09 February 2009

KETIKA

Ketika orang mulai memaksakan hasil pemikirannya pada orang lain. Memaksakan semua kehendak seenak perutnya. Ketika pintu maaf tidak bisa lagi terbuka untuk yang bersalah. Ketika orang tidak mampu lagi menerjemahkan benar salah dalam konsep yang sesungguhnya. Ketika orang melihat dirinya lebih benar dari yang lain sehingga mengutuki semua perbuatan orang lain. Ketika mata hatinya pun telah tertutup untuk seorang sahabat dan saudara yang kemudian dijadikan bekas sahabat dan bekas saudara. Ketika semua pintu logika sudah tidak bisa lagi mengetuk walau hanya untuk sekedar menonggolkan kepala tanpa berani menampakkan diri. Ketika orang sudah mengganggp apa yang dilakukan dan dijalaninya selama ini lebih bermanfaat dari apa yang dilakukan oleh orang lain. Ketika itulah orang akan mulai berpikir sangat dangkal. Hanya permusuhan yang tercipta dalam hidupnya, tanpa sadar.

Walpap (67) Kenapa harus menyalahkan orang lain ketika dia bersilang pendapat dengan kita. Kenapa harus memaksakan kehendak diri sendiri sementara orang lain terenggut kebahagiaan hidupnya. Kenapa harus menghakimi orang lain sementara belum tentu apa yang kita lakukanlah yang terbaik. Kenapa harus memaksa orang lain bernafas dengan impian dan harapan kita jika mereka masih punya waktu dan kesempatan dan hak untuk memilih sendiri. Kenapa harus memaksakan orang lain menjadi seperti kita dengan kepribadian yang bukan mereka banget hanya untuk menyenangkan entah siapa. Kenapa harus memaksakan ide-ide yang belum tentu cocok untuk orang lain. Mungkin untuk kita ide itu cocok tapi tidak untuk orang lain. Kenapa harus mengkerdilkan pikiran padahal sebelumnya kita tidak seperti itu. Kenapa setelah mengenal segala kebaikan lebih lama, lebih baik dan lebih sempurna menurut kita, malah jadi hakim atas orang lain.

Tahukah kamu bahwa setiap orang punya hak hidup dan memilih apa yang disukainya. Bahkan seorang pembunuh pun berhak untuk kesempatan bertobat. Tuhan yang memberikan hidup ini pun berbelas kasihan pada setiap pelaku kejahatan. Kenapa kamu tidak?

Setiap manusia berhak atas kesempatan kedua. Berbuat salah itu tidak salah. Itu bukan satu kejahatan. Berikan kesempatan kepada kesalahan. Tidak semua orang bisa belajar dari pengalaman dan kesalahan orang lain. Tapi justru belajar dari kesalahannya sendiri. Beri saja kesempatan itu pada orang lain, kesempatan untuk melakukan kesalahan. Manusia itu adalah manusia. Bukan barang eksperimen. Anjing dan kucing saja jika dilatih dengan intensif akan bermanfaat untuk majikannya. Apalagi manusia?

Ketika orang telah melakukan kesalahan tahulah mereka bahwa keputusannya salah. Kenapa harus memaksakan. Kenapa juga harus menyalahkan. Oh kamu tidak mau menjerumuskan orang lain pada kesalahan yang tidak perlu. Itu katamu ? Oke, dari mana kamu tahu bahwa apa yang kamu anggap sebagai kesalahan bukanlah kesalahan bagi orang lain. Saya pikir kita bukanlah penentu jalan hidup manusia. Apa yang baik menurut kita belum tentu buat yang lain.

