Eng ing eng dia datang dalam hidup saya dengan membawa semua keflamboyanannya. Gak ada hujan gak ada badai tiba-tiba berdiri didepan saya sambil memandang dengan tatapan aneh. Bingung sih awalnya. Sempat bertanya-tanya juga maksud & tujuannya untuk ketemu saya adalahhhhhh, entahlah. Well, selesai bincang-bincang dengan seseorang, terus saja saya mengalihkan pandangan padanya. Saya langsung menatap matanya jek, tepat dimatanya -sambil ngomong dalam hati: "tatap mata saya"- hehehehehe. Dengan sopan pastinya saya mengajaknya untuk duduk dimeja ujung, maksudnya biar ngobrolnya lebih nyaman. Dan ternyata saya salah sodara-sodara, kenyamanan tempat duduk & corner itu membuatnya semakin menjadi-jadi mengarahkan pandangannya tepat pada saya. Ehhhh pembaca, risih lagi diliatin sampai sebegitunya. Ya sutralah ya mau bagaimana lagi, terima nasib sajahhhh.
Ngobrol lah ceritanya ini yak, ternyata dia cuma ingin kenalan. Kirain ada yang mo dicurhatin pak. Iya udah bingung aja biasanya kalau datangnya model-model dan gaya-gaya begini nih ujung-ujungnya mau curhat. Bukan sekali duakali jek, udah keseringan didatangin customer dengan muka model begini buat curhat. Kayaknya saya perlu cek deh jangan-jangan dijidat ada tulisan "Terima Curhat Pelanggan yak" *pusing_pusing*. Well, ngobrol lah kita, kemana-mana pulak lah ngobrolnya. Akhirnya sampailah pada topik intinya yang adalah 'lamaran'. Reaksi saya, kaget lah pasti. Lah, kok ya jadi ngelamar, ini pegimana yak jalan ceritanya tau-tau bisa sampai ke lamaran. Kaget, bingung, lalu tahan nafas, sambil tangan kanan jalan pelan-pelan ke tangan kiri, cubit sedikit. Wekkkk sakit ternyata. Hmmmm beneran lho ini, manusia yang didepan saya, ini lho yang duduk persis didepan saya sedang ngelamar. Huaaaaaa bagaimana ini. Saya kan gak kenal situ lahhhh kok ya situ bisa mengajukan proposal lamaran begini.
Mata saya terus aja mandang manusia super pede ini. Well, laki sih ya bo, pede mah kudu. Super pede pun halal aja hukumnya. Nah, yang perempuannya yang bengong bego gak tahu harus ngapain. Sudah selesai ritual lamarannya dia baliklah ketempat duduknya bergabung dengan teman-temannya. Saya masuk lah ke ruangan berharap kejadian barusan itu cuma bagian dari skenario orang iseng. Ya iyalah apa yang kamu harapkan jika tiba-tiba ada orang yang mendatangimu & membawa kalimat yang seharusnya di jawab "I Do". Lupakan, yap mari kita lupakan keisengannya dan melanjutkan hidup, begitu pikir saya. Pulang kantor biasanya saya langsung pulang kerumah, mandi, nonton tv sebentar & tidur. Rutin seperti itu biasanya. Lagi asik-asik baring ditempat tidur sambil menikmati siaran televisi tiba-tiba hape saya berteriak minta diangkat. Mengambil hape lalu kening saya mulai berkerut melihat sederetan no yang muncul disana. Siapa?
Begitu mendengar suaranya jantung saya rasanya mo lepas. Lahhhhh manusia ini tahu dari mana no hape saya. Uaaaaaa bakal merusak keindahan hari-hari saya nih orang kalo sampai tahu no hape segala. Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut saya seperti biasa "Kamu tahu no hape saya darimana?". "Name cardmu". Jedinggggg uaaaaaaa kali ini saya benar-benar menyalahkan teknologi *hehehehehe*... Ya sutralah ya terima nasib saja. Ngobrol entah kemana-mana, lalu dia kembali mengajukan proposal nikah. Kali ini saya meresponinya dengan lebih biasa, okelah dengan sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Lalu mulai menawarkan pertemanan dengannya. Mau diterima silahkan, ditolak juga gak masalah juga sih. Hasilnya? Ditolak mentah-mentah. "Saya maunya jadi suamimu, bukan berteman denganmu". Lahhhhh pak ini pan penawaran saya, kalau situ menolak gak apa juga kale.
Yap sodara-sodara ditolak mentah-mentah penawaran saya. Pembicaraan di hape pun terputus dengan penolakannya. Saya tidur, dia entah ngapain. Saya pikir selesai sudah penderitaan saya. Mari kita nikmati tidur saja. Besok pagi-pagi sekali saya dibangunkan dengan teriakan hape. Dengan nyawa masih setengah saya beranjak mengambil hape, meletakkannya ditelinga tanpa melihat dari siapa & jam berapa ini sekarang. Sapaan "halo" saya disambut dengan suara yang membuat saya reflek membuka mata lebar-lebar. Dia, manusia itu kembali menelepon saya. Kiamat, kiamat ini namanya. saya kira tadi malam sudah selesai ternyata ada episode sambungannya toh. Uaaaaaa. Mau bagaimana lagi, meladeninya bicara di hape. Well, lebih tepatnya mendengarkannya 'update' status kegiatan seminggunya. Saya cuma diam & iya2 saja. Lah lantas mo ngomong apa. Ngobrol ngarul ngidul kembali. Saya hanya menyediakan telinga sebagai pendengar yang baik. Yaaaa itung-itung belajar sabar dengerin cerita orang lah ya.
Semakin kesini obrolan sudah lebih terarah. Lebih tepatnya saya yang berjuang keras mengarahkannya yang selalu melenceng kemana-mana. Mencoba untuk menikmati ngobrol dengan orang yang baru saya kenal. Walau bagaimanapun saya menghargai perasaannya. Lepas dari itu benar atau hanya gombal. Yang paling penting buat saya semua orang berhak mengungkapkan perasaannya, apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan. Sama seperti kita yang berhak memilih, entah itu menerima atau menolak. Entah itu berkata tidak atau mengiyakan. Saya tetap menawarkan pertemanan padanya meskipun berkali-kali dia menolaknya. Saya menghargai keberaniannya. Saya menghargai waktu yang dia habiskan untuk hanya sekedar menanyakan kabar saya. Saya juga menghargai semua pujian-pujiannya. Tapi semua itu hanya sebatas itu
"Jadi menikahlah dengan saya, kamu akan bahagia dengan saya".... Terserah saja mau bicara apa. Kalau saya untuk saat ini cuma bisa bilang "gak deh".... Ya iyalah gak masa iya sih. Saya gak kenal manusia itu, ketemu juga baru. Dia anak siapa, keturunan siapa, kerja dimana, rumahnya dimana aja saya gak tahu. Masa mo jawab iya sih *geleng_geleng_kepala*....
Menikah kan gak semudah membalikkan telapak tangan. Menikah kan bukan main rumah-rumahan ntar kalo bosen tinggal berhenti. Menikah juga bukan cuma untuk setahun dua. Menikah itu harus dipikirkan bukan. Harus melewati masa-masa yang tidak mudah. Menikah kan bukan untuk sementara lalu pisah dikemudian hari dengan alasan "sudah tidak ada kecocokan lagi". Sama aja pasangan yang mau dinikahi pun harus melewati badan sensor yang cukup akurat. Rumah tangga mana bisa dibangun cuma dari rasa suka & cinta aja. Emang kalo kehabisan uang bisa beli beras, minyak goreng, gula, garam, dll diwarung cuma dengan cinta. Buehhhhh mana bisa begitu jek. Yaaaa dipikirkan dululah ya. Walaupun hati kita sangat-sangat yakin dengan perasaan yang mengatakan "Ini dia orang yang saya cari selama ini" tapi tetep bo logika pun harus jalan. Perhatian perhatian logika harus jalan lho ya bukan jalan ditempat. Nah emang ntar bisa beli nasi bungkus di restoran padang cuma pake cinta. Gak bisa kan. Lalu kenapa harus kedebak-kedebuk waktu memutuskan untuk menikah.
Seringkali nih hanya cuma malu dibilang gak laku terus memutuskan menikah dengan orang yang tidak tepat. Hanya karena takut kejar-kejaran dengan umur lantas memilih siapa aja yang ada didepan mata. Terserah sih, itu hak asasi. Hanya kalau saya lebih memilih untuk selektif. Terserah orang mau bilang apa kek. Toh yang ngejalanin hidup pernikahan nantinya kita toh. Lantas jika menikah karena omongan kanan kiri terus berantem, beda pendapat apalagi beda prinsip yang gak bisa ditoleransi lalu memutuskan untuk cerai, siapa yang bertanggung jawab coba. Menikahlah karena memang kita telah menemukan pilihan yang tepat. Menikahlah karena memang waktunya telah tiba. Menikahlah karena memang pilihan kita benar-benar yang surga sediakan untuk menghabiskan sisa waktu bersama. Menikahlah karena memang dorongan & kesiapan itu muncul dari diri sendiri. Menikahlah karena memang kita menjadi sempurna dengan pilihan itu. Menikahlah jika memang kita telah siap secara mental & fisik sehingga apapun kerikil atau badai yang nantinya bersimpangan jalan dengan pernikahan itu akan membuat kita mampu bergandengan tangan, memberikan dukungan untuk tetap tegar. Menikahlah jika hati kecilmu meyakinkan pilihan inilah yang terbaik. Yang terbaik akan selalu tersedia & datang tepat pada waktunya.
Terima kasih telah menjadi yang terbaik buat saya selama 9 tahun ini. Kamu tahu kamulah pilihan hati & hidup saya :)
0 comments:
Post a Comment