28 February 2009

LANGUAGE BARRIER

ist2_6509202-abstract-smile Sumpah, mata saya mo loncat meneliti dengan seksama, ulangi dengan seksama tata ‘tertib ruang sidang’ yang diketik rapi dan dibingkai *pula* terpajang manis di dinding luar ruang sidang. Bukan, bukan peraturannya kok yang bikin saya kaget setengah mampus. Itu lho sederetan kalimat antah berantah yang ada di bawah setiap point kalimat bahasa indonesia. Ya gemes, ya malu, ya protes-protes gak jelas gitu deh jadinya. Woi, yang bikin siapa sih. Malu tahu kalau saja ada wartawan bule atau orang asing yang kebetulan ada disana. Apa kata dunia coba?

Tahu apa yang ada dibawahnya? Terjemahan kedalam bahasa inggris dari bahasa indonesia yang ada diatasnya. Sumpah plek-plek membahasa inggriskan bahasa indonesia seperti ketika kita sedang bilang: “saya sedang dijalan” diterjemahkan “i’m on the road”. Padahal dalam bahasa inggrisnya sendiri kalimat itu diterjemahkan seperti ini: “I’m on my way”. Daann itulah yang terjadi. Penterjemahan kalimat bahasa inggris itu bukan memakai bentuk yang benar tapi hanya memindahkan kata per kata dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

Saya sempat melongo –beloon- tertegun beberapa detik berusaha mencerna bahasa yang ada didepan mata. Mungkin saya salah baca. Atau kecapekan malah. Terdiam dong, dan membaca berulangkali. Otak saya mulai bekerja lebih keras dari biasanya. Well, bukan mikir keras, cuma menahan emosi supaya gak keluar sebagai ketawa ngakak, yang pastinya berlebihan. Ya iyalah saya bisa dikira orang gila kale. Mending orang-orang bisa langsung ngeh ada yang aneh. Nah kalo ternyata mereka juga ngertinya cuma bahasa indonesia dan bahasa dewa aja gimana. Melongo bego semua kan.

Walaupun pajangan tata tertib itu hanya di tempelkan di pengadilan negeri daerah kecil. Tetep dong harus memperhatikan susunan penulisan bahasa asing yang benar. Bukankah tujuan penterjemahan itu agar orang asing yang kebetulan berada disana bisa mendapatkan informasi dan tentyu menghormati jalannya sidang. Buat saya sih lebih aman menyerahkan tugas terjemahan seperti itu ke ahlinya. Banyak kan guru-guru bahasa inggris atau tempat kursus yang bisa membantu menterjemahkannya. Jadi tidak perlu lah terlihat bego-bego amat dari ‘hasil karya’ ityu.

Ini nih kecendrungan sebagian besar  orang indonesia. Woi, jangan ngamuk dulu. Seringkali kesalahan-kesalahan penterjemahan seperti ini dianggap biasa. Dianggap remeh. Ya yang penting si bule tahulah apa yang saya maksud. Ye… gak bisa begitu kale. Mana bisa salah menterjemahkan ke bahasa asing ,dianggap hal biasa pula. Bisa berabe urusannya. Walaupun gak bakal sampe masuk bui hanya ya bisa menurunkan cara pandang, catat c-a-r-a  p-a-n-d-a-n-g mereka. Bangsa ini sudah sangat negatif dimata dunia jangan lagi dibikin lebih negatip alias dicap bodoh.

Lagian nih ya kasihan juga tuh bule-bule kalo baca tulisan itu. Saya aja yang baca jidatnya berkerut. Gimana bule-bule itu, kan jadi pengen jilat-jilat tembok. Bahasa yang benar itu bisa dijadikan tolak ukur silaturahmi. Dengan berbahasa asing yang benar bukankah kita dua kali diuntungkan sebagai negara yang berbudaya sopan dan menghargai orang asing tentunya. Mereka justru lebih respek ketika kita sebagai tuan rumah bisa menyediakan informasi yang mereka butuhkan dalam bahasa yang mereka mengerti dengan baik. Bukankah begitu teman.

gambar diambil dari istockphoto

4 comments:

Anonymous said...

manaaa katanya mau ngirim ke imel, ditunggu biar bisa ngakak bareng ;-D

Langit Amaravati said...

aku bukan pakar bahasa, tapi suka kesel juga kalo lihat yang begituan.

okke! said...

kalo misalnya buat komunikasi thok, gw ga setuju kudu harus benar, tepat dst. Lha wong inti komunikasi ya emang pesannya nyampe. Inggris emang bukan bahasa 'ibu' kita kan?

Betapa ga adilnya ketika bule boleh salah omong bahasa kita, tapi kita ga boleh salah omong bahasa dia. Okelah, itu bahasa internasional, tapi ini di Indonesia. :)

Cuma kalo forumnya formal apalagi berhubungan dengan dunia akademis, ya ga bisa gitu, emang. :)

ine said...

Memang ini Indonesia tapi jangan lupa ada banyak turis yang cari makan di negri ini dan akhirnya tersandung masalah hukum.

Coba bayangkan jika pada satu lembaga pemerintahan selama bertahun2 terpampang kesalahan terjemahan itu. Ayo coba bayangkan apa yang bisa terjadi.

Kalau hanya berkomunikasi sih salah pengucapan atau struktur bahasa itu mah biasa kali. Tapi toh kesalahan itu tidak terjadi selama bertahun2 dalam hidup qta kan. Pastinya dari kesalahan pengucapan atau apalah itu qta bisa belajar yang benarnya kan...


Hmmm, makasih lho udah mampir. Saya ngefans berat sama 2 buku dan semua entri kamu.