09 February 2009

KETIKA NURANI BICARA

Rainbow

Pernah mengalami kehilangan muka, nama baik dan harga diri yang disebabkan oleh orang lain ?

Saya pernah. Dan itu menyakitkan. Apalagi dilakukan oleh orang yang baru beberapa hari saya kenal. Sedih, kecewa dan marah campur aduk jadi satu dalam diri saya. Ingin sekali rasanya mengeluarkan kata-kata yang sama menyakitkannya waktu itu. Tapi saya teringat sesuatu. Dan itu membuat saya memilih untuk diam saja.

Dihadapan orang banyak yang semuanya saya kenal dan mengenal saya. Rasa malu yang saya rasakan benar-benar membuat saya merasa kehilangan harga diri. Saya marah. Sangat marah. Saya kesal. Sangat kesal. Tapi Sesuatu itu lebih pantas untuk dihargai dibandingan dengan kata-kata pembalasan.

Saya bukan manusia pengecut dan cengeng untuk sesuatu yang bernama kesedihan dan kekecewaan. Bukan karena terbiasa tapi memang saya tidak bersahabat dengan airmata. Jika airmata ada di kelopak mata saya itu pertanda rasa itu terlalu dalam.

Manusia tidak penting itu telah merusak nama baik saya. Menghancurkan harga diri yang telah susah payah saya bangun selama ini. Terserah orang lain mau beranggapan apa, buat saya nama baik itu sangat penting. Sekian lama saya menjaga nama baik itu. Hanya dalam sekejap manusia tidak penting itu merusaknya.

Saya diam tapi bukan berarti saya bisa menerima perlakuan itu. Saya memutuskan untuk kembali ke tempat duduk saya di lantai satu, Masih dalam diam. Berjalan keluar dari ruangan itu dengan beban yang teramat berat, mengumpulkan harga diri saya yang berserakan tidak karuan. Sambil menahan airmata yang sudah mengembang diujung, akan tumpah.

Dalam perjalanan ke lantai satu airmata itu telah jatuh. Dan tangis itu pecah saat saya tiba ditempat duduk saya. Kejadian itu sanggup menghilangkan konsentrasi saya. Saya meratap sendiri ditempat duduk. Mulai melawan semua logika yang ada dengan rencana pembalasan. Saya mengintepretasikan kejadian ini dengan sikap yang salah.

Ketika siang menjelang kekecewaan itu terus saja menuntut saya melakukan pembalasan. Saya mulai berdebat dengan hati nurani, membenarkan semua perasaan kecewa, sakit hati dan sedih itu. Bilang pada saya nurani dibagian mana saya tidak sah untuk meratap dan membalas.

Tapi nurani tetap keukeh dengan sarannya, “Belajarlah mengampuni, maafkan dia, karena hanya itu satu-satunya jalan kesembuhan untukmu”.

Manusia tidak penting itu, pantaskah untuk dimaafkan. Dia bukan teman saya, bukan saudara saya, bukan pula keluarga saya. Dia hanya seseorang yang baru saya kenal beberapa hari. Pantaskah menerima kebaikan itu.

Kemudian nurani berbicara lagi pada saya: “Masalahnya bukan siapa yang menimbulkan kejadian ini, tapi respon seperti apa yang kamu hasilkan dari pembelajaranmu tentang kehidupan selama ini. Siapapun boleh merusak nama baikmu tapi nama baik itu bisa kembali sempurna jika kamu selalu memberikan kata maaf dengan tulus”.

Menyakitkan bahkan nurani pun tidak mendukung saya. Nurani bersilangan pendapat dengan saya. Hanya diam kemudian yang bisa saya lakukan. Diam selama yang logika saya butuhkan.

Lalu saya teringat sesuatu itu kembali. Sesuatu yang saya hargai dan hormati dalam hidup. Haruskah saya membuat sesuatu itu terbeban dengan pembalasan saya ?

Saya menyerah. Saya tidak ingin berdebat lagi. Saya mengaku saya salah. Respon yang saya tunjukkan salah.

Sedetik kemudian saya diam dengan kepala terpuruk. Ada doa yang terucap. Meminta pengampunan dan memberi maaf. Setelahnya apakah nama baik saya kembali seperti dulu, itu sudah tidak penting lagi. Yang terpenting buat saya saat ini adalah memaafkan. Itu saja.

Dan perasaan tidak menyenangkan itu hilang begitu saja. Detik itu saya bersyukur bahwa nurani ada disana, disaat saya perlu mengambil keputusan penting dalam hidup. Terima kasih untuk selalu menjaga hidup saya sehingga saya tidak perlu jatuh dalam persoalan yang tidak perlu.

2 comments:

zee said...

kpd ine ayal(penulis blog ini)
saya kagum ngeliat blog ini
memang sangat menyakitkan kala kita menghadapi masalah yang bersangkutan dengan nama baik dan harga diri apa lagi untuk memaafkan orang yang telah merusaknya.
saya juga mengalami hal yang sama.dan setelah membaca blog ini hati saya menjadi kuat dan tenang.karena merasa ada yang merasakan hal yg sama

Ine Ayal said...

Terima kasih komentarnya zee. Good luck for you.

Smile,
Ine