09 February 2009

IMPIAN ITU, SEKARANGLAH WAKTUNYA

Image (182)Saya suka travelling dengan budget minim. Hanya dengan modal nekat dan keinginan menjawab tantangan. Walaupun saya seorang wanita buat saya tidur di terminal ketika travelling ke luar negeri bukanlah hal yang perlu ditakuti. Selain saya percaya keselamatan diri sendiri. Saya juga percaya bahwa Tuhan akan selalu menyertai perjalanan saya. Naif memang tapi ternyata berpikir positif sangat berguna lho untuk membangun kepercayaan diri sendiri. Kalo hal yang buruk saja bisa terjadi dari hasil pemikiran negatif kenapa saya tidak belajar mengubah cara berpikir saya jadi positif biar selalu hal positif dan kebaikan lah yang akan saya temui dalam perjalanan hidup saya.

Dua minggu saya cuti dan mengisinya dengan conference dan petualangan kebeberapa negara. Menyenangkan dan saya kembali menemukan apa yang saya banget ditengah-tengah rutinitas pekerjaan saya. Melanglangbuana seperti dua minggu itu membuat saya lebih mengenal diri saya sendiri. Memang dengan posisi yang saya miliki saat ini rasanya seperti membalikan telapak tangan untuk holiday ke beberapa negara dengan fasilitas lebih baik. Tapi bukan itu yang saya inginkan. Saya menginginkan petualangan. Coba bayangkan petualangan seperti apa yang bisa saya dapatkan jika saya berpergian layaknya pelesir saja. Dengan semua fasilitas terbaik dan tour yang menyenangkan. Wah, itu sih bukan saya banget.

Sejak kecil saya memimpikan satu hari nanti entah dimanapun saya bekerja dan dengan profesi apapun, saya tetap ingin menjadi seseorang yang sederhana dan pencinta travelling. Yang jika menginginkan sesuatu harus bekerja keras tanpa memanfaatkan fasilitas yang saya miliki. Impian itu sudah saya simpan selama puluhan tahun, tanpa tahu kapan akan bisa terwujud. Dan kemudian terwujud di tahun 2008 ini, membuat saya sangat bahagia. Tentu saja. Setiap orang pasti punya mimpi. Punya cita-cita yang suatu hari ingin diwujudkan, apapun tantangannya. Sekalipun dengan keringat dan airmata. Apakah seperti itu juga, kawan?

Saya begitu. Tapi impian saya tidak bisa langsung terwujud hanya dengan selalu memeluknya dalam tidur saya sekalipun. Saya memupuknya dengan buku-buku, majalah-majalah atau Koran-koran yang berhubungan dengan petualangan. Sehingga ketika membaca artikel-artikel perjalanan membuat bibit mimpi yang ada dalam diri saya semakin subur. Begitulah cara saya menjaga dan membesarkan impian saya.

Sampai satu waktu ketika saya sedang duduk dimeja kerja saya setelah office hour yang melelahkan, kenekatan saya yang pertamakali menyuarakan kehausan akan petualangan itu. Thailand ! Negara yang secara geografis diberkahi Tuhan dengan pemandangan alam yang cantik, Lekukan bukit dan tebing yang demikian sempurnanya. Pastilah petualangan saya akan punya banyak cerita. Namun logika saya tiba-tiba mengacungkan tangan ingin memberi komentar. Apa iya bisa mendapatkan cuti dua minggu untuk kenekatan ini ?

Saya memberanikan diri menghadap bos saya. Mengajukan satu minggu cuti. Ternyata keberanian saya hanya sampai disitu, protes kenekatan saya. Berbicara empat mata pada bos saya bukanlah hal menakutkan. Selain ramah bos saya adalah orang yang sangat pengertian dan bijaksana. Tapi ternyata semua embel-embel itu tidak cukup meredam gelisah kenekatan saya. Selesai bicara yang intinya cuti satu minggu untuk conferece, saya keluar dari ruangan dengan menyeret beban berton-ton, penyesalan. Ya sudahlah mungkin tahun depan.

Kembali pada rutinitas membuat saya bisa melupakan penyesalan dan kesedihan itu, sedikit !. Hey, ini impian puluhan tahun wajar toh jika saya sedih belum bisa mewujudkannya. Pintu ruang kerja saya diketuk dan muncul seseorang disana. Bos saya ! OMG, hanya hal-hal penting yang akan membawanya berada dalam ruangan saya seperti saat ini. Spontan saya berdiri dan menanyakan ada masalah apa di proyek. Dia tersenyum dan ehm…. terlihat ganteng wece, ganteng banget. Tapi bukan itu yang bikin saya tertarik. Ketampanan yang dia miliki telah jadi santapan setiap hari saya jika dia sedang berada di kantor ini. Bukan itu, justru yang membuat saya tertarik adalah ketika dia mengatakan memberikan saya cuti dua minggu. Dan terserah saya mau dipakai kemana.

Thailand, sudah jelas terbayang dimata saya. Ini perjalanan pertama dan saya ingin pergi sendiri. Berpetualang sendiri menikmati keindahan alam Thailand.

Dan mulailah saya sibuk mempersiapkan perjalanan ini. Dengan browsing di internet dan mencari situs-situs yang berhubungan dengan travelling dengan budget minim. Membaca saran-saran mereka dan menyimak persiapan apa yang diperlukan selama perjalanan itu.

Dan siang itu, tepatnya setelah lunch saya bekerja dengan begitu semangatnya. Seperti ada sesuatu yang dipompakan kedalam semangat saya. Sejak hari itu saya bekerja demi Thailand. Semua pekerjaan yang memang menjadi tanggung jawab saya harus selesai sebelum Thailand menjemput. Sehingga dua minggu cuti itu bisa saya nikmati tanpa gangguan dari kantor.

Mulai dari menyelesaikan beberapa laporan sampai akhir bulan, mentrain asisten saya dan memberikan pekerjaan ekstra pada sekretaris menjadi agenda baru. Saya tidak ingin dua minggu diganggu dengan remeh temeh dari kantor. Membuat petualangan saya jadi berantakan nantinya. Saya ingin menikmati travelling saya.

Dan waktu itupun tiba. Waktu dimana saya akan mewujudkan impian sejak kecil saya.

To be continued

0 comments: