Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan sana. Masa depan itu memang ada, tapi kita tidak bisa melihatnya ketika kehidupan masih bernama sekarang. Namun kita masih bisa memilih untuk terus berjalan menyonsong masa depan atau berhenti di masa sekarang dan mengakhiri semuanya menjadi kisah yang hanya bisa jadi kenangan.
Demikian juga saya yang tidak tahu bahkan besok apa saja yang dapat terjadi. Hari ini saya bisa tertawa bahagia mungkin karena berbagai pencapaian yang saya hasilkan. Tapi besok bisa saja saya menangis karena hidup sedang mengajarkan saya lewat pengalaman berharga.
Kehidupan tidak selalu memberikan kenyamanan dan kebahagiaan. Kadang juga ketidakadilan dan kesedihan, ketika berada didalamnya saya tidak bisa memilih untuk tidak mau menjalaninya. Tapi saya masih bisa memilih untuk berusaha menerima dengan kelapangan hati.
Tidak mudah. Saya tahu pasti itu. Namun ketika saya mulai merelakan hati untuk menjalaninya ,percaya saja, selalu ada akhir dari setiap perjalanan. Akhir itu pun tergantung respon yang saya munculkan selama pengalaman berharga itu berlangsung.
Buat saya merelakan sama saja dengan memaafkan siapapun yang terlibat didalamnya. Termasuk memaafkan diri sendiri dan membebaskan hati dari rasa bersalah. Memaafkan bukan sebuah proses. Bagi saya memaafkan adalah sebuah tindakan. Tindakan yang justru akan melepaskan saya dari segala macam sakit hati dan kecewa. Semakin cepat maaf saya berikan semakin sedikit waktu yang saya butuhkan untuk ‘berdarah-darah’.
Sakit memang karena pasti saya akan berbenturan dengan persepsi dan kebenaran sendiri. Menurut saya merekalah yang salah bukan saya. Well, memaafkan tidak berarti bahwa saya berada di pihak yang salah. Memaafkan berarti saya menghentikan aliran-aliran negatif yang bisa mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan keputusan-keputusan saya untuk meneruskan perjuangan.
Ketika kata maaf itu telah benar-benar keluar dari hati ,percayalah, bahwa energi-energi negatif yang selama ini mendominasi logika akan hilang dengan seketika. Ketika energi-energi negatif itu telah pergi jauh dari hati barulah bisa berpikir lebih jernih. Bahwa setiap pengalaman hidup merupakan pembelajaran yang hanya bisa ditemui dalam sekolah kehidupan.
Walaupun pengalaman itu mendorong saya sampai jatuh ke tanah tapi saya memilih untuk berdiri dan berjalan lagi. Setiap pengalaman hidup menyelipkan hikmah. Karena tidak ada pengalaman yang datang dalam hidup melebihi dari kemampuan seseorang untuk menjalaninya. Setiap orang punya kapasitas sendiri untuk melewati berbagai macam badai dalam perjalanan menuju titik tertentu dalam hidup. Badai itulah yang membantu saya untuk mengukur di titik mana saya telah berada selama ini.
Badai hidup membuat saya bisa ‘mendengar dengan jelas’. Membuat saya ‘berjalan dengan hati-hati’ namun tetap bersahabat dengan logika dan hati. Membuat saya belajar untuk ‘tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular’. Mengajarkan saya untuk tetap ‘bermain’ pada jalur yang sehat. Dan ‘membuka mata’ saya bahwa manusia jika digabungkan dengan kekuasaan maka hanya uanglah yang bisa membereskannya.
Tapi saya lebih percaya Kuasa yang lebih besar dari kekuasaan yang sedang dilakoni didepan mata saya. Saya percaya Kuasa itu yang sedang menuntun tangan saya ketika badai tengah menghantam. Memperlihatkan kepada saya apa yang sebaiknya saya milki untuk menghardik badai agar berhenti. Saya percaya badai ini pasti akan segera berlalu.
0 comments:
Post a Comment