Teman, kita berasal dari latar belakang budaya dan keluarga yang berbeda. Pengalaman yang kita milki pun berbeda. Apa yang kamu katakan sebagai masa lalu belum tentu jadi masa lalu juga buat orang lain. Bukankah alangah lebih baiknya jika kita belajar menerima orang lain apa adanya. Belajar untuk menghargai siapa yang kita sebut dengan teman, sahabat atau saudara. Bukankah lebih bijak jika kita berbeda dengan orang lain. Agar perbedaan itu membuat kasanah pemikiran kita bertambah dewasa. Bertambah luas. Kita justru bisa belajar dari segala sesuatu yang tidak ada dan tidak pernah kita alami. Bukankah perbedaan itulah yang seharusnya membuat kita kaya dalam bertindak.

Sebagaimana kita menginginkan orang lain menghargai dan menghormati kita berbuatlah demikian terlebih dulu. Hukum sebab akibat masih berlaku hingga detik ini, teman Ketika kita menebar senyum meskipun pada orang yang tidak kita kenal, kita akan mendapati bahwa senyum juga lah yang akan kita dapatkan. Ketika kita menyerahkan tangan kanan untuk bersalaman maka orang lain akan memberikan tangan kanannya juga untuk balas menjabat tangan kita. Jika orang yang baru saja bersilangan jalan dengan kita, orang yang belum lama kita kenal bisa melakukan kebaikan, apalagi orang yang telah kita anggap sebagai teman, sahabat dan saudara.

Teman, saya tidak ingin menghakimimu. Saya hanya ingin memberitahu bahwa persilangan pendapat dengan orang lain adalah hal yang wajar. Itu sehat. Selama kamu dan orang lain adalah dua orang yang berbeda maka persilangan itu pasti akan selalu terjadi. Belajarlah untuk menerima orang lain apa adanya. Belajar lah juga untuk menghargai orang lain. Bukan hanya orang tua yang perlu kamu hargai dan hormati. Bahkan teman, sahabat dan saudara yang lebih muda darimu pun perlu dihargai. Karena mereka juga manusia. Kita dan mereka sama. Sama-sama manusia yang suatu saat bisa melakukan kesalahan. Sama-sama sedang mempelajari kehidupan.

Mungkin saat ini kamu tidak bisa mengerti keputusan yang diambil orang lain. Bukankah kita hanya perlu belajar untuk meghargai dan memahami kondisi yang mengharuskannya mengambil keptusan seperti sekarang ini. Tidak semua orang bahagia ditempat yang sama dengan kita. Mungkin kamu bahagia disana. Mungkin kamu menganggap bahwa tempat dimana kamu berada sekarang ini adalah tempat paling nyaman dan terbaik sedunia. Belum tentu untuk orang lain.

Sang khalik telah menciptakan manusia dengan potensi dan keahlian tertentu. Kebisaan yang berbeda untuk masing-msing orang tidak akan membuat orang melakukan hal yang sama pada waktu yang sama. Biarkan saja orang lain menentukan apa yang ingin dilakukannya karena itu pasti sesuai dengan kata hati dan potensi yang dimilikinya. Karena setiap orang lebih tahu apa yang terbaik bagi dirinya sendiri.

Memaksa orang lain untuk menyelesaikan sesuatu yang bukan dia banget adalah sebuah tindakan kejam. Berikan saja kesempatan padanya untuk membuktikan diri pada sesuatu yang dia senangi, saya yakin dia akan bisa menghasilkan yang tidak pernah kamu lihat sebelumnya. Saya percaya pada kemampuannya. Saya percaya pada keberhasilannya. Saya percaya dia mampu menjadi seseorang.

Teman, belajarlah untuk berpikiran terbuka. Jangan hanya bisa menghakimi orang lain karena keputusannya. Sebuah keputusan tidak akan diambil tanpa melalui pemikiran yang panjang dan matang. Bukan hanya kita yang matang dalam berpikir, orang lain pun. Ketika keputusan itu telah diambil jangan pernah mempertanyakannya. Berikan saja dukungan padanya. Hanya dukungan yang bisa membuat semangat terus menyala dalam dada. Dan semangat bersahabat dekat dengan kesuksesan. Suatu saat nanti dia pasti akan sukses dengan caranya sendiri. Percayalah teman dia pasti bisa

0 comments: