajarlah dari mencintainya, maka kita akan mendapatkan hasil yang melebihi dari apa yang mampu kita bayangkan".

0 comments: